Part 13

7 3 0
                                    

Setiap hari terasa sibuk sekarang bagi murid kelas 12 karena sebentar lagi akan diadakan Penilaian Akhir Semester dan beberapa bulan kemudian akan diadakan Ujian Nasional dan UTBK.

Mulai hari ini sudah diadakan progam pelajaran tambahan khusus untuk murid kelas 12. Tetapi kelas 12 MIPA 3 tidak melaksanakan program tersebut dengan guru, karena berhalangan untuk hadir.

Hanya tersisa beberapa murid saja di kelas ini, hanya yang niat belajar, sisa nya sudah pulang sejak bel pulang berbunyi.

“Pulang aja yuk.” ajak Diva

“Gue mau-” ucapan Kamila terhenti karena Dita sudah lebih dulu berbicara, “Jalan sama pacar.”

“Hehe.” kekeh Kamila

“Kalian balik aja dulu, gue mau nyari buku di perpus.” ucap Adelia

“Sendiri?” tanya Dita

“Iya sendiri.”

“Gpp gak ditemenin?” tanya Diva

“Gpp ke perpus doang kok.”

“Yaudah gue balik ya.” ucap Kamila

“Iya hati hati.”

Kamila, Dita dan Diva pergi duluan untuk pulang karena Adelia akan pergi ke perpustakaan terlebih dahulu untuk mencari buku referensi.

Ting.

Ezra

Tungguin gue, balik bareng, bentar lagi gue selesai.

Iya.

Setelah membalas pesan dari Ezra, Adelia kembali melanjutkan langkahnya ke perpustakaan. Hanya membutuhkan waktu sebentar bagi Adelia untuk menemukan buku yang dicarinya, karena ia sudah hafal dimana letaknya.

Saat Adelia keluar dari perpustakaan, tubuhnya tertarik ke belakang karena seseorang menarik tas nya. Tangan Adelia langsung ditarik paksa dan dibawa ke rooftop.

Sesampainya di rooftop, tubuh Adelia langsung dihempaskan begitu saja yang membuat kepalanya langsung terbentur ke tembok, untungnya saja tidak terlalu kencang.

Adelia mendongak untuk melihat siapa yang membawanya kesini, di hadapannya ada 3 orang perempuan, Adelia mengenali mereka, satu sekolah pun mengenal mereka, geng yang selalu berkuasa karena orang tua nya adalah donatur di sekolah ini.

“Gue udah sabar ya selama ini liat lo kemana mana sama Ezra, sekarang gue gak bisa, lo nantangin gue.” ucap Friska

“Kenapa kalo gue sama Ezra terus?” tanya Adelia tanpa takut

“Gue gak suka liatnya! Gue udah suka sama Ezra dari awal masuk sekolah dan lo tiba tiba aja dateng ngerusak semuanya.”

“Ambil hp nya.” suruh Friska kepada kedua temannya

Adelia hendak menahan ponselnya yang akan diambil namun Citra sudah lebih dulu memegang tangannya agar ia tidak berontak.

Setelah mendapatkan ponselnya, Rina langsung memberikan ponsel tersebut kepada Friska. Adelia menyesal karena tidak pernah mengunci ponselnya.
Friska mengotak ngatik ponsel Adelia dan tersenyum saat urusannya selesai. Friska langsung menunjukkan ponsel tersebut ke Adelia.

Ezra

Gue udah balik Zra, sorry gak nunggu lo.

Adelia langsung maju untuk mengambil ponselnya namun Friska lebih dulu membantingnya dan langsung diinjak begitu saja oleh Friska.

“Ganti gih hp nya, udah lama banget.”

“Lo ya!”

Friska yang melihat Adelia hendak berbuat sesuatu kepadanya langsung mendorong Adelia ke tembok dan ditarik lah kedua kerah Adelia.

“Apa? Mau macem macem sama gue?”

Plak.

“Karena lo udah berani deket sama Ezra.”

Plak.

“Karena lo udah berani nantangin gue.”

Plak.

“Karena lo mau macem macem sama gue tadi.”

Dengungan terjadi di telinga Adelia karena tamparan terakhir dari Friska sangat lah kencang. Adelia merasakan bibirnya mengeluarkan darah. Adelia takut Friska akan bertidak lebih jauh lagi.

Tangan Friska sudah berada di leher Adelia, Adelia meronta ronta agar dilepaskan namun itu malah membuat Friska semakin mengeratkan tangannya.

BRAK.

“FRISKA!”

Friska langsung melepaskan tangannya dan mundur saat itu juga. Ia takut, ia tidak tau harus berbuat apa, kenapa tiba tiba ada Ezra disini.

“Maksud lo apaan?! Lo mau bunuh Nisa hah?!”

Ezra semakin geram saat Friska hanya menunduk dan diam saja. Tangan yang tadinya sudah terangkat hendak menampar Friska, kembali ia turunkan karena Adelia menyentuh kaki nya.

Ezra yang baru menyadarinya langsung berjongkok di hadapan Adelia dan kembali menoleh ke Friska dan teman temannya.

“Pergi lo semua dari sini!”

Friska dan kedua temannya saat itu juga langsung pergi dari rooftop. Ezra memegang dagu Adelia agar ia mau melihatnya.

“Sa.”

“G-gue takut Zra.” dan saat itu juga bahu Adelia bergetar, tangisan yang ia tahan keluar saat ini juga

Ezra maju untuk memeluk Adelia, ia menyalahkan dirinya sendiri, seharusnya ia menyadari sejak awal bahwa itu bukan ketikan Adelia, jika saja ia tidak lebih cepat dari ini, mungkin saja hal yang lebih buruk akan terjadi.

Setelah merasa Adelia sudah tidak menangis lagi, Ezra melepaskan pelukannya untuk melihat bagaimana kondisi Adelia saat ini.

Air mata membasahi seluruh pipi nya, ujung bibir kanannya berdarah, dan beberapa helai menutupi wajah Adelia. Ezra mengulurkan tangannya untuk menyingkirkan rambut yang jatuh di wajah Adelia dan menghapus bekas air mata.

“Jangan takut lagi ya Sa, ada gue disini.”

Bibir Ezra terangkat karena melihat Adelia mengangguk menanggapi ucapannya tadi, “Kita pulang ya.”

Adelia mengangguk dan berdiri dibantu oleh Ezra dan mereka berjalan menuju motor Ezra yang ada di parkiran, tadi Ezra sudah menawarkan Adelia untuk naik taksi, tetapi Adelia menolaknya.

Adelia berjalan masuk ke kontrakannya dibantu oleh Ezra, padahal ia sudah bilang dirinya masih kuat untuk berjalan tetapi Ezra tetap kekeh pada pendiriannya.

Setelah Adelia duduk di sofa, Ezra pergi ke dapur untuk mengambil minum dan kotak obat. Ezra langsung duduk di samping Adelia.

“Minum dulu ni.”

Adelia menerimanya dan langsung ia minum, setelahnya ia taruh gelas tersebut di meja yang ada di hadapannya.

“Liat sini.” ucap Ezra

Adelia merasa dirinya seperti robot saat ini, karena sejak tadi ia selalu menuruti apa yang diucapkan oleh Ezra. Ezra langsung membersihkan luka di ujung bibir Adelia.

“Sakit ya? Gue pelan pelan deh.” ucap Ezra saat Adelia merintih kesakitan.

Ezra dengan telaten membersihkan luka tersebut dan setelahnya tak lupa ia memberi luka tersebut obat dengan hati hati agar tidak terlalu sakit.

“Lo kok bisa tau gue ada disana?”

“Sebenernya gue langsung balik pas dapet chat dari lo, nyampe gerbang gue ngerasa aneh sama ketikan lo, biasanya gak sesingkat ini, pas gue telfon kok gak aktif, gue langsung balik lagi ke sekolah dan keliling cari lo, tujuan terakhir gue ke rooftop, pintunya dikunci gue udah mau balik, sampe denger ada suara, langsung gue dobrak.”

“Makasih ya, gue gak tau kalo gak ada lo gimana.”

“Besok besok kalo mau kemana mana jangan sendiri, gak bakal ada yang tau apa yang bakal terjadi sama lo nantinya.”

“Iya sekali lagi makasih ya, makasih banget.”

“Iya sama sama Sa.”

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang