Jam masih menunjukkan pukul 06.50 WIB. Adelia datang lebih cepat dari biasanya. Adelia heran saat murid di sekolahnya menatap dirinya aneh, ia melihat dirinya dari atas sampai bawah, tidak ada yang salah.
Adelia mengabaikan mereka dan meneruskan langkahnya untuk sampai di kelas. Sebelum sampai kelasnya, ia harus melewati mading utama yang ada di sekolahnya.
Terdapat banyak sekali murid di depan mading tersebut. Adelia hendak mengabaikannya namun ia urungkan karena mendengar namanya disebut sebut.
Beberapa orang langsung menghindar saat melihat Adelia mendekat ke mading. Sesampainya di depan mading Adelia terkejut saat melihat fotonya dipajang.
Rasa terkejut Adelia bertambah saat membaca tulisan di bawah fotonya. Rasa bingung, marah dan kesal bercampur menjadi satu.
"Buah jatuh gak jauh dari pohonnya, kalo ibu nya jalang pasti anak nya juga."
Adelia langsung maju melepaskan beberapa kertas yang tertempel tersebut dengan kasar dan langsung ia gumpal menjadi satu.
"Siapa yang nempel?" tanya Adelia berusaha meredam amarahnya
"Siapa yang nempel?!" tanya Adelia sekali lagi namun saat ini ia meninggikan suaranya
"Gue."
Disana, Friska dan kedua temannya tersenyum miring melihat wajah Adelia yang memerah berusaha menahan amarahnya.
"Maksud lo apa?!"
"Gue kan udah bilang waktu itu, jangan pernah macem macem sama gue kalo lo mau hidup tenang di sekolah, lo gak nurut sih." jawab Friska dengan tenangnya
"Ini kenapa?" tanya Diva saat berhasil memecah kerumunan di belakangnya tadi
"Lo pasti gak tau kan kalo temen lo ngikutin jejak nyokap nya?" tanya Friska ke Diva, Dita dan Kamila
"Jangan ngomong yang enggak enggak!" ucap Adelia
"Jangan jangan lo gak tau siapa bokap lo yang sebenarnya." ucap Friska
"Friska!" bentak Diva
"Nyokap lo itu emang ja-"
Perbuatan Adelia membuat semua orang yang ada disana terkejut. Bagaimana tidak, seorang murid beasiswa menampar anak donatur terbesar di sekolah ini.
Friska membenarkan rambutnya yang tersampir ke samping akibat tamparan yang dilakukan oleh Adelia. Friska menampilkan senyum miringnya.
"Inget lo itu murid beasiswa, hati hati kalo gak mau beasiswa lo dicabut."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut Friska bersama kedua temannya itu pergi meninggalkan kerumunan. Dan suara sorakan langsung terdengar.
"Bubar bubar, kalian tidak dengar bel apa?! Kembali ke kelas, akan dilaksanakan razia hp untuk memeriksa siapa aja yg merekam tadi."
Suara sorakan terdengar lebih kencang daripada yang tadi. Para murid sudah mulai kembali ke kelasnya, menyisakan Adelia, Diva, Dita, Kamila dan guru BK.
"Adelia kamu ditunggu pak Yudha di ruangannya."
"Baik bu."
Guru BK tersebut berjalan untuk kembali ke ruangannya. Adelia menoleh kepada teman temannya dan tersenyum setelahnya ia berjalan menuju ruangan pemilik sekolah.
Jantung Adelia berdegup dengan sangat kencangnya. Semua hal negatif menghantui pikirannya saat ini, ia benar benar takut.
Setelah mengetuk pintu, Adelia memutar kenop pintu lalu masuk ke dalamnya. Hawa di ruangan ini terasa sangat mencekap membuat Adelia semakin takut.
"Jelaskan." ucap Pak Yudha dengan nada dinginnya
"Saya gak ngelakuin hal semacam itu pak."
"Lalu apa? Ngapain kamu ke kelab? Saya tahu kamu sudah 17 tahun tetapi kamu masih murid SMA tidak sepantasnya kamu pergi kesana."
"Tapi pak-"
"Saya bisa saja mengeluarkan kamu dari sekolah ini."
"Pak saya mohon jangan pak."
"Saya akan pikirkan ini, kamu saya pulangkan hari ini."
Adelia berdiri dan berjalan menuju pintu, namun gerakannya terhenti saat pintu tersebut terbuka dan terlihatlah Ezra.
"Pa, Ezra mau guru private yang baru."
"Nanti papa carikan."
Setelahnya Ezra keluar yang langsung disusul oleh Adelia. Ezra berjalan dengan cepat yang membuat Adelia harus berlari untuk mengejarnya.
"Ezra."
Adelia menarik tangan Ezra agar ia berhenti berjalan. Genggaman tangan Adelia langsung dilepaskan dengan kasar oleh Ezra.
"Lo gak denger tadi gue bilang apa? Jadi berhenti hubungin gue lagi."
"Zra dengerin gue dulu."
"Gue udah bilang kan, gue gak mau diajar lagi sama lo."
Setelahnya Ezra langsung berjalan meninggalkan Adelia yang sudah menumpahkan air matanya.
Kakinya berjalan tak tentu arah saat ini. Dirinya tidak mungkin pulang, ia sudah kehilangan pekerjaannya sebagai guru private dan sekarang ia harus mencari pekerjaan baru.
Sebuah tempat terpikirkan oleh Adelia. Ia langsung memutar arah untuk sampai ke tempat yang baru saja terlintas di pikirannya.
Cafe Scarlett. Cafe yang dulu sempat menerimanya bekerja sebelum menjadi guru private Ezra.
Cafe ini masih sepi karena jam masih menunjukkan pukul 08.00 WIB. Pintu lonceng berbunyi saat Adelia membuka pintunya membuat salah satu karyawan menoleh ke arahnya.
"ADEL."
Karyawan yang bekerja sebagai kasir tersebut langsung berlari menghampiri Adelia dan memeluknya karena sudah lama tidak bertemu.
"Kemana aja kamu?"
"Disini sini aja kok kak, oiya kak Santi ada?"
"Ada di ruangannya."
"Aku kesana dulu ya kak."
"Iya."
Setelah berbincang dengan teman kerjanya itu, Adelia berjalan menuju salah satu ruangan dimana biasanya Santi berada. Santi adalah pemilik cafe ini.
"Kak Santi."
"Iya ke- loh Adel apa kabar? Udah lama loh kita gak ketemu, sini duduk."
Mereka berjalan menuju sofa yang ada di ruangan tersebut dan duduk berdampingan.
"Oiya gimana kerja jadi guru private? Muridnya baik?"
"Baik kok kak, temen aku sendiri soalnya."
"Oalah, oiya kok kamu gak sekolah?" tanya Santi saat baru menyadari ini hari sekolah
"Bolos sehari kak hehe."
"Udah mulai nakal ya sekarang."
"Oiya kak, ada lowongan gak?" tanya Adelia
"Loh kamu udahan jadi guru private nya?"
"Udah kak."
Santi menyadari ada hal yang tidak beres terjadi kepada Adelia, matanya sering melihat arah lain saat berbicara dengannya.
"Baru banget kemarin yang kerja part time kayak kamu, resign mau fokus skripsi."
"Aku kerja lagi disini boleh kak?" tanya Adelia
"Kamu gak capek? Kan bentar lagi ujian."
"Gak kok kak, dari dulu kan juga aku kerja disini."
"Yaudah kamu boleh kerja lagi disini, tapi kalo capek izin aja gpp kok."
"Iya kak makasih ya sekali lagi."
"Iya sama sama."
Adelia bersyukur dirinya langsung mendapatkan pekerjaan untuk membiayai hidupnya di Jakarta. Adelia akan memikirkan nanti bagaimana cara menyelesaikan masalahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected
Teen FictionAwalnya aku menyesal telah mengenalmu Tetapi setelah aku memikirkan semuanya, aku beruntung telah mengenalmu. Kamu mengajarkan ku banyak hal dan juga aku bisa mengetahui rahasia yang sudah 17 tahun ditutupi dari diriku. Terima kasih untuk semuanya ...