Arka POV
Aku menatap map coklat yang ada di tanganku sambil berbaring di kasur ternyamanku. Besok harusku berikan.
Perkataan dari Arion tadi siang terus terngiang-ngiang, ya aku harus cepat-cepat sebelum Hamra di rebut oleh orang lain. Sebelumnya aku telah melaksanakan shalat istikharah di tambah dari perkataan Arion aku semakin yakin untuk memberikan map ini. Semoga saja dia membalasnya.
***
Cuaca hari ini lebih hangat dari kemarin, aku mengedarkan pandanganku mencari seseorang yang selalu menari-nari di pikiranku, yang namanya selalu ku semogakan.Siapa tahu dia sudah datang, tapi motornya tidak ada. Tidak seperti biasanya. Apa dia kuliah siang.
Rasanya ingin ku menungguinya disini tapi tugas ku harus segera ku laksanakan. Mungkin nanti saat jam istirahat.
Aku harus menyusun rencana terlebih dahulu agar tidak terlihat kaku dan salah tingkah. Memikirkan ini membuat jantung ku berdegub kencang.
Astagfirullah.
Lebih baik aku segera masuk daripada disini pikiranku selalu pada dia.
Hari ini aku mengajar di semester 3 mata kuliah pengkajian naskah klasik. Di kelas ini atau bahkan di kelas lain tidak ada yang seberani Hamra untuk menggodaku. Tapi ada satu mahasiswi yang membuatku risih lewat tatapan matanya, seolah-olah aku takut menghilang dari pandangannya.
Aku coba menghiraukan mahasiswi itu, ku fokuskan lagi untuk mengajar. Semakin mendekati jam istirahat jantung ku makin berdegub kencang.
Waktu mengajar ku telah selesai, aku keluar dari kelas lalu berjalan menuju kelas Hamra yang memang bersebelahan dengan ruang dosen.
Ku beranikan diri memunculkan diri di kelas Hamra setelah memeriksa tidak ada dosen yang mengajar. Salah satu mahasiswa yang sering berkumpul dengan Hamra kalau tidak salah bernama Rafa, ia menghampiriku menanyakan ada keperluan apa aku ke kelasnya.
"Tolong panggilkan Hamra untuk menemui saya di ruangan saya!" perintahku akhirnya, aku terlalu gugup jika harus aku yang langsung memintanya menemuiku.
Setelah diiyakan oleh Rafa aku segera menuju ruanganku dan duduk manis di kursi ku. Tak lama pintu di ketuk dan
muncullah Hamra tadinya ia akan menutup pintu, namun ku cegah agar tetap terbuka, selain menghindari fitnah dengan dibukakan pintu akan mengurangi rasa gerah yang tiba-tiba aku rasakan."Ada apa ya pak manggil saya, apa jangan-jangan bapak rindu sama saya ya," tebak Hamra dengan percaya dirinya.
Langsung saja ku sodorkan map coklat yang sudah ku siapkan dari semalam.
"Ini, silahkan kamu buka dan baca di rumah dan kamu rundingkan dengan orang tua kamu, saya tunggu minggu depan."
Hamra menerima map tersebut dengan tatapan bingung, tapi ia tidak menanyakan isi atau maksud saya memberikan map itu.
"Yah... kirain saya bapak kangen saya," ucapnya dengan nada sedih tapi di susul kekehannya.
"Kamu terlalu percaya diri Hamra, tapi ya tidak bisa dipungkiri kalau saya rindu kamu." Setelah aku mengucapkan itu aku melihat Hamra tertegun, apakah ia tidak percaya dengan ucapanku, dan tak lama wajahnya memerah.
Ahhh... kenapa dia manis sekali saat blushing. Astagfirullah Arka dia belum halal buat kamu.
"Ya sudah kamu boleh keluar."
"Bapak ngusir saya?"
"Bukan gitu Hamra. Kamu pasti lapar kan, pengen istirahat, jadi saya menyuruh kamu buat istirahat. Jangan nethink dulu makanya."
"Hehe, ya maaf. Okey deh saya mau makan dulu, bapak jangan lupa makan ya apalagi lupa sama aku, dah. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam." Aku tersenyum mendengar perhatian dari Hamra. Bolehkah aku nikahkan dia sekarang saja. Mikir apa kamu Arka.
***
Melepas penat seharian di kampus aku memilih untuk refreshing ke mall, mungkin untuk sebagian orang pergi ke mall sendiri itu terasa menjenuhkan, tapi tidak bagiku karena terasa lebih bebas, tapi sepertinya lain lagi kalau nanti pergi bersama Hamra.Hamra lagi, Hamra lagi. Lebih baik aku ke toko buku terlebih dahulu. Saat melewati toko pakaian muslim aku melihat sepasang gamis dan baju koko.
Aku memasuki toko itu, entah kenapa aku sangat ingin membelinya, warna dan modelnya membuatku tertarik.
Tanpa pikir panjang aku membeli baju couple itu. Ku lanjutkan langkah ku menuju toko buku, aku ingin membeli beberapa novel dan buku untuk menambah referensi mengajar.
Bukan berarti setelah menjadi dosen atau guru berhenti mencari ilmu, bahkan harus lebih banyak mencari ilmu. Bukankah menunut ilmu itu wajib dari lahir hingga masuk liang lahat?
Setelah mengantongi beberapa buku referensi saatnya mencari buku novel, pandanganku tertuju pada novel yang
berjudul The Great Theacher My Love karya Fala Amalina, ku baca blurbnya, menarik, menceritakan tentang dosen dan mahasiswi, hampir sama seperti ceritaku.Merasa cukup aku menuju kasir untuk membayar buku-buku yang sudah ada di tangan-ku, saat sedang membayar aku mendengar suara yang tidak asing lagi bagiku.
"Aku pengen beli novel dulu, nanti udah ini kita makan." Aku menengok ke belakang, benar suara itu berasal dari mahasiswiku yang telah aku beri map coklat siang tadi.
"Janji ya gak lama, aku udah laper soalnya," ucap gadis yang disebelah Hamra yang ku tahu namanya Syakira.
"Iya... iya Kiraku, bawel banget sih," ucap Hamra sambil mencubit kedua pipi Syakira.
Aku menggelengkan kepala, mereka tidak dimana-mana selalu berisik, tapi aku salut pada persahabatan mereka saling bully, saling ejek tapi tidak sampai bertengkar hebat.
"Totalnya jadi 248.500 rupiah, pak," ujar kasir, memberi tahu total belanjaanku, aku terkejut karena sedang fokus
memperhatikan mereka. Setelah membayar aku memilih makan di restoran cepat saji yang masih berdekatan dengan toko buku.Aku memilih duduk diluar sembari melihat Hamra dan para sahabatnya, benar saja mereka tidak lama di dalam, terkadang aku aneh kepada Syakira, ia memilih Sastra namun kurang menyukai membaca, ia akan membaca kalau sedang ingin saja.
Sungguh aneh para mahasiswiku ini.
Mereka berjalan menuju ke arah ku, maksudku restoran yang aku juga datangi.
"Loh ada Pak Arka," ucap Oliv yang melihatku pertama kali.
"Bapak nagapain disini?" Pertanyaan yang tidak perlu di jawab sebenarnya.
"Ya saya belanja disini, masa saya ngamen," jawabku menjawab pertanyaan dari Hamra dengan sedikit candaan.
"Ya kali aja bapak cuma ikut ngadem di mall," ucap Isfana memang agak nyeleneh mahasiswiku yang satu ini.
"Kalian ke sini mau makan, kan, bukan mau ngerecokin saya yang lagi makan," ucapku yang membuat mereka menyengir.
"Ya sudah kalau gitu, kami permisi, pak," ucap Hamra. Namun, sebelum Hamra hilang dari pandanganku, aku memanggilnya.
"Jangan lupa dengan yang tadi saya kasih ke kamu. Ya udah sekarang kamu pergi," ujarku, ku llihat tatapan bingung darinya. Aku pun tersenyum untuk menghilangkan raut bingungnya, dan terbukti ia malah tersipu.
Setelahnya Hamra cepat-cepat menuju temannya, mereka memilih makan di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Dosen
RomansaIni kisah tentang mahasiswi yang menikah dengan dosen di kampusnya. dosen muda dan tampan tetapi memiliki sikap dingin sekaligus menyebalkan dan sialnya Hamra, nama mahasiswi tersebut, menyukai dosen itu. Dosen baru yang tanpa permisi telah mengobra...