Canistopia - III

2.5K 456 300
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Memanjat pohon dengan cepat, berlari dalam jarak bermeter-meter jauhnya, memiliki tatapan tajam ditambah indera penciuman yang baik, membuat kaum wolf selalu merasa bangga dengan takdir. Hutan rimbun dengan suasana yang sejuk, rumah-rumah yang nyaman, dan jangan berpikir bahwa mereka akan tinggal secara primitif. Berada di tempat tersembunyi namun tak jauh dari negara-negara maju di Eropa membuat siapapun akan betah hilir-mudik, terlebih saat ‘mereka bisa berwujud sama seperti manusia normal yang lainnya’.

“Halo anak-anak! Selamat malam!” sapa seorang lelaki yang baru saja turun dari tangga.

“Diam, Kak Sean! Jangan mengganggu!”

“Mike!”

‘Sratttttt!’

‘Wusshhh~!’

“Kak!”

“Ha! Busurmu meleset!” ejek Sean.

“Ingin ku pukul?! Kak! Kak Sean!” teriak Mike kesal kemudian menoleh ke arah seseorang yang berdiri di sebelah kanannya. “Diam, Fred! Aku tahu kau tertawa tadi!”

“Aku tidak tertawa,” elak Fred.

“Kak Sean! Jangan berlari! Kau akan-”

‘BRUKKKK!’

“-jatuh. Yah, apa boleh buat. Semua sudah terjadi.” Mike mengedik.

Mike alias Michael Peter, pewaris tahta ke lima dari darah kebangsawanan Canistopia. Memiliki pesona kerlingan mata yang menarik ditambah kemampuannya melihat masa depan.

“Sial kau, Mike! Kau membiarkan Kak Sean jatuh?!” marah Fred membantu.

Fred alias Frederich Philip, si pemilik kharisma kebangsawanan dalam sekali pandang. Ia pewaris tahta ke enam yang ucapannya mampu menyihir siapapun sehingga tidak bisa menolak karena dialah si pengendali ilusi. Fred bisa membuat semua orang jatuh cinta padanya, yah ... pengecualian untuk saudara sedarahnya di mansion.

“MIKEEE!!”

Dawn Sean, matahari kedua yang bersinar di bumi ini. Lihatlah! Bahkan jatuh pun ia masih bisa tertawa. Namun begitu, di dalam hatinya tersimpan banyak kesedihan miliknya yang juga bahkan milik orang lain. Karenanya, ialah seorang pengendali pikiran. Mampu membaca emosi, kelebihan, dan kelemahan dari orang lain. Sean adalah pewaris tahta ke tiga di Canistopia.

“Aku tidak marah,” ucap Sean saat mengetahui fakta bahwa Mike merasa menyesal. “Kelemahanmu selalu tidak fokus saat orang lain mengganggu. Perbaiki!”

“Aku mengerti.” Sean merengut.

“Kau benar tidak apa, Kak?” tanya Fred khawatir.

“Tidak. Aku harus pergi ke ruang bawah tanah. Lanjutkan acara memanah kalian!” Sean mengedik kemudian hilang di balik pintu. Ia melewati lorong penuh lampu, memperlihatkan wajahnya di sensor kemudian pintu stainless itu terbuka otomatis.

CanistopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang