.
.
Kiranya memakan waktu hampir lima jam lebih perjalanan dari Chamonix ke Paris, tepatnya Rue de Belleville yaitu kawasan di mana Damien tinggal. Setelah mendapatkan alamat yang tertera di surat kabar tentang kematian Nicholas, keduanya-Sean dan Daves-segera bergerak ke tujuan. Mobil sudah terparkir, namun suasana di sana begitu sepi layaknya tidak terjadi apa-apa membuat mereka saling menoleh menatap bingung.
"Benar di sini alamatnya?" tanya Daves.
Sean mengedik kemudian membuka lock screen ponselnya. "Nicholas adalah profesor di universitas yang lumayan, jadi tidak mungkin berita ini asal-asalan."
"Apa mungkin sudah pergi ke pemakaman?" tanya Daves lagi yang tak lama menyadari bahwa gerbang rumah di depannya tidak dikunci.
"Belum ada berita terbaru. Apa kita tunggu di dalam?" Sean mengusulkan kemudian Daves mengangguk setuju. Gerbang setinggi pinggang itu dibuka disambut dengan taman kecil dan pot-pot bunga yang cantik.
"Anak itu suka berkebun."
"Huh?" Daves mengernyit.
"Tidak suka keluar untuk bermain dan lebih suka berdiam diri di rumah. Akhir-akhir ini dia hanya bermain dengan anjing dan menanam beberapa bunga untuk mengisi kegiatan."
"Kau membaca semua tentangnya saat itu?"
Sean mengangguk tersenyum. "Dia berhati lembut meskipun kelihatannya keras kepala."
"Bagaimana dengan Fred dan Mike?" Daves melihat berkeliling namun Sean tanpa sengaja menemukan kunci pintu rumah di bawah karpet kecil.
"Ck! Gaya hidupnya kuno sekali," ejeknya kemudian terkekeh tanpa menjawab pertanyaan dari Daves tadi.
"Kau mau masuk? Tetapi kita tidak memiliki ijin dari si pemilik rumah, Sean." Daves mengernyit.
Sean mengedik. "Kita juga keluarganya. Kedatangan kita untuk menghibur, Daves. Kurasa dia sangat terpukul."
Benar saja, tanpa permisi pintu itu dibuka kemudian Sean masuk lebih dulu. Daves berdecak sebal namun mendadak terhenti kala tangannya menyentuh knop.
"Kenapa, Daves?" tanya Sean dari dalam. Daves berbalik menatap ke arah jalanan kemudian mengitari depan rumah bercat putih itu sekali lagi.
Daves mulai melangkah ke dalam namun matanya tetap mengawasi. "Kurasa ada yang datang sebelum kita."
"Oh, yeah. Kerabat yang berduka kurasa."
"Bukan. Perasaanku mengatakan bahwa ini sama seperti penglihatanku tadi pagi."
"Soal sinyal bahaya yang kau dapat, Daves?" Sean terdiam menunggu jawaban.
Daves menghela napas sejenak kemudian mengangguk. "Benar."
"Kau tahu? Aku selalu bersamamu sejak dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Canistopia
FantasySebuah dunia yang tidak akan pernah dimengerti oleh kaum manusia namun nyata adanya. July/2020 DON'T COPY MY WORK!