Yuta mengangkat lengannya dan menusuk punggung pria berjas yang berada di tangannya yang lain dengan sikunya. Ia melempar tubuh pria itu untuk menerima serangan dari pria berjas yang lain. Yuta terus melayangkan balasan dengan berbagai keahlian bertarungnya tanpa menggunakan senjata. Ia merampas pistol dari lawannya lalu menggunakannya untuk memukul tengkuknya.
Jaewook juga tampak melakukan hal yang sama. Mereka berdua sedang mengalahkan sekitar tiga puluh lima orang yang menjadi sekutu bos yakuza kota Osaka. Orang yang berkaitan dengan bos yakuza itu tidak kunjung habis sejak saat lima belas orang lalu menyerang Yuta di rumahnya. Sekarang Yuta benar-benar harus menghabisi mereka hingga ke kelompok terselubung dan tidak bersisa lagi.
Emosinya sudah naik karena orang-orang itu yang mencoba ikut campur dalam urusannya menghabisi bos yakuza. Apa yang salah sebenarnya? Ia hanya melakukan pekerjaan yang di berikan kepadanya, tapi mengapa orang-orang itu malah bersikap kurang hajar kepadanya?
Yuta melompat dan memberikan tendangan ke kepala lawannya yang terakhir, yang mengakibatkan kepalanya langsung mengeluarkan darah yang menyembur.
"Akhirnya selesai juga." ucap Jaewook di belakang Yuta.
Yuta membalikkan tubuhnya. "Hubungi orang di markas untuk menangani sisanya. Kita masih memiliki pekerjaan lain hari ini."
Salah satu pria berjas yang menjadi lawan mereka ternyata masih hidup. Dengan keadaan babak belur, ia merangkak menuju Yuta dan berusaha mengangkat tubuhnya untuk mengarahkan pisaunya pada Yuta.
Jaewook menyadari orang itu. Ia baru saja akan membuka mulut ketika Yuta tiba-tiba berbalik. Namun ujung pisau itu terlanjur membuat luka gores kecil di pelipis Yuta. Kemudian Yuta langsung mencongkel kedua mata pria itu hingga bola matanya terlepas. Pria itu mengerang keras merasakan sakit dan nyeri yang parah saat darah menyembur keluar dari kedua matanya. Tak lama, pria itu tewas karena kehabisan darah.
Jaewook menatap ngeri pada Yuta. "Ku rasa kau terlalu berlebihan memberikan serangan balasan."
Lalu Jaewook langsung menutup mulutnya rapat-rapat ketika menyadari bahwa Yuta benar-benar di selimuti oleh amarah yang dapat membuatnya membunuh siapapun meski hanya memanggil namanya.
Yuta menggenggam dua bola mata yang berada di tangannya hingga hancur tak berbentuk.
👰🔫🤵"Mingyu!" Tzuyu melambaikan tangannya pada pria itu yang duduk di salah satu meja saat ia baru masuk ke dalam kafe. Tzuyu buru-buru menghampiri pria itu dan duduk di depannya. "Apa aku membuatmu menunggu lama?"
Mingyu menggeleng. "Temanku baru saja pergi tiga menit yang lalu."
"Apa dia kekasihmu?" tanya Tzuyu dengan cengiran lebar.
"Bukan, dia teman pria. Ia adalah salah satu teman SMAku. Kami bertemu lagi saat ia membawa mobilnya ke bengkel tadi, lalu memutuskan untuk pergi minum kopi sambil berbincang."
Tzuyu meringis. "Aku tidak mengganggumu, kan?"
"Tentu saja tidak. Temanku itu memang kebetulan harus segera pergi." jelas Mingyu seraya tersenyum. "Jadi, bagaimana kabarmu? Sudah lama aku tidak melihatmu sejak kau ke luar dari rumah sakit."
"Aku baik-baik saja."
"Kau terlihat lebih ceria dari sebelumnya."
"Benarkah?" tanya Tzuyu seraya menyentuh pipinya sendiri. Kemudian ia merasakan hangat di bagian itu. "Tapi aku memang tidak bisa menyembunyikan rasa senangku."
Mingyu membetulkan posisi duduknya. "Apa kau memiliki berita baik?"
"Tidak juga. Sebenarnya kemarin aku demam tinggi selama dua hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Comply Honour ✔
AçãoNakamoto Tzuyu menerima lamaran pernikahan suaminya karena jatuh cinta. Namun setelah empat tahun berlalu, Tzuyu masih menjadi seorang perawan. Suaminya seolah menganggap pernikahan mereka hanya formalitas seorang pria dewasa, meskipun sikapnya menu...