Day 1. Pertemuan

264 14 13
                                    

1 Juli
21.30 P.M

Alena berjalan menyisir kota antah berantah ini. Kota yang tak sengaja ia pijak karena berhasil melarikan diri dari penculik. Kota ini terasa asing baginya. Ia tak mengenal siapapun disini. Ia hanya bisa meringkuk duduk di sebuah bangku kecil di pinggir taman kota, berharap orang tua atau siapapun yang ia kenal datang menjemputnya.

Hingga sosok lelaki dengan hoodie putih menghampirinya.

"Lo sendirian?" tanya pria itu. Alena tak menjawab, ia hanya menunduk takut. Ia masih trauma dengan kejadian yang baru menimpanya.

"Lo kenapa? Kok ketakutan gitu?" tanyanya lagi. Alena makin menundukkan kepalanya.

"Sana pulang, udah hampir malam. Rumah lo dimana?" Pria itu masih saja melontarkan pertanyaan pada Alena.

Akhirnya Alena memberanikan diri menatap sang pria. Wajahnya tampak kebingungan.

"Heh! Lo nangis? Kenapa? Lo diputusin pacar ya? Woylah, jangan cemen gitu dong Mbak. Masih banyak cowok lain di muka bumi ini. Bukan mantan lu doang. Jangan nangis gitu" pria itu mengoceh sok tahu. Alena malah hampir tertawa mendengar kesalah pahaman pria itu.

"Gue ga diputusin pacar Mas. Gue nyasar" jawab Alena akhirnya. Sang pria tampak terkejut.

"Hari gini masih aja ada orang nyasar? Hp lo buat apa?" ucap sang pria dengan nada tidak percaya.

"Hp gue ilang. Gue diculik tadi, terus gue lari. Nyasar deh" jelas Alena singkat. Sang pria nampak terkejut.

"Beneran lu Mbak?!" tanyanya syok.

Alena cuma mengangguk pelan.

"Anjay, yaudah, rumah lu dimana? Biar gue anterin dah" tawar sang lelaki.

"Jalan mawar nomer 127, Sooman City" jawab Alena. Pria itu ternganga, membuat Alena bingung sendiri.

"Buset, jauh bener. Lo nyasar udah pindah kota Mbak" ucapnya. Alena langsung membelalakkan matanya. Apakah sejauh itu?

"Beneran lo?" Tanya Alena tak percaya.

"Kalau ga percaya noh liat aja spanduk pecel lele di depan" sang pria menunjuk sebuah papan iklan rumah makan.

"Neo City"

Begitulah yang tertulis di sana. Iya, Alena tersesat hingga ke kota sebelah.

"Pinjem hp lo dong mas. Gue mau nelpon kakak gue" sang pria langsung mengangguk lalu mencari-cari handphone kesayangannya, namun nihil, telepon itu tak ditemukan.

"Kek nya hp gue ketinggalan di rumah" ucapnya sambil masih berusaha mencari telepon genggam di sakunya.

Alena tampak sedih. Hal itu membuat sang pria merasa bersalah.

"Duh maaf ya mbak, gue lupa bawa hp. Lo mau ikut gue jemput hp? Kasian kalau disini sendirian, malah udah malam lagi" tawar pria itu. Alena tampak berpikir. Ia masih trauma dengan kejadian culik-menculik yang baru saja ia alami. Apakah pria ini akan menculiknya juga?

Alena menggeleng pelan. Ia menolak ajakan sang pria itu. Ia tak mau diculik untuk kedua kalinya.

"Gue ga percaya sama lo." Jujur Alena.

Pria itu memutar bola matanya malas.

"Yaudah, Lo gue anterin ke pos polisi aja dah" ucapnya lalu ia menyuruh Alena untuk naik ke motornya.

Alena masih tak bisa mempercayai orang itu. Ia masih diam berdiri di tempatnya.

"Gue bukan kang culik mbak. Gue tau lo lagi syok, tapi percaya dah. Gue bukan orang jahat" ucap pria itu. Setelah berpikir selama beberapa menit, Alena akhirnya mau ikut dengan pria itu.

July [Lee Haechan]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang