Day 16. Let's Moving On

38 7 0
                                    

16 Juli
10.00 A.M

"Jadi, proyek yang kemaren itu gimana?" tanya Taeyong kepada para pemuda komplek Neo yang saat ini tengah rapat di posko karang taruna.

"Yang bikin konser dangdut bang?" tanya Lucas sambil menggigit ujung pensilnya.

Taeyong mengangguk.

"Bang, boleh usul ga?" tanya Doyoung.

"Ya, silahkan anak Pak Jamal" sila Taeyong.

"Anjim" umpat Doyoung sebelum ia mengutarakan pendapatnya.

"Kalo menurut gue, lebih baik kita aja yang ngisi acara. Jangan ngundang artis dangdut lah, keluar biaya lagi. Mana uang kas seret" ucap Doyoung.

Taeyong dan pemuda lainnya tampak berpikir. Benar juga kata Doyoung.

"Cari sponsor aja bang, lobi pak Suho" usul Jeno.

"Lo lupa kejadian tahun kemaren?" tanya Renjun.

"Hah? Emang apa?" Jeno bingung.

"Kan tahun lalu Pak Suho jadi sponsor, terus ada yang bikin spanduk muka Pak Suho buat dipasang di event, eh Tagline nya 'datanglah beramai-ramai ke rumah Suholkay, dapatkan IPhone XI gratis, hanya dengan menukarkan ayam jago. S&K berlaku' semenjak itu rame orang yang bawa ayam jago ke rumah Pak Suho. Pak Suho marah, gamau jadi sponsor lagi " terang Renjun.

"Anjim, kerjaan siapa tuh?" tanya Jeno sambil tertawa.

"Noh yang lagi gigitin pensil, bukan gigitin permen mintz" jawab Mark sambil menunjuk Lucas.

"Kan itu--"

"Udah, gue ga mau denger alasan lu lagi Cas" potong Ten. Semuanya mengangguk setuju.

"Jadi gimana? Kita aja yang nyanyi?" tanya Taeyong.

"Setuju aja gue mah" ucap Johnny.

"Gas gas" timpal Mark.

Yang lainnya mengangguk setuju.

"Lo gimana Chan?" tanya Taeyong pada Haechan yang daritadi diam duduk di ujung.

"Ikut aja gue bang" jawab Haechan sekedarnya.

"Jangan galau-galau lah, kita tau lo kehilangan Alena, tapi ayo bangkit lagi bro, let's moving on" ucap Johnny sambil menepuk pundak Haechan.

"Iya, lagian kan Alena udah baik-baik aja. Lo udah berhasil nolong dia Chan" timpal Jeno.

"Iye, senyum dong Bambang" Taeyong mengacak rambut teman yang sudah ia anggap adiknya itu.

"Makasih semuanya. Gue kaga sedih lagi dah" jawab Haechan. Ia mulai tersenyum lagi.

.
.
.

13.00 P.M

"Ini lokasi terakhirnya" gumam Jaehyun sambil memberhentikan mobilnya di depan sebuah gudang tua di ujung kota.

Ia hendak turun, namun ia masih ragu.

"Jeffrey, lo anak cowo, harapan mama, papa tuh di tangan lo. Jalan!" gumam Jaehyun berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Setelah memantapkan hati, ia mengeluarkan secarik kertas dari dalam sakunya.

'Alena, kalau kamu baca ini. Maafin Bang Jaehyun ya? Bang Jaehyun gagal, Alena harus bisa jaga diri okay? Perlu Alena tau kalau Bang Jaehyun sayang banget sama Alena.'

Jaehyun keluar dari mobilnya. Ia mengendap-endap berjalan menuju jendela gudang.

Betapa terkejutnya Jaehyun melihat keadaan di dalam ruangan pengap itu. Ibu dan Ayahnya dipasung. Tubuh mereka sudah sangat kurus. Sungguh menyedihkan.

Jaehyun sudah tak tahan melihat yang terjadi pada orang tuanya.

Sret

Jaehyun terpeleset. Menimbulkan bunyi yang cukup nyaring.

"Oh shit" gumam Jaehyun ketika mendapati kakinya terkilir.

Derap langkah kaki mulai terdengar dekat. Jaehyun berusaha lari. Setidaknya ia harus aman sekarang, sampai kakinya sembuh.

"Hahahahaha"

.
.
.

"Masak apa?" tanya Alena pada Yangyang yang tengah berkutat dengan sayuran di dapur.

"Sup, kamu suka kan?" tanya Yangyang memastikan.

Alena mengangguk, lalu ia mengambil air putih di atas meja makan.

"Kalau saya suka juga?"

Alena menyemburkan air putih yang sedang ia minum.

"Hah?" tanya Alena bingung.

"Saya bilang, saya juga suka sup" jawab Yangyang gelagapan.

"Ooh"

Yangyang langsung mengangguk cepat.

Setelah itu, tak ada percakapan lagi dari mereka. Hening hingga Yangyang selesai dengan hidangannya.

"Silahkan makan Alena. Maaf, saya ga bisa masak seperti chef di restoran" Yangyang menyodorkan semangkuk sup buatannya pada Alena.

"Ada yang kasih gue makan aja udah syukur, rasa mah gapeduli gue" jawab Alena sambil mencicipi sup buatan Yangyang.

"Enak ini mah, chef di restoran aja kalah" puji Alena setelah mencicipi sup itu.

"Ah kamu bisa aja, hahahaha" Yangyang jadi salah tingkah setelah dipuji Alena.

Alena makan dengan khidmad. Yangyang bukannya ikut makan, ia malah memperhatikan Alena yang menurutnya imut saat makan.

"Eh" tangan Yangyang reflek menggapai pipi Alena yang tertempel daun seledri.

"Kamu makannya jangan belepotan dong, umur berapa sih?" ucap Yangyang sambil memberikan tisu pada Alena.

Alena menghentikan kegiatan makannya. Seketika ia teringat sesuatu. Serasa deja vu.

Sosis bakar, saos dan..... Haechan.

"Chan, gue sayang sama lo" ucap Alena tiba-tiba. Ia menatap Yangyang yang entah sejak kapan berubah menjadi Haechan di matanya.

"Chan, gue kangen" ucapnya lagi.

"Gue juga Le"

Alena memeluk Haechan nya itu. Lalu menangis tersedu-sedu di sana.

"Kamu ga bisa liat saya ya?" gumam Yangyang yang pasrah dipeluk Alena.

"Engga apa-apa, saya bakal bikin kamu lihat saya sebagai Yangyang, bukan Haechan" gumam Yangyang dengan senyum miris. Lalu ia mengusap rambut Alena.


TBC :)))

July [Lee Haechan]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang