Day 4. Titik Terang

73 9 11
                                    

4 Juli
9.27 A.M

Seulgi sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi ini. Ah ini bukan sarapan lagi, tapi brunch ( breakfast and lunch). Seulgi lupa memasang alarm kemarin. Begitupun dengan Haechan, oleh karena itu mereka tengah kocar-kacir di rumah mungil itu sekarang.

"Echan! Beliin telor di warung Mang Ucup!" teriak Seulgi. Haechan yang tengah mencuci pakaian langsung menghentikan kegiatannya. Ia langsung mengambil uang dan pergi ke warung.

Alena? Ia sedang mencabut rumput di halaman, banyak pikiran-pikiran yang kini menghantui otak Alena.

Mulai dari keadaan keluarganya, dimana lokasi kakaknya sekarang, apakah komplotan Om Heechul masih berkeliaran di kota ini, dan yang paling baru apakah Alena memiliki rasa spesial terhadap Haechan? Karena sikap manis Haechan yang membuatnya luluh saat di kedai sosis bakar kemarin.

"Le! Gue mau ke warung, tolong jemurin cucian gue dong, udah gue pisahin" pinta Haechan yang tengah mengeluarkan motornya dari garasi. Lamunan Alena buyar karena suara Haechan itu. Alena langsung mengangguk mengiyakan permintaan Haechan barusan.

"Pergi dulu neng, kiw" Haechan berlalu. Alena segera mencuci tangannya di keran halaman, lalu masuk ke rumah.

"Teh, jemur pakaian dimana ya?" tanya Alena yang sedang mengangkat ember penuh berisi baju Haechan.

"Eh biar teteh aja yang jemurin cucian Echan Len, kamu duduk aja deh" Seulgi langsung mengambil ember itu dari tangan Alena.

Alena pasrah lalu duduk di meja makan. Ia melihat ternyata Seulgi sedang memasak bubur ayam. Alena berinisiatif untuk melanjutkan pekerjaan Seulgi itu. Meskipun ia tak pernah memasak, tak ada salahnya mencoba kan?

Alena memotong sayuran yang sudah disiapkan oleh Seulgi. Hanya itu yang pasti bisa Alena kerjakan. Kalau bumbu, Alena ragu. Nanti rasanya akan hancur seperti hubungannya dengan Hyunjin dulu.

Iya, Hyunjin adalah mantan pacar Alena. Pacar pertama dan patah hati pertamanya. Hubungan mereka kandas karena Hyunjin yang terpergok selingkuh dengan teman Alena. Malahan sahabatnya sendiri. Semenjak kejadian itu,Alena lebih menjaga jarak dengan pria.

Sret

"Liat-liat dong kalo main pisau tuh! Hampir aja lo motong jari lo sendiri jubaedah!" Haechan datang sambil menepis tangan Alena yang hampir tersayat pisau.

Bukannya meminta maaf, Alena malah memandangi tangannya yang sedang digenggam Haechan.

"Lo tuh ya! Kalo dibilangin jangan diem aja jubaedah" Haechan masih lanjut menceramahi Alena.

"Chan" panggil Alena akhirnya.

"Apa?"

"Tangan lo bambang! Jangan modus!" Teriak Alena. Haechan yang sadar langsung melepaskan tangannya yang semula menggenggam tangan Alena.

"Jangan ge-er lo suripto! Gue kaga sengaja" terang Haechan. Alena cuma mengangguk paham.

.
.
.
.

Di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda. Sepasang mata tengah mengamati seseorang.

Mata itu tampak sangat kejam, namun terbersit keraguan dalam sorot matanya.

"Lepaskan aku!"

Mata kejam itu menutup, lalu sang empu berjalan ke sumber suara yang sudah dengan lancang meneriakinya tadi.

"Dimana adikmu yang manis itu?"tanya pria bermata kejam. Sang korban masih memberontak, berusaha melepaskan diri dari lilitan tali tambang di tubuhnya.

July [Lee Haechan]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang