Day 30. Perbedaan

42 6 0
                                    

"Bang, kita mau kemana?" tanya Alena yang sedari tadi diam duduk di kursi mobil Jaehyun.

"Ke bandara" jawab Jaehyun singkat.

"Kenapa?" tanya Alena lagi.

Jaehyun menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya pelan.

"Len, dengar ini baik-baik" ucap Jaehyun, ia masih fokus dengan jalanan yang ia lalui.

"Papa itu udah keterlaluan. Kamu tahu?" Ucap Jaehyun. Alena terdiam lalu beberapa menit kemudian ia mengangguk.

"Papa itu egois" ucap Jaehyun.

"Maafin Bang Jaehyun ya Len" gumam Jaehyun.

Alena menatap kakaknya itu bingung.

"Coba aja Bang Jaehyun ga suruh kamu nikah dulu. Coba aja Bang Jaehyun tau semuanya. Coba aja Bang Jaehyun tau lebih awal" racau Jaehyun. Alena semakin bingung. Apa yang dibicarakan Jaehyun?

"Bang Jaehyun ngomong apasih?"

"Maksud Bang Jaehyun jodohin Lena sama Yangyang cuma satu. Supaya Lena jauh dari Haechan" ucap Jaehyun.

Mata Alena membulat karena kaget mendengar perkataan Jaehyun barusan. Haechan? Jauh dari Haechan? Kenapa?

"Kenapa Bang?" Tanya Alena. Jaehyun menepikan mobilnya. Akhirnya ia bisa berbicara dengan fokus penuh kepada adiknya itu.

"Haechan itu anak om Heechul" jawab Jaehyun.

".... h-h-h-hah?" Alena semakin bingung dengan keadaan ini. Ayolah, baru tadi pagi ia bangun, dan ia gagal menikah. Sekarang kakaknya mengatakan bahwa lelaki yang ia cintai adalah anak dari musuh bebuyutan ayahnya. Ya, orang yang ingin mencelakai Alena.

"Bang Jaehyun tau darimana?" tanya Alena tak sabaran. Matanya mulai berkaca.

"Papa yang bilang." Jawab Jaehyun.

Alena menahan tangisnya. Namun, itu tak berhasil. Air matanya jebol. Bagaimana bisa? Haechan?

"Kemarin Bang Jaehyun ke rumah Tuan Liu, Tuan Liu cerita semuanya. Termasuk masalah Haechan ini" jelas Jaehyun.

"Abang ga tau endingnya bakal gini, maksud Papa terdengar baik, cuma rada egois."

"Papa ingin kita hidup mapan, berkecukupan dan ga sengsara. Caranya Papa adalah ngejodohin kita sama orang yang dimatanya tepat."

"..... Meskipun kita ga cinta sama orang yang Papa pilih"

Alena mengangguk, merasa hal itu sangat benar.

"Kamu tau Len? Bagi Papa dan Mama, kita masih anak-anak yang kehidupannya beliau rencanakan."

"Papa dan Mama seakan ngatur hidup kita, Abang tau maksudnya baik. Tapi, apakah itu efektif?"

"Abang mau tanya, kamu mau nikah sama orang pilihan Papa atau orang yang kamu cinta?" tanya Jaehyun.

"Sama yang Lena cinta" jawab Alena ragu.

"Yap, kamu tau? Kita bisa. Karena kita udah gede. Kita bisa cari uang sendiri dan berhak sama kehidupan kita." Jelas Jaehyun.

"Karena Abang ngerasa demikian" gumam Jaehyun. Alena mendengar gumaman itu.

"Bang Jaehyun kenapa? Abang dijodohin juga?" tanya Alena. Jaehyun terseyum lalu mengangguk.

"Sama anaknya om Donghae" jawab Jaehyun sambil tersenyum masam.

"Kak Joanna?" tanya Alena. Jaehyun diam.

"Papa suruh Abang nikah sama Joanna buat balas budi ke Om Donghae" jelas Jaehyun.

Alena menunduk sedih. Kenapa hidupnya dan kakaknya seperti ini? Sesulit itu mencari bahagia.

"Lalu Haechan?" tanya Alena teringat masalah Haechan.

"Oh iya, Haechan itu anaknya Om Heechul, tapi ia ditinggal pas kecil dulu. Om Heechul pergi dari rumah buat cari kerja, dan dia ga balik lagi ke rumah Haechan. Sudah lama. Mungkin Haechan dan kakaknya juga ga tau kalau ayah mereka masih hidup" jelas Jaehyun.

Alena menjentikkan jarinya. Ia ingat betul ketika melihat foto keluarga di rumah Haechan. Ketika ia bertanya dimana ayah Haechan, Haechan hanya menjawab 'ia sudah bahagia di sana'.

"Sekarang kita ke bandara. Kita nyamperin Yangyang" ucap Jaehyun yang menghidupkan mesin mobilnya kembali.

"Yangyang?! Lena jadi nikah nih?!" Tanya Alena bingung.

"Engga lah, kita cuma mau pamitan. Yangyang bakal pergi ke Berlin." jelas Jaehyun.

.
.
.

30 Juli
9.00 A.M

"Kalau ku pandang kerlip bintang nan jauh di sana~" speaker di pos Karang Taruna seperti biasa menyetel lagu dangdut di pagi hari yang indah ini.

Tampak para pemuda komplek asik bergoyang di sana. Termasuk Haechan yang keadaannya mulai membaik. Entah mengapa, semenjak pulang dari rumah sakit, memori-memori Haechan mulai kembali. Ia sudah mengingat dengan lebih baik.

Mungkin ia sudah mengingat hampir semuanya. Sungguh kemajuan yang pesat. Terima kasih kepada dokter Jungwoo dan perawat Kun yang sudah membantu terapi ingat Haechan.

"Bang, setel lagu goyang dumang dong" pinta Haechan kepada Taeil yang kebetulan dekat dengan komputer yang terhubung ke pengeras suara.

"Goyang dumang sabi tuh Bang! Gas gas" timpal Lucas. Taeil hanya iya-iya saja. Ia lalu memutar lagu request-an dari para pemuda itu.

"Sakit rasanya putus cinta, sesaknya di dada"

Lantunan lagu itu membuat mereka mulai berdangdut ria.

"Mendingan kita, happy aja lupakan semua" nyanyi Lucas.

"Marilah kita goyang bersama, goyang dumang namanyaaaa" lanjut Renjun.

"Sakitnya tuh di sini"

Krik krik

Semuanya menatap Doyoung heran.

"Woy anak Pak Jamal, salah server anjim" hujat Taeyong.

Semuanya tertawa.

"Dahla bang, gue mau pulang aja dah. Capek ketawa mulu." Pamit Haechan sambil terkikik geli.

"Warnet dulu lah Chan, DOTA skuy" ajak Jaemin. Mata Haechan langsung berbinar mendengar ajakan main game Jaemin.

"Skuyy~" balas Haechan sambil menggandeng Jaemin.

"Ikut woy!" Chenle dan Jisung juga ingin ikut.

"Eh ada dede Lele, kalo dede Lele ikut, apa ga sumpek main di warnet? Duh warnet sempit banget lho, apalagi warnet Mang Kyuhyun." ucap Haechan sambil tersenyum licik.

"Lah terus gue gaboleh ikut gitu bang?" Tanya Chenle emosi.

"Bukan gitu dede Lele, tapi alangkah baiknya jika kita main DOTA di rumah dede Lele. Secara rumah dede Lele kan ada komputer banyak" jelas Haechan dengan nada yang dimanis-maniskan.

"Yeu si bambang, mencari kesempatan dalam kesempitan" hujat Renjun.

"Apesih Njun, iri? Bilang boss, hahay" balas Haechan.

"Buset dah ni bocah bener-bener udah sehat. Nyebelin nya comeback soalnya" komentar Doyoung.

"Anak Pak Jamal diem aja ye" ucap Haechan sambil menatap sinis Doyoung.

"Durhaka lo suripto!" Semuanya tertawa melihat tubir antara Doyoung dan Haechan itu.

"Btw gaes..." Yuta menyela kegiatan tawa itu. Sontak semua anak komplek menoleh ke arahnya.

"Suripto nama bapak gue anjim!" Lanjutnya.

"Pffftt hahahahaha" semuanya malah makin tertawa.

Bagaimana tidak, bisa-bisanya Yuta tadi ikut tertawa juga, setelah beberapa menit baru ia sadar itu nama bapaknya.

Ada-ada saja kelakuan mereka.

TBC :)

July [Lee Haechan]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang