21. Mencinta

29.7K 2.1K 170
                                    

Mia berjalan sembari menenteng tote bag-nya dengan raut ceria. Ia menghampiri sebuah mobil yang melintasi drop off loby salah satu mall di Jakarta.

Begitu memasuki mobil, perempuan itu mendaratkan kecupan di pipi si pengemudi yang tak lain adalah kekasihnya.

Hampir dua minggu keduanya tidak menghabiskan waktu bersama karena kesibukan masing-masing. Malam ini, Mia diundang untuk menjadi salah satu pembicara dalam talk show di sebuah mall yang kebetulan berlokasi dekat dengan rumah sakit tempat Arsen melakukan agenda kunjungan. Mereka pun sepakat bertemu setelah kegiatan keduanya selesai hampir bersamaan.


"Segitu kangennya ya kamu," goda Arsen yang kini mulai menjalankan mobilnya.

Mia hanya tersenyum. Tidak berusaha mengelak. Ia menyandarkan kepalanya ke belakang.

"Sandal aku masih di sini 'kan, Sayang?" tanya Mia sembari melepas stilettonya yang sejak tadi menyiksa kakinya.

"Iya, aku taruh belakang." Arsen menurunkan kecepatan begitu melihat lampu merah. "Kita jadi ke Senayan?" tanyanya.

"Kamu belum pernah nyobain sate taichan di sana, kan?" tanya Mia, mengingat Arsen jarang menghabiskan waktu di area jajanan seperti itu.

Arsen mengiyakan. Ia pun membawa mobilnya meluncur ke lokasi yang kata Mia cukup kondang akhir-akhir ini.

****

Asap terlihat mengepul dari panggangan milik pedagang sate yang berjajar di area trotoar kawasan Senayan. Arsen dan Mia berjalan bergandengan tangan mencari lapak mana yang paling menggugah selera. Mia sudah tidak mengenakan stilettonya lagi. Sebelum turun dari mobil tadi, Arsen mengambilkan sandal wanita itu yang sengaja ditinggalkan di mobilnya.

"Yang itu gimana? Yang tempat aku biasanya, lagi rame banget." Mia menunjuk salah gerobak yang cukup meyakinkan, tapi masih menyisakan bangku agak longgar.

"Boleh," sahut Arsen, yang sepertinya hanya akan menuruti dan percaya saja apa mau wanitanya malam ini.

Keduanya pun mengambil tempat duduk dan memesan santapan malam mereka. Dua porsi sate beserta lontong juga minuman akhirnya diantar ke meja sepasang kekasih itu setelah sekitar lima belas menit menunggu. Air liur hadir sebagai sinyal untuk melahap makanan itu dengan segera.

Saat keduanya menyantap sate hangat berpadu dengan gurihnya bumbu dan pedasnya sambal, Arsen mengamati Mia yang beberapa kali membalas pesan melalui ponselnya.

"Nggak biasanya kamu mantengin hape waktu lagi makan. Penting banget, ya?" Arsen bersuara, lalu meminum sekilas es teh di sampingnya.

Mia meletakkan ponselnya. "Nggak sih. Cuma excited aja. Aku ditawari jadi BA salah satu start up gitu."

"Oh ya? Apa namanya?"

"Kelaskita, bidang layanan pendidikan gitu. Kamu pernah denger?"

Arsen terdiam sejenak. Inderanya langsung menghubungkan nama itu dengan memorinya. "Kelaskita-nya PT Harapan Bangsa?" tembak Arsen.

"Iya." Mia melahap potongan lontong untuk menemani daging yang lebih dulu masuk ke mulutnya. "Ternyata secara statistik, followers instagramku kebanyakan anak sekolah. Makanya aku masuk kriteria mereka."

HEROIN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang