24. Just Him

25.2K 2.2K 241
                                    

"Kamu dari tadi nguap terus." Moza menatap Arsen yang tengah mengemudikan mobil keluar tempat parkir gedung Sasana Kriya, tempat dihelatnya pernikahan yang mereka hadiri.

"Iya, ngantuk banget. Semalem habis lembur."

"Sampe jam berapa?"

Arsen mengetuk-ngetukkan jari, ragu untuk menjawab. "Jam satu."

"Kamu sering banget lembur sampe malem. Dua atau tiga jam masih oke lah. Sesuai sama posisi kamu. Tapi kalo ini, tuh kantor sebenernya memperkerjakan kamu atau meres kamu sih?"

Benar bukan? Moza bakal berkomentar sengit soal kegiatan lemburnya.

"Sebenernya normal kok, Moz. Ini karena kemarin aku abis cuti aja."

"Cuti? Emang ada apa sampe kamu cuti?"

Arsen menelan ludah. Ia tidak mungkin berbohong pada Moza. "Aku ke Bali."

Sebelum Moza mengutarakan pertanyaan lagi untuk apa Arsen liburan ke Bali saat pekerjaan sedang padat, Arsen lebih dulu menambahkan. "Sama Mia."

Moza menatap Arsen yang tidak ia sangka setelah sedewasa ini, masih tidak berdaya jika dikendalikan oleh perasaan sialan itu. Baru saja ia teringat kejadian di masa lalu saat bertemu Romeo tadi. Dan benar, kan? Cinta cuma bisa membuat orang kehilangan akal sehat. Membuat mereka yang terjangkit virus itu melupakan hal-hal penting demi diperbudak perasaan itu.

"Jatuh cinta beneran bikin otak kamu ciut ya, Sen?"

Arsen tidak menjawab.

Moza tertawa. "Savage juga kamu ya. Gimana cara kamu ngehindar dari wartawan selama ini? Kayaknya pejabat-pejabat itu harus berguru sama kamu deh, cara ngumpetin simpanan."

"Tapi Mia bukan selingkuhan."

"I know. You build a real relationship with her, while you're doing a business with me." Moza menoleh ke arah Arsen. Moza menatapnya prihatin. Ia tahu sahabatnya itu tidak punya niatan buruk. Arsen hanya terjebak dalam perasaan dan posisinya. Lagi pula, ini kali pertama Arsen mengedepankan egonya. Selama ini Arsen selalu menurut pada perintah ayahnya. "Jadi..., kamu udah dapat jawaban dari pertanyaan aku waktu itu?"

"It's not that easy for me. Bayangin kamu bakal jalan sama orang lain yang aku nggak tau dia tulus atau enggak, brengsek atau enggak, sementara aku udah nggak punya hak lebih buat jaga kamu kalo kita cuma temenan." Arsen menghela napas berat. "Tapi aku akan atur supaya keputusan ini dampaknya nggak terlalu buruk. Terutama di sisi kamu."

Moza mengangguk. "Sepakat. Tapi sebelum itu terjadi, kamu masih punya tanggung jawab buat jaga nama baik aku dan keluarga kita. You know, saham TJ.ent naik karena kerja sama dengan partai Papa kamu. Dan popularitas papa kamu juga naik. Jangan sampai semuanya berantakan cuma gara-gara mereka nggak jadi besanan."

"Deal."

"Kamu juga harus bantu aku ngeyakinin Bunda kalo aku nggak mau dijodohin sama siapa pun."

Arsen tergelak. "Itu sih pasti."

*****

Mia merebahkan diri di sofa. Selepas pertemuan dengan tim marketing dan salah satu founder Kelaskita tadi, ada beberapa materi yang harus dipelajari oleh Mia. Di sampingnya, Tonny tengah memilah beberapa kaos yang tadi didapatkan dari kantor Kelaskita.

HEROIN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang