Fatim menatap toples cemilannya yang berhamburan. "Sialan, gara-gara fateh!"Fatim beranjak dari kasurnya, ia turun untuk mengambil cemilan barunya di dapur. Ia menatap fateh yang sedang duduk di sofa, kedua kaki di atas meja, sepertinya ia sedang bertelepon dengan pacarnya.
"Lagi di tempat nongkrong yang."
"...."
"Iya"
Fatim berniat untuk menjahili fateh, fatim berjalan menuju fateh,
"Wiuhh, lagi telponan sama siapa tuh? Pacar yang keberapa tuh? Udah pernah di pak--" fatim yakin, sebentar lagi pacaran akan marah.
"...."
"Iya, itu suara pembantu di rumah aku yang." Ujar fateh, ia melempar bantal ke arah fatim, tepat sasaran.
"...."
"Emmm, udah ya yank, ini pembantunya ngamuk." Ujarnya melirik sinis fatim
Tut...
"Enak aja lo bilang gue pembantu!" Ketus fatim, ia melempar kembali bantal tersebut ke arah fateh.
"Lu sih berisik, dah tau gue lagi telepon sama pacar gue."
"Pacar yang ke berapa?" Ucapnya sinis.
"Ke... Sepuluh mungkin, kenapa? Cemburu?" Fateh tersenyum smirk.
Fatim mengernyit. "Gue cemburu?" Beonya. "Halu Lo"
Suara petir menggelegar, petir menyambar, refleks fatim berlari menuju fateh yang sedang duduk di sofa, kedua tangannya mengalung di leher fateh, wajahnya ia tenggelamkan di dada fateh.
Fateh mengernyit, ia melirik fatim yang memeluk tubuhku, fateh berdehem membuat fatim tersadar, salah tingkah.
Fatim melepas pelukan itu, fatim menggaruk tengkuknya. "G-gue k-ke da-dapur dulu." Saking salah tingkahnya, ia sampai tidak sadar bahwa ia berjalan menuju tangga, bukan ke dapur.
Fateh terkekeh. "Woy, saltingnya gitu amat, sampe lupa arah dapur."
Fatim meneguk ludahnya, memalukan. Ia berbalik badan, menuju dapur dan embgambil beberapa cemilan ringgan, lalu berjalan menaiki tangga.
Fatim menutup pintu kamarnya. Punggung menempel di pintu kamarnya. Jantungnya berdegup kencang, ia memukul kepalanya dengan jari telunjuknya
"Malu-maluin ih!" Gumamanya.
-----
Fatim terbangun dari tidurnya yang nyaman dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Setelah selesai mandi ia turun ke bawah, niatnya untuk sarapan ia urungkan dulu, fatim menghampiri fateh yang sedang tidur di sofa, terlihat fateh tidur pulas dan fatim hanya melihatnya
Semalaman fateh menginap di rumah fatim, ia tidur di sofa ruang tamu. Hingga bi ana baru pulang tadi subuh-subuh, Bi ana tadi malam tidak bisa pulang karena hujan sangat deras, bi ana memutuskan menginap tempat temannya yang tidak jauh dari tempat ia belanja.
Fatim menuruni anak tangga, ia melihat fateh yang tertidur pulas di sofa, "bangun woy, udah siang."
Krikk..krikk..
Sunyi.
"Bangun!" Bentak fatim beberapa kali, namun tidak dihiraukan oleh fateh,
Jika hanya di bicarakan seperti itu, ia yakin fateh tak akan bangun jadi ia memutuskan untuk berbicara dengan omong kosongnya. "Bangun atau gue cium!" Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY SANGE
Teen Fiction[ON GOING] Cerita ini menceritakan tentang perjodohan. Yang awalnya sama-sama menolak dan sama sekali tidak mempunyai rasa sayang sedikitpun bahkan membenci. Fateh ketua geng yang di sebut badboy dengan otak gesreknya, tampan? Jangan diragukan lagi...