Assalamualaikum, sahabat online!!!
Apa kabar? semoga berlimpah rahmat dan syafaat selalu, semoga meski sedang dirundung awan kelabu, segera terbit cahaya harapan baru, semoga yang sedang alami kesulitan dipertemukan dengan sebaik-baik jalan.
Cinta Subuh sedang menjalani transformasi untuk masuk ke layar lebar, mohon do'a dan dukungannya, ya.
Insya Allah, karya-karya saya berikutnya segera meluncur, semoga berkenan menjadi pembaca, amin!!!Selamat Membaca!!!
ANGGA
Kaget, senang, takut, gugup, bingung. Campur aduk semua, seperti ketiban durian runtuh, seperti menang undian. Sampai detik ini aku masih yakin sambil terus meyakinkan diri, bahwa Ratih adalah bidadari yang dikirimkan Tuhan untuk menjadi Nyonya Angga di masa depan. Tapi semudah ini? Seakan semua keketusannya di awal perjumpaan hanya pura-pura, seakan aku baru saja menggunakan Dragon Ball untuk mengabul permintaan membuatnya mau jalan denganku. Yang jelas Ratih sekarang duduk di hadapanku, lengkap dengan kemeja kotak-kotak hitam yang entah bagaimana bisa berpadu sempurna dengan jilbab merah muda yang menghias wajahnya tanpa sedikitpun mengurangi kecantikannya.
Suasana kedai kopi yang biasa kukunjungi bersama Ghani terasa lebih hangat dibanding biasanya. Ornamen yang sebagian besar terbuat dari kayu berwarna kecoklatan sekarang seakan memancarkan aura merah muda yang manis. Kemungkinan besar sih, efek jatuh cinta.
"gimana menurut kamu?" tanyanya memecah lamunanku
"apanya?"
"Melly," katanya, dia memang sedang bercerita tentang teman satu kelas satu jurusannya, yang entah kenapa menyebarkan berita kurang menyenangkan entah demi tujuan apa, "aku harus gimana nanggapi dia?"
"udah bener kok," jawabku, "ada kalanya konfrontasi justru malah bikin masalah lebih rumit, walau jujur kalo aku diposisi kamu, aku akan kehilangan kesempatan berfikir jernih dan langsung nyecer dia dengan berbagai pertanyaan kayak, 'tujuan lo apa, sih? Lo ada masalah apa sama gue? Salah gue sama lo apa?' dan pertanyaan sejenis lainnya"
Ratih mengangguk, entah karena setuju dengan pendapatku, entah bersyukur tindakannya kunilai sudah tepat.
Setelah pembahasan tentang wanita cari gara-gara yang bernama Melly itu, kami sama-sama terdiam cukup lama. Lychee tea dan Caramel latte yang diantar pramusaji sekitar sepuluh menit yang lalu sudah habis lebih dari setengahnya, sementara kami berdua, aku tepatnya, masih grogi total, bingung mau membahas apa, banyak sih yang ingin kubahas, tapi takut kami hidup di dunia berbeda! Nanti kubahas tentang teori One Piece, dia malah nyambungnya soal kesultanan Ottoman, kan runyam!
"jadi, kamu kuliah jurusan apa?" tanya Ratih, sepertinya basa-basi.
"Sastra Jawa!" jawabku, optimis mendadak.
"wah," katanya, "jurusan langka peminat, tuh, biar kutebak, kamu pilih jurusan yang paling sedikit peminat demi mengejar gebetan, bukan, pacar!" dia benar, "tapi setelah kamu kuliah, ternyata pacarmu nggak mau lagi mempertahankan hubungan denganmu, makanya kemudian kamu menyesali keputusanmu untuk kuliah di jurusanmu sekarang!"
"nggak seratus persen sih," jawabku, grogi karena hampir tepat sasaran.
"salahnya dimana?"
"iya," kataku, "pertama, aku memang masuk jurusan Sastra Jawa karena nggak punya kemampuan mengikuti jejak Mira yang masuk kedokteran,"
"oooh, namanya Mira," kata Ratih memotong, bilang aku kegeeran, tapi berani sumpah, nadanya mirip orang yang sedang cemburu!
"mau kulanjutkan gak?" kataku
Ratih terkekeh, "iya lanjut!" katanya
"kedua, setelah tiga tahun kuliah Sastra Jawa, aku justru mulai mencintai jurusan ini, maksudku, banyak hal yang harus dilestarikan dari Sastra Jawa, tata krama, kedisiplinan, saling mengasihi, banyak deh! Sastra Jawa tuh, bukan Cuma tentang ngomong jawa aja!" aku mencoba membanggakan jurusanku
"terus, beneran nggak menyesal?"
"dengerin dulu," kataku, "ketiga, karena masuk kampus ini dan berpisah sama Mira, aku ketemu kamu, kan?"
"tuh, kan, pasti sering deh gombalin perempuan!"
"beneran nggak!"
Ratih tersenyum, senyumnya manis banget, kalau berat badanku lebih sepuluh kilo dibanding sekarang, aku pasti diabetes!
"kamu jurusan apa?" tanyaku, mencoba membuat obrolan makin mengalir
"antropologi!"
"wah, belajar tentang orang," kataku, "kenapa ambil antropologi? Kan bukannya itu..."
"kurang populer?" sambungnya melengkapi pertanyaanku, "sama dong kayak Sastra Jawa!" kemudian dia senyum lagi. Manis lagi, "tapi aku gak nyusulin pacar, ya!" dia bercanda menegaskan.
"iya deh, maaf" kataku, obrolannya beneran mengalir!
"kenapa Antropologi?" tanyaku
"yang kamu tahu tentang Antropologi apa?" dia bertanya balik, kemudian kami terlarut dalam obrolan panjang yang mengasyikkan. Mulai dari sebab Ratih masuk Antropologi yang katanya karena merasa manusia adalah makhluk paling menarik di dunia untuk dipelajari dan Antropologi punya banyak cara menarik untuk mempelajarinya. obrolan berlanjut mulai dari obrolan tentang ilmu budaya sampai pengaruh lingkungan terhadap pola pikir manusia sampai kepada informasi-informasi seputar keluarga dan kehidupan kami masing-masing.
Aku sekarang tahu bahwa Ratih adalah yatim piatu yang ditinggal kedua orang tuanya bersamaan, pasti sakit dan sulit. Yang dulu pernah mengangkat telepon dariku adalah Abangnya, Bang Sapta, seorang Ustadz muda yang belakangan namanya naik karena digandrungi emak-emak. Padahal, menurut Ratih, tampangnya biasa banget.
Aku juga tahu bahwa Ratih lahir di bulan July, tepatnya tanggal empat belas, lebih tua empat bulan dariku yang lahir pada dua november. Tapi siapa peduli perbedaan usia empat bulan, yang penting saling cinta!
"kamu udah Ashar?" tanya Ratih
"belum," jawabku. Jujur.
"salat, ih! Muslim kan?"
"belum pindah agama, kok!" aku bercanda.
"gak lucu!" jawabnya, sepertinya beneran kesal. Oke, Ratih tidak suka bercandaan tentang pindah agama. Noted!
"yaudah, tunggu ya, aku salat dulu,"
"iya, cepetan salatnya, udah mau maghrib!"
"salat gak boleh cepet-cepet," jawabku bercanda, aku berdiri meninggalkan Ratih. Saat ini aku merasakan seperti yang bule-bule bilang ketika jatuh cinta, ada setruman listrik gimana gitu yang membuat otot-otot di wajah saling tarik menarik sehingga membentuk senyuman.
Semoga ketika salat aku nggak senyum-senyum sendiri. Amin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Subuh
RomanceAngga baru saja putus cinta. Bukan pertama kali, tapi kali pertama dengan mudah ia lupakan mantan pacarnya. Sebabnya Ratih, perempuan seusianya yang wajahnya menjadi tempat berkumpul cahaya. Tapi Ratih bukan seperti perempuan muda umumnya, prinsipny...