Selamat Membaca💛
.
.
.Wina. Gadis itu namanya Jingga Winastya. Sekarang gadis itu berusia 17 tahun. Dia seorang pelajar kelas X di SMA Rembulan Harapan. Atau yang biasa disebut SMAREMHAR.
Dia hanya gadis dari kalangan biasa, tak terkenal sama sekali. Tetapi orangnya sangat ramah dan bersahabat. Itu dulu. Sekarang dia menutup diri dari dunia luar.
Di kelas tak jarang ia dicap sebagai gadis aneh yang beruntung berada di kelas X IPA 2. Dan gadis itu juga tak acuh sebenarnya.
Dia terlihat tak memiliki teman di sekolah, tak terlihat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Hanya terlihat duduk sendirian.
Jika kamu melihat ada sosok gadis yang sedang duduk di kursi taman saat waktu istirahat, itu Wina. Gadis itu akan ditemani sebuah buku novel ditangannya dan juga sebotol air minum di sampingnya.
Seperti itulah yang sekarang ia lakukan. Duduk menyandar pada bangku taman dengan buku di pangkuannya dan sebotol air minum.
Dia tidak nerd sama sekali, hobinya hanya membaca novel. Dia tidak sepintar itu, jangan berpikiran konyol.
Hanya kebetulan semata gadis itu suka membaca, dan yang dibacanya pun bukan buku pelajaran.
Hanya itu yang akan dia lakukan saat waktu istirahat seperti ini. Tak jarang ia akan membawa bekal jika sempat membuatnya. Dia bukan anak yatim piatu tentu saja. Dia masih memiliki orangtua lengkap. Namun, semenjak kejadian itu entah mengapa kedua orangtua Wina tak sehangat dulu kepadanya.
Gadis itu menghela napas pelan, sambil memijit pangkal hidungnya. Kepalanya mulai sakit lagi. Makin disandarkan punggungnya dan Wina mendongakkan kepala sambil memejamkan mata.
Menikmati hembusan angin yang terasa sejuk membelai wajah Wina. Padahal siang itu sedang terik-teriknya. Namun kursi yang sedang di tempati oleh Wina terhalang oleh pohon besar yang rindang.
Waktu tersisa tinggal lima menit, sebelum bel pelajaran selanjutnya berbunyi. Namun tak mengusik Wina sedikit pun. Gadis itu masih asik dengan posisi menyandar pada kursi. Tapi bedanya sekarang Wina tak memejamkan matanya lagi.
Wina mengangkat satu tangan, memosisikan tepat di atas wajah. Menghalau sinar yang menembus dedaunan rimbun di atasnya.
Tak lama berselang, bunyi bel pun terdengar nyaring seantero penjuru sekolah.
Sebelum meningkalkan tempatnya, Wina terlebih dahulu menegakkan tubuhnya dan menghela napas pelan. Meyakinkan kepada dirinya sendiri jika dirinya masih kuat untuk menjalani semuanya.
Diambilnya botol minum dan melangkah pelan seakan tak takut terlambat memasuki kelas. Langkahnya ogah-ogahan, tapi tak menyurutkan niatnya untuk memasuki kelas.
Terus berjalan tanpa menghiraukan sekelilingnya, matanya asik membaca novel yang berada di genggamannya. Tersisa beberapa lembar lagi hingga bacaannya selesai.
Tinggal beberapa langkah lagi Wina akan sampai di kelasnya. Tiba-tiba ada yang menarik tangannya dan membawanya berlari menyusuri koridor yang tampak sepi itu.
Wina tentu saja terkejut. Tetapi gadis itu hanya mengangkat sebelah alisnya heran. Sambil terus berlari mengikuti sosok cowok yang sedang menggandeng tangannya erat. Seakan takut Wina akan tertinggal di belakangnya.
Mereka berhenti di dekat gudang yang tentu saja sepi. Tubuh Wina dihimpit ke dinding dan sosok di depannya meletakkan tangan di setiap sisi kepala Wina.
Sosok yang berdiri di depannya tak terlihat lelah. Wina memperhatikah cowok di depannya. Tubuhnya tinggi, Wina saja hanya se-dadanya saja. Cowok itu tampak gelisah di depannya.
"Kenapa?" Wina yang tak tahan akhirnya bertanya. Tentu saja dirinya bingung, diajak berlarian, lalu di pojokkan seperti ini.
"Sstt, diem lo!" Cowok di depannya malah menyentaknya. Sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Wina.
Wina terkejut disentak seperti itu. 'Ditanya baik-baik malah disentak, gila nih cowok.'
Wina mengeratkan genggamannya pada novel ditangannya.
Sekitar beberapa menit posisi mereka, akhirnya cowok itu meninggalkan Wina seorang diri. Seperti tak pernah terjadi apa-apa diantara mereka.
"Eh cowok gila, ngapain lo?" Wina menyusul cowok itu sambil berteriak.
Sontak cowok itu berjalan ke arah Wina berada. Wina yang tak siap tiba-tiba kembali di pojokkan ke dinding oleh cowok yang tak dikenalnya itu.
Ekspresi cowok itu datar tak seperti tadi yang terlihat gelisah. Lalu cowok itu memajukan kepalanya ke arah telinga Wina.
Dan berbisik, "cewek aneh gak usah tau." Sambil memasang senyum miring yang terlihat tampan namun menyebalkan untuk Wina.
Kemudian beranjak dari hadapan Wina yang masih terbengong-bengong di tempatnya.
Dengan kesal Wina menolehkan kepalanya ke arah cowok yang sudah menghilang di belokan koridor dan membuatnya bingung untuk kedua kalinya. Namun gadis itu tak beranjak sedikit pun dari posisinya. Masih mencerna apa yang sedang cowok itu lakukan tadi.
Lalu tak lama Wina pun beranjak dari sana. Dan bergegas ke kelas. Gadis itu tak ingin saat sampai di kelas, dia tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran.
•
•
•To be continue...

KAMU SEDANG MEMBACA
WINASTYA
Fiksi Remaja(PhotofromPinterest) . . . Wina atau lebih tepatnya Jingga Winastya. Gadis yang tak dianggap dikeluarganya. Sosok gadis tangguh dengan segala macam rahasia yang dia simpan. Teman setia Wina hanya novel digenggamannya. Tempat favoritnya hanya bangku...