[30] Dimulainya Sebuah Rencana

5.3K 734 86
                                    


Gamau banyak berkata-kata, intinya jangan lupa kasih vote dan komennyaa yaa😘😘

~~

SORRY FOR TYPOS

.
.

Dennies membaringkan tubuhnya di atas kasur miliknya. Tanpa berbasa-basi lagi, setelah makan malam tadi, ia langsung pergi ke kamarnya. Sesak itu, kenapa tak kunjung hilang? Kenapa rasanya, sulit sekali untuk berdamai dengan semuanya. Di saat Dennies sudah memberikan sedikit hatinya untuk berdamai dengan lingkungannya kini, kenapa neneknya masih saja membenci Dennies? Apa salah Dennies sebenarnya? Apakah Dennies salah karena dilahirkan dari rahim seorang wanita yang merupakan mantan pembantunya?

"Nies?"

Dennies yang awalnya berbaring sambil menatap atap kamarnya, sontak dikejutkan dan langsung bangkit saat di ambang pintu sana, Kevin bersuara sambil berdiri menatap Dennies.

Shit, apa yang dia inginkan dari Dennies?!

"Mau ngapain, lo?" Tanya Dennies dingin.

Mendengar itu, Kevin nampak tertawa, kemudian ia berjalan pelan memasuki kamar Dennies.

Sedangkan dari tempatnya, Dennies nampak waspada. Memastikan Kevin tidak akan melakukan suatu hal yang bisa membahayakan dirinya. Setelah mengetahui apa yang terjadi, Dennies memang lebih waspada terhadap Kevin.

"Lo kenapa sih, kok kayak takut gitu sama gue?" Lagi dan lagi, Kevin tertawa sambil mengangangkatkan sebelah alisnya. Dari gerak geriknya, terlihat sekali jika dia menginginkan sesuatu dari Dennies.

"Mau apa, lo?" Tanya Dennies sinis, namun sarat akan waspada.

Kevin hanya tersenyum tipis, kemudian menatap kamar Dennies dengan saksama. Matanya, berkeliaran nyalang menatap sudut-sudut ruangan yang ditempati Dennies itu.

Kemudian, tanpa dipersilahkan terlebih dahulu oleh si pemilik, Kevin duduk di kasur milik Dennies. Ia, mengelus pelan bantal Dennies, kemudian menatap Dennies.

"Lo kayak takut banget sama gue," ucap Kevin, "Padahal gue ke sini cuman mau liat kamar sepupu gue aja." Lagi, Kevin tertawa. Tawa yang membuat Dennies semakin waspada karenanya.

"Kok lo waspada banget sih, kayak tau sesuatu aja tentang gue."

Dennies diam, menatap dengan tatapan mengintimidasinya pada Kevin. Apa yang Kevin lakukan saat ini, entah kenapa membuat Dennies menaruh curiga pada cowok yang sampai sekarang masih mengenakan seragam sekolah itu.

"Gue gak nerima tamu, jadi lo boleh keluar," lagi, Dennies berucap dingin. Ucapan yang entah kenapa, membuat Kevin semakin tertawa karenanya.

"Sayang banget Nies, lo cuman pendatang di rumah ini. Dan pendatang, gak akan bisa ngusir tuan rumah yang udah lama tinggal di sini." Jawab Kevin, cowok itu kemudian bangkit, berjalan mendekati Dennies sambil tersenyum miring. "Gue nggak nyuruh lo dan temen-temen sialan lo itu buat nyari tau informasi tentang gue. Dan lo, sama temen-temen brengsek lo itu, kalian udah ngelewatin batas."

Dennies diam, sungguh, ia tak mengerti.

"Maksud lo apa?" Tanya Dennies.

Kini, Kevin kembali tertawa. Tawa sumbang yang membuat Dennies semakin waspads dibuatnya. "Temen lo itu, si Gendut, udah ketauan, kalo selama ini dia sering ngikutin Kakaknya yang ada dalam geng gue. Dia, punya hampir semua bukti yang memojokkan gue. Dan sialnya, dia berani ngasih tau sama teman segeng lo, tentang apa yang dilakuin geng gue," dari sudut matanya, Dennies melihat jika Kevin nampak mengeratkan giginya. "Dan gue juga yakin, kalo lo tau tentang apa yang gue lakuin, bangsat!"

DENNIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang