[41] Seharusnya

7K 1K 527
                                    


Yang rindu?

S t o p 🖐️

Kasih emot dulu buat Author hihi👯

°°

S e l a m a t  m e m b a c a

M a a f k e u n  t y p o ♡

M a a f k e u n  t y p o ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ramein yaaak😘😘

~~

"Dennies datang nih, Gaes!"

Teriakan Pandu menggema, menyambut kedatangan Dennies dengan penuh semangat.

Dennies yang masih duduk di atas motor sambil kemudian membuka helm di kepalanya, sontak sedikit mengerutkan keningnya saat ia melihat Pandu yang menyambutnya dari depan pintu rumah.

"Kapan ke sini?" Tanya Dennies sambil membuka jaket yang dipakainya. Siang ini, sesuai dengan ajakan Danu di chatting tadi, Dennies akhirnya sampai di sini. Di rumah teman-temannya dan Bi Arum. Ah rumah ini, rasanya sudah lama Dennies tidak berkunjung. Apa yang menimpanya terakhir ini, membuat ia seakan lupa, bahwa ia mempunyai rumah lain yang selalu terbuka dengan mudah untuknya, di saat ia tinggal di rumah yang justru malah berusaha menutup pintu untuknya

"Ntar deh, ceritanya di dalem, yuk masuk."

Suara Pandu mengalihkan perhatian Dennies. Dennies yang awalnya hanya terdiam di atas motornya, sontak mengangguk, kemudian turun untuk mengikuti Pandu berjalan masuk ke arah rumah.

~~

"Nies—"

Belum sempat Danu menyelesaikan ucapannya, ia terlebih dahulu dikejutkan dengan Dennies yang tiba-tiba saja langsung memeluknya.

Danu mematung, merasakan rasa haru sekaligus bahagia yang kian begitu membuncah dalam dadanya. Ia pikir, setelah mendengar penjelasan tentang apa yang telah ia dan teman-temannya lakukan di belakang Dennies, Dennies akan menolak akan semua hal yang telah Danu dan yang lainnya lakukan. Tapi kali ini, semesta sepertinya sedang berpihak pada Danu. Sehingga ia tidak perlu dengan susah meyakinkan Dennies untuk menerima bantuannya.

Tuhan, rasanya, kenapa begitu lega, senang, dan terharu. Apakah seperti ini memiliki keluarga?

"Nu, gue nggak tau harus bilang apa," nada suara Dennies nampak bergetar, pemuda itu, memeluk Danu, berusaha menyalurkan rasa terima kasih yang begitu berlebih terhadap sahabatnya itu. "Di saat semua orang benci sama gue, bahkan ayah gue sendiri," Dennies menelan salivanya dengan susah. "Kenapa kalian masih peduli?" Tanya Dennies lirih.

DENNIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang