[40] Pusat dari sebuah kesalahan

6.2K 927 471
                                    


Yang nungguin Dennies update siapa aja, nih?

Kasih emot dong buat Author🙈 kalo bisa sih emotnya lope💓 muehehe.

Oiya, terima kasih udah bantiun milihin cover hehe, dari sekian pilihan, kalian akhirnya lebih banyak milih yang ini. Yang fotonya, gambar orangnya, kebetulan emang si Dennies sendiri. Huhu, seterhubung itu kalian sama Dennies🥺

~~

-S e l a m a t  m e m b a c a-

M a a f k e u n  t y p o n a💓

~~

Ckrek!

Suara dinyalanyakannya korek api itu terdengar nyaring di tengah-tengah ruangan sepi nan gelap. Gelap itu, perlahan mulai agak terang karena api yang menyala, keluar dari sana.
Hal itu sengaja dilakukan si pemegang korek untuk memberikan sedikit cahaya pada sekitarnya, sekedar menatap beberapa orang yang tengah berdiri di hadapannya dengan wajah khas mereka. Tak lama, namun sedikit memberi gambaran sekaligus oksigen di tengah gelap yang menyesakkan itu. Dia nampak duduk di atas kursi kebesarannya, bersantai dan berperan seolah-olah ia adalah pemimpin tertinggi sebuah kelompok.

"Ini hasil transaksi kemarin, Bos."

Dia tersenyum tipis, kemudian sengaja menghembuskan asap rokok yang dihisapnya sedari tadi. "Dari mereka?"

Pria berjaket kulit hitam itu mengangguk sambil memberikan amplop cokelat tebal pada si Bos.

"Bagus," Kali ini, dia tertawa. "Sementara semua orang sibuk ngehakimin dia, kita di sini bisa pesta."

Dia, Kevin nampak bangkit dari duduknya, kemudian kalinya yang dibalut sepatu berwarna hitam itu ia langkahkan. Tangannya, dengan perlahan terangkat, membuka jendela berkaca hitam yang seketika membuat ruangan menjadi lebih terang dengan pemandangan pepohonan di balik jendelanya.

"Jadwal balap sore, di mana?" Tanya Kevin sambil berbalik menghadap komplotannya. Ia, kemudian kembali mengesap rokoknya sebelum kembali mengeluarkan suara. "Modifikasi mobil, pastiin nggak ada yang cacat, berapapun biayanya, gue harus menang. Kalo perlu, kita bisa beli mobil baru lagi."

"Outer kita sempet protes Bos, katanya komisi mereka nggak segede risiko yang bakalan mereka dapet kalo ketahuan."

Mendengar itu, Kevin membuang puntung rokoknya, kemudian mengerutkan keningnya. "Mereka?" Tanyanya, kemudian tertawa pelan. "Berani juga mereka. Gak usah dipeduliin, orang miskin emang kadang nggak tau diri. Lagian, mereka cuman anggota luar, gak sopan banget sampe protes." Desisnya sinis.

"Katanya kalo bayaran yang mereka dapet nggak dinaikin, mereka bakalan keluar."

Mendengar itu, tawa Kevin terdengar, kali ini lebih keras. "Yaudah, keluar aja sana, gue nggak butuh anggota yang kerjaannya cuman ngeluh, suruh aja mereka keluar, kalo perlu sekarang."

"Bos, tapi rahasia kita—"

"Mereka nggak akan berani buka mulut."

"Tapi—"

"Gak usah bacot! Lo mau gue keluarin juga, sama kayak mereka?!"

"E—enggak, Bos."

~~

"Apa lo bakal percaya kalo tersangka utama kasus ini itu, sebenernya ada di lingkungan keluarga kita sendiri?"

Hening selama beberapa detik, saat itu Richard nampak diam sambil memandang Charlie dengan napas yang tersendat. Melihat Charlie yang hendak kembali membuka suara, akhirnya Richard terlebih dahulu menyela. "Dennies juga ada di dalam lingkungan keluarga kita, Charlie."

DENNIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang