Absen dulu, yang nungguin Dennies siapa aja ya?🤔~~
Kalo ada typo langsung tandain ya, biar aku lebih gampang ngerevisi bagiannya😘❤️
Selamat malam Jum'at dan selamat membaca😘😚
~~
Buk!
Dennies mengambil tasnya yang tergeletak di lantai dengan cepat. Sejenak, ia menatap seorang kakak kelas yang menatapnya dengan raut menyesal miliknya.
"Maaf, gue nggak sengaja." Kakak kelas itu menunduk, menatap Dennies dengan penuh rasa bersalah. Tangannya, terulur untuk memberikan tas Dennies yang sempat ia ambil berberengan dengan Dennies mengambilnya tadi.
Dennies tak menjawab, ia hanya mengangguk, kemudian pergi begitu saja meninggalkan kakak kelasnya itu.
Jam telah menunjukkan pukul 5, dan di jam seperti ini, ia masih berkeliaran di area sekolah. Sebenarnya ada banyak alasan kenapa di jam seperti ini Dennies masih berada di lapangan. Luntang lantung mencari keberadaan Carlo yang tadi sempat berlari karena melihatnya. Dennies yakin, bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Carlo. Cowok itu, akan langsung menghindar ketika ia melihat Dennies ataupun teman-temannya yang lain.
Dennies khawatir, tentu saja. Semenjak Kevin mengatakan bahwa ia telah menangkap Carlo yang memiliki kartu matinya, Dennies jadi sedikit cemas. Ditambah lagi, melihat bagaimana sikap Carlo pada Dennies dan teman-temannya. Ya, Dennies yakin bahwa, sesuatu telah Kevin lakukan pada teman sebangkunya itu.
Kring!
Dennies berhenti sejenak dari kegiatannya mencari Carlo. Pemuda itu, mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana abu yang dipakainya. Ternyata ada sebuah pesan, dan itu dari Tristan.
Tristan: Gue sama Danu kayaknya udahan deh ngeburu si Carlonya, soalnya laper, mau pulang ah kita. Nyarinya besok lagi aja. Ini gue udah di parkiran, Nies. Mending lo juga pulang, kita tungguin di parkiran. Adnan tadi udah pulang duluan, katanya ada tugas banyak. Gak ada akhlak, kan?
Dennies menarik napasnya sejenak, mengusap keringat yang membanjiri wajah tampannya. Ya, lebih baik ia pulang sekarang juga. Ia kan sudah memutuskan untuk menerima semuanya, lebih baik ia menghindari hal yang bisa menyeretnya dipandang sebagai anak nakal lagi oleh ayahnya.
~~
Sore itu, tepat jam lima ewat seperempat, Dennies sampai di rumah Ayahnya. Ia memarikirkan motornya di dalam garasi, menyimpan kendaraannya tepay di sebelah mobil yang Dennies kenal bet siapa pemiliknya.
Kevin.
Tunggu dulu, Kevin?
Menyadari itu, kening Dennies nampak berkertut. Tumben sekali Kevin pulang lebih dahulu dibanding dirinya? Biasanya, anak sekelas Kevin, akan lebih lama menghabiskan waktunya di sekolah: entah itu untuk bimbingan, mengerjakan tugas untuk besok, kerja kelompok, atau menghadiri rapat organisasi. Sejauh Dennies tinggal bersama Ayahnya, yang hal itu juga artinya satu atap dengan Kevin, baru kali ini Dennies mendapati Kevin lebih dahulu dari pada dirinya.
Akhirnya, sejenak tak memedulikan tentang Kevin, Dennies membuka helm berwarna hitam yang dipakainya. Ia, menaruh benda itu di jok yang awalnya ia duduki. Tak hanya itu saja, Dennis pun nampak membuka jaket yang dipakainya. Beberapa detik, pandangan Dennies berkeliaran. Menatap deretan mobil yang nampak berjejer memenuhi garasi rumah ayahnya. Sekali lagi, tumben sekali, mobil-mobil ini terparkir di garasi yang biasanya tak sepadat ini saat para pemilik kendaraan itu, melakukan pekerjaan mereka. Apa mungkin semuanya sudah pulang? Ayah, Om Andrew, dan semua anggota keluarga ayahnya, apakah mereka memiliki acara? Dan sekali lagi, Dennies menahan rasa sesak itu. Ya, mungkin saja, melihat semua anggota keluarga ayahnya yang nampak telah berkumpul di jam seperti ini, mereka pasti sedang mengadakan sebuah acara. Dan Dennies, tidak diajak atas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENNIES
Genç Kurgu[⚠️FOLLOW dulu sebelum membaca] Author: yakin mau baca? Udah siapin tissu?😌 ~~ 'Tentang dia, yang diamnya menyimpan banyak luka'. Kata ibu, sebagai seorang lelaki, Dennies harus bisa hidup mandiri, hidup keras merupakan hal lumrah yang dialami seti...