Setelah mengetik balasan pesan untuk sang ayah, Sakura bangkit dari tidurnya. Dilihatnya wanita yang menasihatinya dengan kata-kata lembut tadi, Sana––ibunya Minho yang sudah terlelap. Perlahan-lahan Sakura turun dari tempat tidur, mencoba untuk tidak membangunkan Sana. Sakura mengambil selimut yang ada di dekatnya, lalu menyelimuti Sana seraya tersenyum, melihat raut wajah Sana yang tenang saat tidur.
Setelah menyelimuti ibu dari sahabatnya itu, Sakura berniat keluar untuk pergi ke kamar mandi. Namun, saat pintu kamar di buka, ia melihat Minho yang sedang bermain dengan ponselnya sembari menatap gadis itu keluar kamar dari sofa di ruang tengah.
"Ino ... belum tidur?" tanya Sakura pelan sambil menutup pintu kamar.
Minho menggeleng, "Gak bisa tidur." Minho menepuk tempat di sebelahnya sambil menatap Sakura dengan senyum. "Sini."
Sakura menghampiri Minho yang sedang duduk di sofa, lalu menyenderkan kepalanya ke pundak laki-laki itu. Lengan Minho merangkul pundak Sakura dan mengelusnya pelan.
"Kok bangun?" tanya Minho yang sekarang membelai rambut Sakura di pundaknya.
"Tiba-tiba aja kebangun," jawab gadis itu. "Kebetulan tadi Ayah Ara ngechat. Ara ketauan kabur, doi lagi di rumah."
"Pak Junmyeon marahin Ara?"
"Enggak sih kayanya, cuma nanyain Ara di mana. Ara bilang aja Ara aman, siang nanti Ara baru balik."
Minho hanya ber-oh ria sambil memainkan rambut Sakura, sesekali Minho mengecup puncak kepala gadis itu dengan gemas.
"Ino." Sakura mendongakkan kepalanya dan menatap Minho yang juga ikut menatapnya.
"Iya, Ara?"
Sakura berdeham, "Ara kayanya bakal tinggal sama Ayah."
"Yaudah kalo keputusan Ara kaya gitu."
"Ino ... gak apa-apa kalo Ara tinggal?"
Minho diam sebentar sambil mengkerutkan dahinya bingung, "Maksudnya? Ino enggak paham."
"Ara bakal ikut sama Ayah ... ke Jepang. Ara tinggal di sana."
Aktifitas memainkan helaian surai gadis itu tiba-tiba terhenti, "Jauh amat, Ara. Tega banget Ara ninggalin Ino di sini!" sembur Minho, ia langsung memeluk Sakura dan mendekapnya dengan erat.
Sakura tertawa pelan, "Jepang doang, Ino ... gak jauh."
"Gak jauh gimana sih? Udah kaga pake helm lagi itu jauhnya, Ara!"
"Ino 'kan masih bisa telfon atau video call-an sama Ara."
Sakura mendengar suara napas Minho yang dihembuskan kasar berulang kali. "Ino...?"
Minho yang masih ada dipelukan Sakura hanya diam, tidak mau menjawab panggilan Sakura yang sekarang cuma tertawa geli. "Ino, ngambek?"
"Ino?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Not Perfect
FanfictionIni bukan hanya tentang impian atau masa depan, ini semua tentang kehidupan. Sakura Kim hanya menginginkan kesempurnaan dari keluarganya yang telah mengalami kerusakan. Di belakangnya ada sosok Minho Lee, seorang sahabat yang tak luput dari pandang...