NOT PERFECT : Ending

281 34 8
                                    

Dua pusara baru yang masih basah ditaburkan kembang setaman dan air mawar, keduanya bersimpuh melantunkan do'a untuk Irene dan Seokjin yang telah berpulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua pusara baru yang masih basah ditaburkan kembang setaman dan air mawar, keduanya bersimpuh melantunkan do'a untuk Irene dan Seokjin yang telah berpulang. Sakura, Minho, maupun Junmyeon beserta beberapa keluarga inti memejamkan mata untuk merapalkan ayat suci di depan nisan yang bertuliskan nama keduanya.

Baru menginjak enam bulan sejak kepergian Sakura ke Jepang, Irene dan Seokjin––yang ia ketahui sudah menikah––mendapat musibah dari semesta. Sakura tidak tau mengapa, sang bunda dan ayah tirinya itu bisa pergi secepat itu, ia mendapatkan kabar bahwa keduanya dibunuh di sebuah vila di kota Barat saat sedang melakukan pertemuan dengan rekan bisnis.

"Ayo..." Sakura menatap Minho yang merangkul pinggangnya, menuntun keluar dari area pemakaman menuju parkiran terbuka.

"Semoga Bunda sama Om Seokjin tenang ya, No." Sakura tersenyum tipis, menggenggam jemari Minho di sampingnya.

"Amin, Ara."

Sakura menghela napasnya kasar. Ia masuk ke dalam mobil BMW Putih yang terparkir dekat pohon beringin di ujung pemakaman, duduk di bangku penumpang bagian belakang bersebelahan dengan Minho yang menemaninya dari rumah duka. 

"Bunda sama Om Seokjin punya musuh ya, No? Kenapa mereka dibunuh?" tanya Sakura, membenamkan kepalanya di ceruk leher Minho, merangkul Sakura yang begitu lemas. "Ara baru tau Bunda punya musuh."

"Setiap orang pasti punya musuh, Ara. Itu kenapa kita harus jadi orang baik dan selalu melakukan hal baik, biar kita gak bikin orang lain dendam sama kita."

"Tapi orang baik juga sering dijahatin, Ino."

"Ino tau, Ara." Minho mengecup kening Sakura yang kembali meneteskan air mata. "Tuhan gak tidur, Ra. Tuhan tau mana yang baik dan buruk. Manusia itu bisanya cuma menghakimi. Walaupun mereka tau kalo kita orang baik, tapi kalo mereka benci ... apa mereka juga bakal baik ke kita? Enggak, Ara. Mereka gak akan kaya gitu."

Minho lalu mengimbuh, "Ino cuma mau Ara paham kalo gak semua orang bakal baik ke kita, meski kita udah baik sama orang lain. Berlaku juga kalo kita punya dosa di masa lalu dan kita mau bertobat sekarang. Tuhan bakal terima, Ra. Tuhan bakal terima permintaan maaf kita, tapi enggak sama manusia. Mereka bisa nerima maaf di mulut, tapi enggak di dalam hati."

"Bunda sama Om Seokjin mungkin begitu, dan semoga yang udah bikin Bunda sama Om Seokjin begini dapet ganjaran dari Tuhan. Ino juga mau Ara gak melulu sedih, karena Bunda sama Om Seokjin pasti sedih ngeliat Ara sedih. Ya ... Ara gak boleh sedih lagi. Masih ada Ayah sama Ino di sini, masih ada Emak, ada Oka-san, ada Mashiho, ada keluarga Ara, sama temen-temen Ara yang sayang dan baik sama Ara. Kita bakal nemenin Ara terus," pungkas Minho, membawa gadisnya kepelukan erat yang Minho ciptakan.

Sakura menangis, mendengarkan nasihat dan perkataan Minho yang begitu hangat di hatinya. Dirinya bersyukur masih ada Minho di sisinya.

Pintu mobil bagian kemudi terbuka, menampilkan Junmyeon dengan wajah merah padam dan napas seperti tersengal. Sakura dan Minho sampai terkesiap dan bingung karenanya. Di samping bangku kemudi, ada pria berbadan kekar yang masuk menenangkan sang ayah.

"Ayah...?" Kedua pria dibangku depan itu menoleh ke arah Sakura dan Minho, menatap mereka bergantian.

Pria berbadan kekar itu kemudian tersenyum tipis, "Saya Baekho ... rekan kerja Pak Junmyeon. Saya di sini mau bantu Pak Junmyeon sekaligus melindungi beliau dan keluarganya, termasuk kamu, dan Nak Minho serta Ibu Sana."

"Saya? Ibu saya?" Sakura menoleh ke arah Minho yang juga kebingungan namanya dan ibunya disebut. "A-ada apa?"

"Ceritanya cukup panjang, ini menyangkut mendiang Ibu Irene dan Pak Seokjin yang memang saya selidiki beberapa bulan ini."

Sakura tidak paham, dan sekarang situasinya begitu genting. Entah siapa yang memulai, Sakura juga tidak tahu. Namun, yang ia tahu adalah dirinya, ayahnya, dan Minho akan terlibat suatu hal yang berbahaya.

 Namun, yang ia tahu adalah dirinya, ayahnya, dan Minho akan terlibat suatu hal yang berbahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

END.

[✓] Not PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang