O1. Studio, Hujan, dan Amarah

536 57 3
                                    

Pengeras suara di sudut studio tari bernuansa gandum, mengeluarkan irama musik masa kini yang hampir mencapai batas maksimal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pengeras suara di sudut studio tari bernuansa gandum, mengeluarkan irama musik masa kini yang hampir mencapai batas maksimal. Di tengah-tengah ruangan; gadis bersurai cokelat seleher dengan kaus putih kebesaran dan celana olahraga bertuliskan 'SMA 8 Negeri', melenggakkan tubuhnya dengan lihai, menikmati alunan lagu Monster yang dinyanyikan duo penyanyi favoritnya. Meski tubuh penuh peluh, gadis itu tak peduli, ia tetap menari dengan minat, menyesuaikan gerakan dengan irama yang mampu membuatnya bahagia.

Pintu studio tari yang berada di belakang gadis itu terbuka, menampilkan sosok laki-laki berseragam pramuka yang memanggul ransel hitam merek Polo Cavallo--tas yang sering gadis itu sebut tas anak rohis--di punggungnya, bibirnya hanya nyengir menatap sang gadis yang berdecak.

Gadis itu kemudian berteriak, "Gue kira siapa!" Ia berlari ke arah ponsel yang ia letakkan di atas pengeras suara dan mematikan lagu yang sebelumnya terputar.

"Lagunya kedengeran sampe ruang OSIS," ucapnya sambil melangkah menuju gadis itu, "yang lain udah pulang, kenapa lo belum pulang?"

"Bukannya lo ngajak pulang bareng?"

"Emang?"

Gadis itu merengut, "Gue gebuk lo, ya, Minho?!"

Laki-laki bernama Minho itu tergelak, "Bercanda, Ra!" Pipi gadis itu dijepit keras oleh kedua tangan Minho dan membawanya ke depan wajahnya, "Serem ah, jangan panggil begitu! Gue bercanda!"

Sakura--nama gadis berparas ayu yang pipinya menjadi korban keganasan Minho--pun tertawa pelan, menutup wajahnya dengan tangan, lalu mendorong wajah Minho yang terlalu dekat itu dengan tangannya yang lain. "Resek!"

"Hari ini materinya pake lagu Monster?" tanya Minho yang membuat kedua mata Sakura membola.

"Lho, lo tau lagu tadi?"

"Tau lah! Lagu yang lo puter di Spotify berulang-ulang. Gue sampe ikutan dengerin."

"Enak tau lagunya!"

"Coba, gue mau liat lo nge-dance Monster di depan mata jadi Irene Red Velvet."

Sakura mendorong tubuh Minho untuk menjauh darinya, "Dih, gak mau ah, malu!"

"Ngapain malu, sih? Dari kelas tujuh gue nemenin lo ikut kompetisi dance, Anjir. Tiap saat gue liat lo nge-dance."

"Lo liat gue nge-dance juga per-grup, No. Enggak sendiri!"

"SEKALI, ARAAAAAAA!!!!!"

"GAK MAO, INOOOOOOOOO!!!!!"

Sekali lagi pipi Sakura dijepit dengan keras dan dibawa ke depan wajah Minho, "Lo ngajarin adek kelas aja gak malu, masa sama gue malu?"

Tangan Sakura mencubit perut Minho sampai empunya mengaduh kesakitan, "Beda rasa!"

Minho sedikit menjaga jarak dengan Sakura, lalu berkata, "Berarti kalo sama gue 'kan rasa green tea yang lo suka gitu, kalo sama adek kelas mah rasa kopi luwak yang kalo kencing baunya nauzubillah? Apa rasa mi goreng salted egg--IYA IYA, AMPUN, AH! RA! SAKIT!"

[✓] Not PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang