"Sachiro, abangmu udah bales belom?", tanya Hoshiumi kepada seorang pemuda tinggi berambut coklat yang dipanggil Sachiro.
"Udah, dia bilang boleh. Asal jangan dipake main terlalu sering", balas Hirugami sembari membantu Sakusa menyiapkan sabun cuci tangan.
Memiliki abang sekaligus dosen pembimbing lapangan menjadi keuntungan tersendiri. Selain bisa nge-lobby masalah nilai, bisa juga minta dipinjemin mobil.
Pak Fukuro yang notabene kakak kandung Sachiro akan tiba di Jogja sore ini. Awalnya beliau ingin naik kereta, tapi karena adeknya merengek minta ditinggali mobil selama KKN, jadilah si dosen muda Astronomi ITB tersebut balik ke Jogja bawa mobil sendiri.
Sungguh, kekuatan 'orang dalam' tidak bisa diremehkan.
Sesuai timeline acara, bubar Sholat Jum'at mereka mulai siap-siap buat sosialisasi dan menempel poster mengenai budaya hidup sehat kepada anak-anak sekolah dasar.
Sosialisasi sengaja dilakukan sore hari saat anak-anak berkumpul untuk kegiatan TPA. Mengingat tidak adanya fasilitas pendidikan, anak-anak di desa tersebut bersekolah di desa sebelah pada pagi dan siang lalu kembali ketika sore untuk TPA.
Tentu saja koordinator dari program kerja yang satu ini tak lain dan tak bukan adalah Sakusa
Cuci tangan merupakan salah satu hal yang ringan namun sangat sering diabaikan. Cuci tangan bukan berarti hanya membasahi tangan dengan air bersih saja. Cuci tangan tidak seserhana itu. Ada cara dan teknik yang benar agar tangan benar-benar bersih dan terbebas dari kuman penyakit.
Pentingnya menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya cuci tangan pakai sabun harus dimulai sedini mungkin. Mahasiswa bersama dengan seluruh warga melakukan gerakan cuci tangan pakai sabun. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terutama anak-anak dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan.
Pemilihan program kerja Gerakan Cuci Tangan pakai sabun serta Egogi (Edukasi Gosok Gigi) di latar belakangi dari kepedulian mereka (khususnya Sakusa) terhadap kebersihan anak-anak dan pentingnya menjaga kesehatan. Serta merupakan bentuk nyata para mahasiswa untuk ikut berpartisipasi dalam masyarakat.
Kegiatan ini dilakukan di masjid mulai dari ba'da Ashar. Mengajarkan cara cuci tangan pakai sabun pada anak SD merupakan hal yang gampang-gampang susah. Karena karakteristik anak SD yang masih dalam masa aktif-aktifnya dan sangat tertarik dengan berbagai macam hal yang baru, apalagi dengan jumlah peserta 100 lebih siswa merupakan tantangan yang lebih bagi para pemuda tangguh untuk mengondisikan siswa-siswa.
Sebagai koor, Sakusa bertugas menyiapkan segala piranti. Mulai dari poster, sikat gigi, odol, sabun cuci tangan, masker, sampai disinfektan semua dia yang nyiapin.
Sosialisasi dibagi menjadi dua pos. Yang pertama mengenai cara mencuci tangan yang baik. Kemudian pos kedua yaitu cara menggosok gigi yang benar.
Sakusa memplotting Kageyama, Osamu, Hirugami, dan Hinata di pos satu. Sedangkan Atsumu, Komori, Hoshiumi, dan Bokuto di pos dua. Ushijima bertugas sebagai PDD dan Sakusa sendiri fleksibel, bisa di kedua pos maupun bertindak sebagai Humas.
Meskipun gak ada anggota cewek, mereka beruntung punya Hinata, Komori, dan Bokuto. Sifat mereka yang easy going dan mudah bergaul membuat anak-anak nyaman mengikuti kegiatan sosialisasi yang mereka lakukan. Bahkan Kageyama yang sifatnya agak kaku pun bisa berbaur dengan baik.
Sosialisasi dibagi menjadi dua sesi, teori dan praktik. Sesi teori sepenuhnya diisi oleh Sakusa serta dibantu oleh beberapa ibu-ibu ustadzah. Doi mempresentasikan dua materi sekaligus, mengenai cuci tangan dan gosok gigi.
Saat sesi teori dilaksanakan, delapan orang yang sudah diplot menyiapkan keperluan masing-masing pos. Si ketua kelompok, Ushijima, masih setia jeprat-jepret kamera buat dokumentasi.
Rampung dengan teori, anak-anak dibagi menjadi dua kloter. Satu ke pos cuci tangan dan satu lagi ke pos gosok gigi. Untuk pos cuci tangan bertempat di area wudhu pria, sedangkan pos gosok gigi di area wudhu wanita. Satu pos diberi waktu maksimal 20 menit. Setelah itu, kloter tersebut dirolling berganti pos.
Sosialisasi selesai pada pukul lima lebih lima sore. Pemuda-pemuda tersebut mulai merapikan barang-barang keperluan proker. Dari Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun ini sangat diharapkan anak-anak selalu mengingat untuk cuci tangan menggunakan sabun karena mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling sederhana dan paling efektif untuk mencegah penyebaran penyakit.
Rampung beres-beres, mereka yang beragama non-Islam beserta Sakusa dan Ushijima kembali ke rumah Bu Karto guna menyimpan piranti yang tersisa. Sedangkan lima orang yang lain tinggal di masjid untuk membantu takmir menyiapkan ibadah sholat Maghrib dan Isya.
Setibanya di rumah Bu Karto, mereka melihat (Y/n) sudah rapi dengan mukena bewarna biru langit dan sajadah besar tersampir di tangan.
Sakusa menghampiri perempuan asli tanah Jogja tersebut lalu berkata dengan bahasa isyarat,
"Tungguin aku bentar"
(Y/n) mengangguk mengiyakan. Sembari menunggu, dirinya berbincang sejenak dengan Bokuto, Hinata, dan Hoshiumi melalui tulisan di aplikasi note. Ketika Sakusa dan Ushijima sudah siap, mereka bertiga pamit ke masjid.
Kedua pemuda jangkung tersebut berjalan di belakang (Y/n). Mengetahui tubuh (Y/n) yang pendek namun gendut, ditambah mukena biru terang yang dikenakannya, membuat (Y/n) tampak imut seperti kembang gula berjalan.
Perempuan tersebut tak sadar. Jika semburat merah menghiasi wajah kedua pemuda tampan yang mengekorinya.
-------------------------------
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Chubby Series #2 || Yang Tersayang
Fiksi Penggemar|Schweiden Adlers x Chubby Reader x MSBY Black Jackals| | Lokal AU! | Selain yang paling berharga Akan lebih baik bila kubisa Membuang segalanya Kenyataan hanyalah kekejaman Ah- Hingga hari kutertidur Dalam keabadian nanti Kumohon senyuman itu Tetap...