Prolog

112 23 31
                                    

Aku Gia. Anak tunggal dari pasangan Windi dan pria brengsek itu. Bahkan aku tidak sudi untuk menyebut namanya, apalagi mengakuinya sebagai ayahku. Cih, aku bahkan menyayangkan kenapa ada darahnya yang mengalir di dalam tubuhku. Andai ada pilihan, aku tidak ingin menjadi darah dagingnya.

Sedikit bercerita, ibuku berusia hampir 33 tahun. Dan usiaku 17 tahun. Tidak jika kalian mengira aku anak angkatnya. Aku tidak ingin mengatakan bahwa aku anak haram, sayang sekali itu memang kenyataannya.

Kalian mau tau?
Ibuku mengandungku ketika ia berusia 15 tahun. Dihamili seorang berandal SMA ketika dirinya masih di bangku Sekolah Menengah Pertama. Pria itu memang bertanggung jawab menikahi ibuku-untuk menutupi aib tentunya. Tapi, pada akhirnya dia meninggalkan kami dan mencampakkan kami.

Beberapa tahun lalu, ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar, aku sering sekali melihat ayahku melakukan kekerasan fisik pada ibuku. Aku yang masih kecil hanya bisa menangis dan memeluk ibuku kala itu. Bahkan ketika aku melakukan itu, ayahku tak segan-segan untuk memukulku. Sampai ia berkata bahwa aku adalah anak haram, berujung ibuku meminta cerai darinya.

Aku tidak marah ketika ibu meminta cerai, aku sendiri sudah tidak tahan dengan sikap ayahku. Aku ingin kami berdua terbebas dari pria kejam itu.

Aku sangat kecewa ketika bahkan ibuku dan pria itu belum resmi bercerai, aku melihatnya berjalan berdua dengan seorang wanita. Memeluk pinggang wanita itu posesif. Tertawa seolah tidak ada rasa bersalah telah menyakiti anak-istrinya.

Itu awal ceritaku membenci sosok yang dinamakan ayah. Meski ibuku selalu menasihatiku untuk berbuat baik padanya dan mengingatkanku bahwa dia adalah ayahku, bagiku dia tidak lebih dari seorang pria brengsek.

Dan asal kalian tahu, dia tidak hanya jalan dengan satu perempuan. Bahkan sekarang ketika aku tak sengaja bertemu dengannya, ia pasti bersama wanita yang berbeda. Ingin sekali rasanya aku meludahi wajah mereka. Ahh, ku pikir semuanya hanya wanita jalang yang hanya menginginkan harta. Ku akui pria itu memang kaya. Tapi itu dirinya, bukan aku ataupun ibuku. Dia-pun tak pernah menafkahiku sebagai anaknya. Tapi tak apa, toh aku tidak menganggapnya sebagai ayah.

Terlepas dari cerita kelam itu. Biarkan aku memperkenalkan diriku sendiri.
Aku sekarang bersekolah di sebuah Sekolah Menengah Atas Swasta kelas 11. Aku bisa masuk di sekolah itu karena beasiswa. Aku begitu giat belajar, untuk apa? Untuk ibuku tentunya. Setidaknya ia akan merasa ada orang yang menyayanginya di dunia ini dan ingin membahagiakannya. Ibuku sendiri bekerja sebagai pelayan di suatu restoran. Wajah cantiknya tertutup rasa lelah dan kesedihan. Aku ingin merubah semua itu. Aku ingin membahagiakannya.

Oh iya, selain kepedihan berasal dari keluarga broken home, aku juga memiliki masalah di sekolah. Aku tidak punya teman. Mereka tahu latar belakang keluargaku dan kenyataan bahwa aku orang yang miskin, itu membuat mereka menjauhiku.

Dan banyak gadis di sekolahku yang membenciku karena tersebar gosip bahwa salah satu most wanted di sekolah kami ada yang menyukaiku. Cih, bahkan aku tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan. Aku bersekolah bukan untuk mencari perhatian lawan jenis seperti para gadis itu. Bahkan aku sangat membenci makhluk yang bernama lelaki.

Aku selalu berusaha tidak peduli tentang omongan orang lain. Ini hidupku. Mereka hanya melihatku dari sisi buruk cerita hidupku. Mereka menghakimiku seolah aku yang mengacaukan hidup ini. Andai mereka ada di posisiku sekarang, aku bahkan tidak yakin mereka masih hidup. Mungkin mereka sudah mengakhiri hidupnya karena tidak kuat dengan beban hidup seperti ini.

Karena diriku sendiri dulu pernah hampir bunuh diri. Menghadapi rusaknya hubungan keluarga dan diasingkan teman, serta dicemooh membuatku begitu depresi. Aku pernah hampir melompat dari atap gedung sekolahku. Andai saja saat itu guru Matematikaku-Bu Firda namanya, tidak datang menarikku mundur. Ku pastikan aku hanya tinggal nama.
Ia juga menelpon ibuku, ibuku datang dan menangis memelukku di salah satu ruangan sekolah. Dan untung saja berita niat bunuh diriku hanya ia yang mengetahui. Aku tidak bisa membayangkan jika seluruh warga sekolah tau, pasti aku dijadikan bulan-bulanan mereka. Dia adalah orang kedua yang ku sayangi setelah ibuku. Dia sedikit banyak juga membantu keluargaku. Aku sangat berterimakasih padanya.

Aku pernah bertanya mengapa ia bisa tahu jika aku di atap gedung. Wanita 29 tahun itu mengatakan bahwa tak sengaja melihatku keluar kelas di tengah kegiatan belajar-mengajar dengan keadaan kacau dan menangis. Waktu itu di kelasku sedang jam kosong, dan di dalam semua orang mengataiku. Aku tidak tau aku memiliki salah apa pada mereka sampai mereka sebegitunya membenciku. Karena itu, ia mengikutiku dan mendapati diriku ingin melompat dari atas gedung.

Aku lelah, aku ingin berhenti. Tapi, aku tak mungkin menambah luka ibuku 'kan?




Ayyaaryzka

____💚____

TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang