TUJUH

26 7 9
                                    

Inget ya kata-katanya pacarku ups:')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Inget ya kata-katanya pacarku ups:')



Aku pulang diantarkan oleh Bian. Aku bahkan tidak memikirkan masalah perizinan dengan pihak sekolah. Bian mengatakan, Juna akan mengurusnya untukku.

Di sepanjang jalan, aku hanya melamun, memandang jalanan melalui kaca jendela mobil.

Perlahan aku menyadari bahwa memang aku tidak pantas menjadi teman Bian, apalagi sekarang dikelilingi oleh ketiga temannya juga. A-aku merasa sangat tidak pantas. Persis apa yang dikatakan Kintan dan Rita tadi.

Aku memang tidak menyalahkan Bian, tapi mungkin jika seandainya aku tidak dekat dengannya para gadis itu tidak akan mengusikku.
Harus ku akui, sebelumnya mereka tidak pernah mengurusiku. Justru mereka selalu mengabaikanku, mungkin karena mereka menganggapku sangat tidak setara dengan mereka.

Hah...

Aku melirik sebentar pada cowok di sampingku. Ia masih fokus menyetir. Aku berpikir bagaimana jika aku meninggalkannya saja. Tapi aku tidak ingin membuatnya merasa bersalah. Ia pasti berpikiran dirinyalah penyebab aku dibully sehingga aku memilih untuk menjauh darinya.

Aku harus bertahan sedikit lagi. Mereka memang ingin menjatuhkanku, tapi aku tidak selemah itu untuk dijatuhkan. Tidak. Aku harus bertahan. Lagi pula ini bukan masalah serius untukku, aku bahkan telah menghadapi berbagai hal yang lebih pelik dari ini.

"Kenapa ngelihatin gue terus hmm?" Cowok itu menoleh sekilas padaku membuatku gelagapan sendiri.

Sesegera mungkin, aku mengalihkan pandanganku. "Enggak kok. Aku nggak ngelihatin kamu."

Ku dengar cowok itu terkekeh, "Kalo ngelihatin juga nggak papa kali, Gi. Nggak usah malu."

Sungguh, katakanlah aku berlebihan. Tapi ucapan Bian itu justru membuatku merasa malu. Padahal 'kan aku tidak berniat seperti itu. Aku hanya ingin meliriknya sebentar saja.

"Enggak, beneran."

"Ya udah sih. Nggak usah serius gitu, orang gue juga cuma bercanda doang." Balasnya lalu tertawa pelan.

* * *

Baru saja Bian sampai di sekolah. Tak ingin pergi ke kelasnya, cowok itu memilih pergi ke kantin. Tidak apa, sesekali bolos pelajaran tidak akan membuatnya tidak naik kelas.

Ia bertemu dengan Vito dan Fadel. Kedua temannya itu baru saja selesai praktek olahraga. Sepertinya.

"Udah kelar nganter Gia lo Bi?" Tanya Fadel sambil mengunyah makanannya.

"Udah. Mau ke kelas tapi males."

"Dih, anak kelas unggulan kok bolos!" Ujar Fadel.

"Halah nggak papa. Sekali doang nggak bakal bikin gue goblok kok, santai aja." Balas Bian.

TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang