TIGA

61 20 6
                                    

Halo semua, udah lama ya nggak update.
Makasih udah luangin waktu baca ceritaku ya hehe:')
Okey, langsung aja, let's get it

Windi mengisi waktu istirahatnya dengan mengobrol bersama Chika. Membahas beberapa hal yang membuat keduanya tertawa.

"Mbak Windi, itu dicariin Pak Setya. Katanya mbak suruh ke ruangannya," ucap salah satu pegawai pria yang tiba-tiba datang.

Windi dan Chika mendongak, "Nyariin aku? Ada apa?"

Pria muda itu mengendikkan bahunya, "Nggak tau, aku cuma disuruh nyampein gitu ke mbak."

"Oh, yaudah. Kalo gitu makasih ya."

"Duh, ada apa nih Pak manajer nyariin mbak? Jangan-jangan kamu mau dilamar mbak," Chika terkekeh.

"Huss kamu ini, paling urusan kerjaan. Aku ke sana dulu," Windi-pun beranjak menuju ruangan manajernya.

"Permisi," ucap Windi mengetuk pintu.

"Masuk aja," seseorang di dalam ruangan itu menyahuti.

Tanpa buang waktu, Windi masuk ke dalam ruangan manajernya.

"Windi, silahkan duduk," ucapnya sambil membenahi posisi duduknya sendiri.

Windi menurut, "Ada apa ya Pak kok saya disuruh datang ke sini?"

"Hmm", pria itu berdehem, "Sebenarnya ada sesuatu yang mau saya sampaikan ke kamu."

Dahi Windi mengerut, "Sesuatu? Apa Pak?"

"Tidak disini, Windi. Lebih baik kita keluar ke tempat makan, sekalian makan siang."

"Tapi Pak, 'kan bisa makan di sini. Lagian ini restoran Bapak," sebenarnya Windi tidak ingin pergi, ia berusaha untuk menolak dengan halus.

"Ya... Ya, gimana ya? Saya nggak bisa ngomong di sini. Jadi, saya minta kamu ikut, ya?"

Setelah beberapa saat berpikir, Windi mengangguk sambil tersenyum canggung.

"Ya sudah, kamu ganti baju dulu, jangan pakai seragam itu."

"Iya Pak."

* * *

"Kamu pesan makan aja dulu, setelah makan baru saya ngomong," ujar Setya sesaat setelah mereka duduk.

Windi mengangguk canggung.

Setelah selesai makan, Windi mencoba memulai pembicaraan. Sungguh, ia tidak suka berlama-lama bersama seorang pria seperti ini.

"Hmm," ia berdehem.

"Maaf, Pak. Sebenarnya apa tujuan Bapak mengajak saya ke sini? Katanya ada sesuatu yang mau disampaikan pada saya?"

Setya terdiam sesaat, ia kemudian meneguk jusnya sedikit lalu mulai menatap Windi serius.

"Saya tidak bisa banyak berbasa-basi, Win. Sebenarnya saya---" ia mengambil napas lalu menghembuskan cepat.

"Saya jatuh cinta sama kamu. Kamu mau jadi istri saya?"

Windi menatap terkejut pada pria yang berusia setahun lebih tua darinya itu.

"Maaf, maaf saya membuat kamu terkejut," ujar Setya membaca mimik wajah Windi.

Windi benar-benar kehilangan kata-katanya. Selama ini ia hanya tahu gosip bahwa manajernya ini memiliki perasaan khusus kepadanya. Ia tidak yakin itu benar adanya. Tapi, hari ini pria itu mengutarakan langsung kepadanya.

"Saya nggak minta kamu jawab sekarang. Kamu bisa pikirin ini dulu baik-baik. Saya kasih kamu waktu 2 minggu untuk berpikir."

"M-maaf Pak. Tapi, tapi kenapa saya?"

TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang