DELAPAN

56 6 43
                                    

Cek mulmed, itu lagunya enak banget nggak bo'ong. Lagu ambyar versi Korea, pemersatu fandom wkwk

Oh ya, fyi di part kali ini bertebaran foto para cast.

Ok, langsung saja let's get it

Sudah sekitar seminggu dari kejadian tidak mengenakkan di toilet lalu. Kintan dan teman-temannya terlihat sedikit 'mundur' untuk menyakitiku lagi. Tapi aku yakin, mereka tidak akan kapok walaupun tempo waktu mendapatkan hukuman berupa skorsing dari guru BK.

Ah, kenapa hari ini agak menyebalkan? Aku sedikit terlambat sampai di sekolah. Maksudku bukannya aku sampai di sekolah setelah bel berbunyi. Tapi seperti yang kalian tahu, aku selalu datang pagi-pagi. Jadi ini sedikit terlambat untukku.

Aku menundukkan kepalaku, mengabaikan tatapan rendah orang-orang seperti biasa. Tapi, aku tak sengaja melihat seseorang yang ku kenali di depan ruang kepala sekolah seperti hendak masuk.

Itu... Seperti Vito. Tapi apa iya? Aku tidak yakin itu memang dia. Selain karena jarak yang cukup jauh. Aku juga tahu bahwa cowok itu tidak suka dekat dengan perempuan. Karena kini aku melihat seseorang seperti Vito itu sedang bersama perempuan.

Apa aku salah lihat?

Ah ya, apa pentingnya memikirkan itu Vito atau bukan. Toh itu bukan urusanku. Yang paling penting untukku sekarang adalah sampai di kelas dengan cepat.
Aku melajukan langkah kakiku. Tidak betah juga ditatap seluruh siswa seperti ini.

Aku masuk ke dalam kelas, tapi Bian tidak ada. Kemana perginya cowok itu? Tidak biasanya juga dia datang terlambat.

Ya sudahlah, kalau dia tidak berangkat pasti nanti akan mengabariku. Mungkin. Kami 'kan teman.

Tapi ternyata tidak. Cowok itu tiba-tiba datang membawa banyak jajanan kantin. Heh apa-apaan ini?

"Bian."

"Kamu ngapain jajan segitu banyak?" Tanyaku ketika cowok itu mendekat ke tempat duduk di sebelahku.

"Gue beliin lo nih." Jawabnya sambil tersenyum lebar.

Aku melongo tak percaya. "Sebanyak itu? Buat aku?"

Cowok itu mengangguk. "Iya dong. Kita makan sama-sama. Habisnya lo nggak pernah mau gue ajak ke kantin. Yaudah gue borong aja semua biar bisa dimakan di sini."

Aku mengerjapkan mataku. "Y-ya? Tapi ini banyak banget, Bian. Lagian kenapa nggak beli nanti pas istirahat aja?"

"Kalo gue belinya nanti, rame banget pasti di kantin. Mending sekarang 'kan?"

"Ya tapi nggak sebanyak itu juga 'kan?"

"Nggak papa. Kalo nggak habis kasihin aja ke temen-temen."

Aku menghela napas pasrah, mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa menolak keinginan Bian.

Sesaat setelah guru pada jam pertama masuk, pintu ruang kelas diketuk.

Aku melihat Pak Hendra datang bersama seorang gadis. Gadis itu diizinkan masuk oleh guru mapel yang sedang mengajar.

"Halo semua. Kenalin namaku Nadin Farisya. Kalian bisa panggil Nadin. Senang bertemu kalian."

Entah hanya perasaanku atau bagaimana, gadis itu menatapku dengan senyumnya. Ah ya, mungkin dia melihat Bian yang berada di sampingku. Mengapa aku jadi kesal ya menyadari gadis itu melirik ke arah Bian?

"Silakan duduk di tempat kosong sebelah Serli itu ya, Nadin." Ujar guru mapelku sambil menunjuk tempat duduk Serli.

Nadin tersenyum lalu mengangguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang