CITRA DAN ANGGA JADIAN

39 4 0
                                    

"Citra!"
Citra terkejut
"Aduh Nay, ngangetin gue aja sih, kalau jantungnya copot gimana?"
"Kan tinggal pasang"
Citra menatap Nayla tajam
"Iyadeh, sorry"
"Kok lo bisa masuk?"
"Iyalah, orang pintunya gak dikunci, lagian lokan sendirian, makanya gue berani nyelonong aja." Citra memerhatikan barang yang dibawa Nayla
"Apaan tuh?"
"Bahan kue"
"Buat siapa?, emang lo bisa masaknya?"
"Nggaklah, makanya gue kesini, hehehe"
"Dasar, tapi kalo bikin disini gak mungkin"
"Yang bilang mau bikin disini siapa?, gak ada kan"
"Lah, terus?"
"Gue mau jemput lo, ganti baju sana, gue tunggu"
"Tapi"
Nayla menatap Citra tajam. Citrapun buru-buru mandi dan ganti baju, sementara Nayla menunggu sambil memainkan ponselnya.
"Cit?"
"yah"
"Selama gue sibuk, lo ngapain aja, dan sama siapa?"
Citra terdiam sejenak, bayangan tentang Alfin terlintas difikirannya
"kenapa lo?, kok jadi melow begitu"
Citra duduk didekat Nayla dan menceritakan tentang Alfin
"What, serius lo?"
Citra mengangguk, sementara Nayla masih menganga
"demi apa, lo dekat sama cowok tapi gak bilang sama gue?"
"Abisnya lo sibuk sih"
Nayla terdiam, dan mengalihkan pembicaraan
"Udah yuk, kita pergi sekarang, keburu sore entar"
Citra menatapnya sinis
"Gininih kalo udah tau kesalahannya, paling jago ngalihin pembicaraan"
"Hehehe"
Merekapun kerumah Nayla. Ternyata rumahnya Nayla juga kosong, sebab orang tuanya sedang diluar kota. Citra membuat kue kesukaan Nayla, yaitu brownis coklat dan kue bolu kukus. Disamping tangannya terus bergerak, mulutnya juga, sambil menerangkan ke Nayla, supaya suatu saat kalau Citra tidak ada disampingnya, di bisa membuatnya sendiri. Tapi, namanya juga Nayla, dia lebih asik liatin ponselnya dan menyahut beberapa kali tanpa memperhatikan.
"Nay?"
"Apaansih Cit?, lagi serius juga"
"Lo gak dengerin gue dari tadi"
Nayla menatap Citra dan nyengir
"Awas lo yah"
Citra mengejar Nayla, dan melemparnya dengan tepung, sesaat dapur yang tadi bersih jadi berantakan. Melihat keadaan dapur, mereka berdua malah tertawa, lalu membersihkannya bersama-sama. Tak lama kemudian semua kuenya jadi, mereka membuat coklat panas, lalu membawanya kehalaman belakang,
"Wah, lo benar-benar chef terbaik gue"
"Makasih"
"mm, lo kenapa gak bikin toko kue aja?"
Citra merenung sejenak
"susah"
"Susah apanya?,"
" gue gak ada waktu, tau sendirikan kalo nenek gue tau, pasti dia bakal nyari seribu satu cara buat ngekang gue, sekolah gue aja mau di stop sama dia, untung gue dapat beasiswa"
Naylapun mengangguk dan melanjutkan makannya, yah hidup sahabatnya ini benar-benar rumit. Andai bisa, dia ingin membawa Citra keluar dari rumah neraka itu. Tapi, Citra tetap kekeh mau tinggal disana, entah apa yang dia pikirkan. Tiba-tiba pintu diketuk, Naylapun keluar dan membukanya
"Maaf, siapa yah?"
"Saya Angga, temannya Citra, kamu temannya Citrakan?"
Nayla sedikit bingung
"Y-yah"
"Kalau boleh tau, kamu tau nggak rumahnya Citra, soalnya beberapa hari ini saya gak ketemu dia, dia juga susah dihubungin"
"Mmm, sorry, gue gak bisa ngasi tau alamatnya, tapi Citra ada didalam sekarang"
Angga tersenyum senang
"Beneran?"
Nayla mengangguk
"Boleh..."
"Silahkan masuk"
Anggapun masuk kedalam rumah, dan langsung diajak kehalaman belakang oleh Nayla
"Cit, ada yang nyari nih"
Citra menoleh
"Si..."
Kata-katanya terhenti
"Katanya teman kamu"
"Loh Angga, lo gak kenal Nay?"
"Nggak"
"Dia tim basket sekolah, yang diomongin tuh sama cewek-cewek nyinyir dikantin hampir tiap hari"
"Oh, jadi dia"
Jawab Nayla datar
"Tunggu dulu, kok lo bisa disini Ga?"
"Hehe, soalnya kata teman-teman disekolah kamu akrab sama Nayla, jadi saya fikir mungkin dia tau rumah kamu"
"Kenapa nyari rumah gue?"
"Soalnyakan, beberapa hari ini kita gak sempat ketemu"
Citra mengangguk
"Kalian lanjutin aja ngobrolnya, gue mau ambil minuman dulu. Lo suka dingin apa hangat Ga?"
"Mmm, yang dingin aja deh, soalnyakan lagi panas-panas kayak gini"
Naylapun mengangguk dan berjalan kedapur. Angga duduk didekat Citra, sambil terus memperhatikannya
"Ada yang salah sama penampilan saya?"
Angga terkejut dan langsung menggeleng kuat-kuat
"Silahkan dimakan, itu buat dimakan kok, bukan hiasan yang harus diliatin aja, hehe"
Angga tersenyum dan langsung mengambil kue itu sepotong. Sesaat dia berhenti
"Mmm, enak banget, beli dimana?"
"Disupermarket"
"Emang ada?"
"Ada banyak"
"Kok saya gak pernah liat?"
"masa sih?, padahal disana banyak banget loh berjejer. bahannya tapi"
Angga memasang wajah cemberut. sementara Citra menyembunyikan wajahnya sambil tertawa kecil
"Lagian, kamu polos banget sih?"
Angga masih saja cemberut
"Yaudah saya minta maaf, lagiankan emang benar bahannya banyak di supermarket"
"yang saya tanyain tuh kuenya, bukan bahannya"
"Hehehe"
Tak lama kemudian Nayla muncul dengan segelas minuman
"Ngomongin apanih?, serius banget"
"Ininih, tadi saya nanya ke Citra kuenya beli dimana, trus dia bilang disupermarket, saya percaya dong, nyatanya bahannya doang yang banyak disana"
"Hahaha, emang dasar lo Cit, jahil. Ini semua Citra yang bikin"
"Serius?"
"Iyalah, dia itu chef terbaik gue"
"Makasih, makasih semuanya"
Mereka semua tertawa melihat tingakah Citra, yang berlagak seperti artis papan atas yang sedang bertemu dengan para fansnya. Angga tidak pernah menyangka bahwa Citra yang selama ini selalu serius, punya sisi kocak seperti itu
"Lo heran yah liat Citra?"
Angga mengangguk
"Dia emang super duper kocak, kalau didepan gue, dari kecil dia emang gitu, padahal hidupnya miris banget"
Bisik Nayla ke Angga. Anggapun terdiam sambil menatap Citra dalam-dalam, ternyata hidupnya semenyedihkan itu, dan dia tetap bisa berlawak, Anggapun jadi semakin kagum padanya.
Beberapa hari berlalu, mereka bertigapun terlihat akrab disekolah, meskipun ketemunya pas istirahat aja dikantin. Sepulang sekolah, mereka tidak bertemu lagi, akhir pekan, pada sibuk dengan keluarganya masing-masing.
******
Hari ini hari ahad, dan sudah pasti sekolah libur. Sejak pagi Citra terus mondar-mandir membersihkan seluruh rumah dan halamannya. Citra sendirian dirumah, yang lain sedang pergi piknik tanpanya. Pintu diketuk, Citra buru-buru keluar dan mengintip lewat jendela, ternyata itu Nayla. Citrapun membuka pintunya
"Assalamu Alaikum Cit"
"Wa'alaykummussalam, ayo masuk" Naylapun masuk kerumah sambil memeriksa seluruh rumah, tak seorangpun yang terlihat
"Tumben sepi, nenek lu juga gak ngawasin?"
"Oh, mereka pergi piknik"
"What?, dan lo gak diajak?"
Citra tertawa kecil "hehe, gua lebih senang gak ikut, soalnya terakhir kali, gua cuma kayak patung disana, yang ada tapi dianggap gak ada"
"Hmm, semangat terus yah Cit"
Citra tersenyum dan mengangguk
"Mau minum apa Nay?"
"Gak usah, gue kesini mau ngajak lo jalan" Citra tersenyum kegirangan
"Serius?"
"Iyalah, ganti baju sana. Eh biar gue yang pilihin" Seperti biasa, Citra dibuat tampil beda dari biasanya. Beberapa menit kemudian, Citra memperhatikan dirinya di cermin
"Lo yakin Nay?, ini kayak mau ke pesta"
"Loh, emang lo gak merhatiin penampilan gue, kita emang mau kepesta"
Citra menatap Nayla kebingungan, dan seolah mengerti Naylapun memberi tahu
"Iya, hari ini pesta ulang tahunnya Angga, dia nitip undangan lo ke gue, sekaligus ngundang gue juga sih hehe"
Citra terkejut mendengar nama Angga
" Angga ulang tahun?" Nayla memasang muka jutek
"Menurut ngana?"
"Tapi, kok dia gak pernah bilang?" Nayla tersenyum "Emang lo pernah nanya?"
"Nggak sih"
"Yaudah, diem aja, dan datang, okey"
Citrapun mengangguk
"eh iya, sebenarnya pas pertama kali ketemu,gue ikutin dia , dan langsung introgasi, lo tau gak, dia panik, hehehe" Citra geleng-geleng kepala
"Emang ya lo, ratu kepo"
"Iyadong".
******
Merekapun tiba dipestanya Angga. Keduanya celingak-celinguk mencari pemeran utama dipesta ini. Tak lama kemudian Angga muncul
"Hey, kalian udah datang?"
Nayla dan Citrapun menoleh
"Eh, hi Angga, lama gak ketemu"
Angga tersenyum dan langsung menarik tangan Citra
"Nay, gua pinjam teman lo dulu yah?"
"Eh, emang teman gue barang?"
Angga terkekeh dan langsung membawa Citra pergi. Sementra Nayla duduk sendirian, tapi itu gak berlangsung lama. Bukan Nayla namanya kalau tidak jadi pusat perhatian.
******
Angga dan Citra berdiri didekat kolam renang, jauh dari yang lainnya, suasana disini lumayan sepi, apalagi sekarang malam bulan purnama, bisa bayangkankan bagaimana pemandangannya. Cahaya bulan bertemu dengan air kolam yang jernih.
"Cit, lama juga yah baru bisa ketemu lagi," Citra tersenyum dan mengangguk.
"Kamu gak kangen atau apa gitu?, kamu juga gak pernah nanyain aku" Citra terdiam dan memikirkan pertanyaan Angga barusan, dia juga bingung kenapa Angga tiba-tiba menanyakan hal seperti ini ke dia
"Kenapa diam?, kan jawabannya gampang, cuma iya atau nggak doang"
"Ini bukan soal iya atau nggaknya aja, tapi ini soal rasanya. Maaf, selama ini fikiranku dipenuhi atas kehilangan ayah  Perasaanku juga, bukannya  tidak mau memikirkan yang lain, tapi jujur beberapa bulan ini hanya ayah yang mendominasi"
"Juga kepergian Alfin" Gumam Citra
Angga tertunduk, seakan-akan kecewa. Melihat itu hati Citra sedikit perih, dia juga tidak tau kenapa, dia juga tidak bisa membohongi perasaannya, kalau selama ini, dia juga kadang kepikiran Angga
"Angga, Saya juga sempat mikirin kamu kok, walaupun cuma sebentar"
Angga langsung menoleh dan tersenyum, wajah yang tadi terlihat tidak bersemangat, menjadi ceria lagi. Citra sedikit tertawa kecil, bagaimana tidak, hanya karena satu kata itu saja bisa merubah mood seseorang,
"Kayaknya saya memang butuh saat-saat dimana saya harus merasakan hal seperti ini, bukan ambisi"
Angga mengernyitkan dahinya
"Maksud kamu?"
"Nggak,  saya cuma bicara pada diri sendiri"
Angga mengangguk,
"Eh, bentar lagi acara dimulai, yuk kesana"
Merekapun menuju ke panggung, sekaranglah puncak acaranya. Setelah pemotongan kue, sekarang potongan pertama akan dibagikan. Angga berjalan mendekati Citra dan memberikan kuenya, setelah itu dia menyatakan perasaannya.
Citra terkejut setengah mati dibuatnya, pipinya memerah, jantungnya berdetak tidak karuan, dan tanpa pikir panjang, dia langsung menerimanya.
Diapun tidak tau apa yang sedang merasukinya. Angga langsung memeluk Citra dengan bahagia, diiringi tepuk tangan dari para tamu undangan.
"Makasih Cit, aku benar-benar cinta sama kamu"
Citra hanya mengangguk dan tersenyum. Sementara ditempat lain, Alfin melihat semua kejadian barusan, dan dia langsung pergi dengan wajah yang terlihat kecewa.
Alfin kembali kemarin, dia sedang libur. Ayahnyapun mengizinkannya pulang. Orang pertama yang dicarinya setelah pulang adalah Citra. Sayangnya, dia harus melihat pemandangan seperti ini.
******
Satu sekolah sudah tau tentang hubungan Angga dan Citra. Merekapun dijuluki couple paling populer disekolah, yang satu cowok paling populer sekaligus tim basket sekolah, yang satunya lagi siswa teladan disekolah. Hampir tiap hari Angga antar jemput Citra kesekolah, tentu saja Ibu dan neneknya tidak tahu, sebab Citra selalu menunggu diluar komplek. Beberapa hari jadian mereka makin romantis saja, sampai-sampai cewek-cewek bahkan cowok-cowok disekolah iri.
Sayangnya semua itu tidak berlangsung lama, topeng Angga akhirnya terbuka. Ternyata dia playboy banget, bahkan sekarang pacarnya bukan cuma Citra saja. Dia punya beberapa pacar diluar sekolah, dan gak ada yang tau, sebab kalau semua tau, bisa-bisa gelar cowok populernya dicabut gara-gara nyakitin cewek yang disukai hampir semua murid disekolah. Citra tau semuanya setelah mengikutinya, akan tetapi dia memilih diam, demi nama baik Angga, kalaupun harus putus, nanti saja setelah lulus.
****
Sekarang Citra kembali menulis, nyanyian keluar lagi dari mulutnya. Dia sudah kembali seperti sedia kala, sebulan sekali dia pergi ke makam ayahnya untuk dibersihkan. Sekarang ini dia memilih fokus pada impiannya. Disekolah dia harus pura-pura bahagia bersama Angga dan tetap bersikap seolah tidak tau apa-apa. Meskipun memang dia punya rasa. Diluar sekolah, mereka hanya bertemu beberapa menit, lalu foto, hanya untuk bukti atau formalitas agar teman-teman sekolah tidak curiga.

Antara Nyaman Dan Cinta (Cinta segi tiga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang