Terdengar suara pintu diketuk, Citra segera menyeka air matanya lalu mencuci mukanya. Setelah itu barulah membuka pintu
"Hi!"
"H-Hi!"
Citra sedikit terkejut karena dia sama sekali tidak kenal orang yang ada didepannya ini
"maaf, siapa yah?"
Perempuan itu mengulurkan tangan untuk bersalaman. Citrapun melakukan hal yang sama, dan merekapun bersalaman
"Aku Meli, tetangga kamar kamu, salam kenal"
"Oh, Hi!, saya Citra"
"Hmm, udah makan belum?"
Cintra menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"Hehe, belum sih"
"Kebetulan, aku baru selesai masak, yuk makan bareng!"
Citrapun teringat kotak makan siang yang dikasi bibi tadi pagi
"Ah, tunggu sebentar" Citra masuk kekamarnya mengambil kotak itu, lalu ikut Meli. Merekapun makan bersama, ternyata begitu banyak orang baik disekitar Citra, diapun mulai meneteskan air mata lagi
"Eh, kenapa?, makanannya gak enak yah?"
"Oh, nggak, enak kok, enak banget malah, cuma terharu aja"
Meli memperhatikan Citra dengan seksama.
"Kamu pasti punya banyak masalah yah?"
"Hmm?, nggak kok"
"Gak perlu bohong, bukannya sombong yah, aku jurusan psikologi, dan sekarang lagi lanjut S2, udah praktek juga disalah-satu RS"
Citra terbelalak
"What, berarti kamu lebih tua dari saya dong?"
"Saya 25"
Citra tersedak
"Uh, maaf kak, tadi saya kayaknya ngomongnya kurang sopan"
Meli teryawa
"haha, kamu lucu juga yah, gak apa-apa, justru aku lebih senang kalau kamu ngomongnya santai"
Citra hanya tersenyum dan mengangguk
"Jadi?"
"jadi apa kak?"
"Benar kan kalau kamu punya banyak masalah"
Citra terdiam, dan suasana hening hingga mereka selesai makan
"Sebenarnya saya memang punya banyak masalah"
Meli memperbaiki posisi duduknya
"Kalau tidak keberatan, kamu mau cerita sama saya?"
"Mau kak"
Melipun mempersilahkan Citra
"Jadi, sejak kecil, keluarga saya tidak pernah menerima saya, hanya karena saya perempuan. Satu-satunya yang perduli hanya ayah saya, dan dia juga meninggalkan saya"
"Maksudnya?"
"Ayah saya meninggal dua tahun lalu"
"Innalillah, saya turut berduka cita"
Citra tersenyum lalu melanjutkan ceritanya, dengan derai airmata yang terus mengalir dimatanya, Melipun ikut terbawa suasana
"Wah, masalah kamu memang begitu berat, kamu hebat bisa melewati semuanya dan bahkan meski mereka sudah mengusir kamu, kamu tetap mau berusaha agar mereka mwlihat kamu, kamu hebat, lanjutkan ini, dan jangan pernah menanam kebencian dalam hati kamu, pertahankan, saya akan mendukung kamu. Jika kamu butuh bantuan, kapanpun itu, hubungi saya saja" Meli tersenyum.
Citra merasa menemukan ayahnya kembali dari sosok Meli
"Terimakasih kak" Meli menepuk-nepuk punggung Citra yang sedang menangis sesegukan.
******
Sebulan berlalu, Citra hanya bisa melihat keluarganya dari kejauhan. Beberapa kali dia mengirimkan makanan tanpa sepengetahuan mereka. Angga benar-benar menghilang, tak ada kabar lagi darinya, yah sebaiknya memang begitu, agar mereka lebih mudah untuk saling melupakan. Citrapun sekarang lebih fokus pada apa yang dia jalani sekarang, katanya nanti jodoh itu akan datang sendiri kalau kita sudah benar-benar siap. Tidak usah tebar pesona sekarang, suatu saat ketika kamu sukses, pesona itu akan terlihat sendiri, hehe.
******
Liburan semester ini Citra habiskan dengan bekerja paruh waktu untuk biaya hidupnya, sebenarnya tabungannya masih lumayan, hanya saja katanya itu akan digunakan saat darurat, sebab kita tidak sehat selamanya bukan, dan perjalanan tidak mungkin akan mulus-mulus saja, Citra menyimpannya untuk saat-saat seperti itu.
******
Setahun kemudian, Meli harus pergi, Citra merasa sangat kehilangan dan menangis sesegukan
"Citra, hey, jangan nangis, kitakan masih bisa telfonan yakan?"
Citra mengangguk dan memeluk Meli erat.
Tahun-tahun berikutnya dilewati Citra sendirian, tanpa keluarga, sahabat, atau siapapun. Nayla kuliah keluar negeri, telponan atau video call saja cuma sekali sebulan, bahkan kadang lebih lama dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Nyaman Dan Cinta (Cinta segi tiga)
Ficção AdolescenteLelaki itu tertawa sambil menyeka darah yang mengalir dari hidungnya. Citra sedikit tidak tega, dan meringis. "Eh, kan gua yang berdarah, kenapa lo meringis?, terpesona yah sama kegantengan gua?," Lelaki itu terkekeh . Citra kembali kesal, melihat t...