Hari ini pak Darma tidak masuk, dia harus dilarikan kerumah sakit beberapa waktu lalu karena serangan jantung. Akhirnya dia harus digantikan oleh anaknya. Katanya anaknya itu baru pulang dari luar negeri. Semua kariawan dikantor begitu sibuk untuk mempersiapkan penyambutannya, tak lama kemudian, salah satu dari mereka datang dengan heboh
"siap-siap, boss udah datang, dan menuju kesini"
Semuanyapun mengambil posisi berbaris, adapun beberapa pegawai perempuan yang dandanannya super berlebihan. Citrapun tertawa kecil melihatnya. Bagaimana tidak bedak dan lipstik mereka begitu tebal, mengalahkan para ibu-ibu PKK.
Terdengar suara langkah kaki yang begitu jelas. Seorang pria muncul dari balik pintu, super duper keren. Jika diperhatikan baik-baik, dia mirip para CEO yang ada drama korea yang selalu membuat para gadis-gadis pecinta drakor meleleh.
"Selamat pagi semuanya, perkenalkan saya Angga Darmawan, saya adalah CEO baru kalian, mohon bantuannya"
Citra sedang tidak ditempat, sebab ada panggilan alam. Setelah semuanya bersalaman dengan CEO baru, Citra baru muncul
"Hey kamu!"
Citra terbelalak melihat orang yang tengah berdiri dihadapannya
"Ini gak mungkin, gue pasti ngimpi nih" gumam Citra.
Citrapun menepuk-nepuk pipinya, dan ternyata sakit.
"Berarti ini nyata, dia ngenalin aku tidak yah"
Yah, itu adalah Angga yang sama, orang yang pernah menyakitinya dimasa lalu
"Hellow, kamu siapa?, kamu pegawai sini juga?"
Ternyata Angga tidak mengenali Citra. Bagaimana tidak, sekarang ini Citra sudah berhijab, serta merawat diri dan penampilannya, sehingga memang berubah drastis.
"Iya pak"
Angga mengangguk, lalu mereka bersalaman
"mohon bantuannya yah. eh iya, kamu darimana?, kenapa gak ada diwaktu penyambutan"
"Hehe, maaf pak, tadi saya sudah berdiri disini, tapi malah ada panggilan tiba-tiba"
Angga mengernyitkan dahinya
"Panggilan?"
Citra kebingungan mencari cara untuk menyampaikannya, karena jujur dia malu kalau bilang panggilan alam
"Bapak taulah, hehe"
Akhirnya Citra hanya memberi isyarat. Anggapun mengerti dan masuk keruangannya. Citra akhirnya bernafas lega, namun tiba-tiba Angga berbalik
"Tunggu"
Citra kembali tegang
"iya pak"
"Apa kita pernah ketemu?, soalnya muka kamu familiar"
Citra semakin tegang, jantungnya berdetak sangat cepat
"mm, hehehe, perasaan bapak saja, ini pertama kalinya saya liat bapak. Tapi bisa ajasih pak, bapak mungkin pernah liat saya disuatu tempat, karena sayakan sering pergi keluar untuk cari inspirasi"
Angga mengangguk, lalu masuk keruangannya, benar-benar masuk. Citrapun kembali kekursinya dengan perasaan lega
"Kenapa Cit?"
Tanya Rena, salah satu teman akrabnya di kantor
"Oh, gue cuma gerogi Ren, soalnya tiba-tiba aja gue dipanggil"
Rena mengangguk, lalu menyodorkan air minum padanya
"Thanks"
Rena mengacungkan jempolnya.
******
Ponsel Citra berdering
"Halo, Assalamu Alaikum"
"Wa'alaykummussalam"
"Ada apa Fin?"
"Saya didepan kantor kamu, makan siang bareng yuk!"
Citra melihat keluar, dan ternyata benar, ada Alfin dibawah. Citrapun berlari
"Eh, Cit, mau kemana lari-lari"
Citra berhenti
"Teman gue ada dibawah Ren"
Rena, mengangguk, sambil mengisyaratkan untuk hati-hati. Citra juga mengacungkan jempol.
Tak lama kemudian Angga datang menghampiri kursi Citra
"Rena, teman kamu yang duduk disini kemana?"
"Maksud bapak Ci..."
Kata-kata Rena terpotong, dia teringat peringatan Citra kepada semua teman kantor agar tidak memanggilnya Citra didepan pak Angga, akan tetapi tidak memberi tahu alasannya
"Kenapa bengong?"
"Ooops, sorry pak, akibat lapar. Amel lagi keluar pak, makan siang sama temannya"
"Kamu tau tempatnya?"
"Wah, lupa nanya pak"
"Yasudah. Kamu gak makan siang?"
"Ini baru mau jalan pak"
Angga mengangguk lalu pergi dari sana.
******
Citra dan Alfin sedang makan bersama disebuah cafe dekat kantor. Tak lama kemudian Angga muncul, Alfin melihatnya masuk kecafe
"Cit, itu bukannya pacar kamu?"
Alfin menunjuk kearah pintu masuk cafe. Mata citra terbelalak. Tunggu darimana Alfin tau tentang Angga
"Lo tau darimana, kalau Angga pacar gue?"
"Mmm, beberapa tahun lalu, saya sempat pulang dan saya liat kamu sama Angga, terus pas tanya-tanya sama teman-teman kamu, katanya kalian pacaran"
Alfin menunduk
"jadi kamu sempat datang?, kenapa gak nemuin gue?"
Alfin terlihat takut-takut
"Karena saya tidak mau pacar kamu salah faham, saya lihat kamu bahagia sama dia, makanya saya gak nemuin kamu, saya cuma bisa buat kamu sedih"
Citra menggenggam tangan Alfin
"Siapa bilang Lo cuma buat gue sedih, lo itu teman gue, Lo itu salah-satu orang yang berharga dalam hidup gue, kalau hari itu lo gak nyadarin gue, gak mungkin gue ada disini sekarang"
Alfin mengangkat kepalanya dan tersenyum
"Yaudah gih temuin pacar kamu, nanti dia salah faham"
Citra menatap Angga yang sedang duduk dipojok cafe sambil memainkan Hpnya,
"Kami udah putus sejak lulus SMA" ucapnya lirih.
"Putus?" Alfin terkejut
"Iya, sorry gue gak sempat cerita"
"Tapi kenapa?"
"Panjang ceritanya, yang jelas kami udah gak bisa bersama lagi, karena semakin lama dipertahankan, kami cuma akan saling menyakiti"
Alfin termenung sejenak "Orang ketiga yah?". Citra menatap Alfin, lalu mengangguk
"Sabar yah"
Citra tersenyum dan mengangguk "Sebenarnya gue udah lupain dia kok, lagian ini udah bertahun-tahun, tapi entah kenapa dia malah datang lagi dan menjelma jadi CEO dikantor, dan rasa sakitnya agak terasa lagi"
"Jadi dia bos kamu?" Citra mengangguk, lalu meminum minumannya dengan santai
"Kamu nggak apa-apa?" Alfin memelankan suaranya
"Iyadong, diakan gak tau kalau gue ini mantannya", ucap Citra sedikit kecewa, meskipun itu yang dia inginkan. Karena sepertinya Citra masih ada rasa.
Alfin mengernyitkan dahinya "Kok bisa?"
Citra memperlihatkan dirinya,
"Liat penampilan gue dong, beda banget dari masa lalu"
Alfin memperhatikan dengan seksama, dan dia baru sadar bahwa citra memang sudah banyak berubah penampilannya, sifatnya sih, nggak sama sekali.
******
Hari ini Citra lembur, dan ternyata Angga juga belum pulang. Angga melihat Citra tengah serius didepan kompuler
"Amel?"
Citra terkejut, jantungnya benar-benar terasa mau copot, diapun memeganginya
"Maaf, kamu kaget yah?"
"Hehe, lumayan pak, bapak belum pulang?"
"Belum, ada file yang harus saya periksa, kamu sendiri kenapa belum pulang?"
"Kerjaan saya belum kelar pak", Citra melirik ke dokumen didepannya,
"Kalau begitu saya temenin gak papa kan?"
Citra terdiam sejenak
"Maaf pak, tapi kalau kita berduaan di tempat yang sepi seperti ini, bakal jadi fitnah pak"
Angga mengangguk
"Kalau begitu saya tunggu diparkiran aja gimana, soalnyakan udah malam, takut terjadi apa-apa"
Citra baru ingat kalau dia sedang menyembunyikan identitasnya, kan Angga mengira kalau Amel itu bukan Citra, dan yang pasti gak bisa bela diri. Citra lalu tersenyum dan mengangguk
"Kalau begitu saya duluan"
"Iya pak"
Citrapun menyelesaikan pekerjannya, dan beberapa menit kemudian, akhirnya selesai. Citra mematikan lampu dan turun
"Pak?"
Angga tak juga menoleh, ternyata dia tertidur. Citrapun menghampirinya
"Pak, pak, bangun" Anggapun terbangun
"Eh, udah selesai?"
"Udah pak, mmm, ini pak minum dulu biar segar, kan mau nyetir kalau pulang" Anggapun mengambil air itu lalu membasuh wajahnya kemudian minum. Merekapun pulang bersama dengan mobil masing-masing, Angga mengawal Citra dibelakang sampai depan rumah
"Makasih ya pak"
Angga mengangguk lalu pergi setelah membunyikan klakson, dan Citrapun masuk kedalam rumah. Setelah bersih-bersih citra berbaring diatas kasurnya. Rasanya sangat nyaman, tiba-tiba dia kepikiran Angga, dia tidak ingin jatuh kelubang yang sama lagi, apalagi berharap padanya. Beberapa detik kemudian Citra terlelap.
******
Hari ini Citra berniat mengunjungi ibunya. Dia sudah sampai didepan rumah, tapi kembali lagi. Dia melihat ibunya tengah menyapu halaman sambil menangis, entah apa yang terjadi padanya, Citrapun memperhatikannya dari kejauhan. Tak lama kemudian Miko dan neneknya keluar, mereka hendak pergi tanpa mengajak ibunya. Mereka memakai pakaian lengkap dengan seserahan, seperti orang yang mau lamaran, atau memang benar mereka mau pergi melamar. Mareka terlihat sedang berbicara pada ibunya Citra, sementara ibunya hanya mengangguk saja sambil menyapu dan berusaha menyembunyikan air matanya. Melihat adegan itu Citra serasa teriris, airmatanya ikut mengalir. Diapun turun dari mobil, dan seperti biasa dia memakai masker dan membawa makanan,
"Permisi bu"
Ibu paruh baya itu menoleh
"Nak, kamu lagi?" Ibunya tersenyum gembira
"Ayo masuk nak"
Ibunya membukakan pagar, lalu mempersilahkan Citra masuk
"Bu, ini ada sedikit makanan, ibu lapar kan?" ibunya menganggukdan mengambil makanan itu
"Terimakasih nak, ayo masuk, lita makan sama-sama"
Citra menghentikan langkahnya
"Maaf bu, saya harus kembali kekantor sekarang"
Ibunyapun terlihat kecewa
"Lain kali, kalau kesini, saya akan mampir sebentar, yah"
Akhirnya ekspresi ibu itu kembali normal
"Baik nak"
Setelah Citra pergi, tiba-tiba air mata mengalir dari mata ibu itu.
******
Beberapa bulan ini Citra begitu sibuk dikantor, sehingga dia tidak sempat menemui ibunya. Dia merasa sangat khawatir, sebab beberapa hari terakhir perasaannya tidak enak, dia takut terjadi apa-apa pada ibunya, apalagi terakhir kali melihatnya, dia sedang dalam masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Nyaman Dan Cinta (Cinta segi tiga)
Ficção AdolescenteLelaki itu tertawa sambil menyeka darah yang mengalir dari hidungnya. Citra sedikit tidak tega, dan meringis. "Eh, kan gua yang berdarah, kenapa lo meringis?, terpesona yah sama kegantengan gua?," Lelaki itu terkekeh . Citra kembali kesal, melihat t...