Akhirnya tibalah saat situasi kembali normal, Citra segera kerumah ibunya diakhir pekan. Rumahnya terkihat kosong, Citrapun memanggil berkali-kali, tapi tidak ada jawaban, sampai akhirnya seorang ibu lewat
"Cari siapa nak?"
"Saya cari ibu"
"Maksudnya ibu Salma?"
"Iya bu, mereka semua kemana yah?"
"Sebulan yang lalu mereka pindah neng, setelah anaknya menikah, istri anaknya ngajak mereka tinggal dirumahnya"
Ternyata benar, waktu itu adiknya sedang pergi melamar
"Ibu tau nggak, rumahnya dimana?"
"Maaf neng, saya nggak tau, lupa nanya"
"Kalau begitu, makasih ya bu"
"Sama-sama neng, mari"
Citra mengangguk,Ibu itupun berlalu.
******
Citra sangat kebingungan, dia harus mencari ibunya kemana, Citra begitu khawatir. Lalu Citra teringat Alfit, diapun menelponnya, Alfinkan tinggal disekitar sini, mungkin dia tau sesuatu
"Assalamu Alaikum"
"Wa'alaykummussalam"
"Fin, lo dimana sekarang?"
"Dirumah, kenapa?"
"Lo kerumah gue yang dulu, sekarang"
"Ada apa memangnya, kok kamu kayak panik begitu?"
"Nanti gue jelasin"
Akhirnya Alfin mengambil jaketnya dan berlari kesana. Dia melihat Citra sedang duduk didepan pagar rumahnya
"Citra"
"Fin, akhirnya lo datang"
"ada apa Cit?"
"Gini, ibu gue sama yang lain katanya pindah, lo tau nggak?"
"Gue baru tau juga tuh"
Citra mondar-mandir sambil menggigit kukunya. Alfinpun menahannya, lalu meletakkan kedua tangannya dibahu Citra. Alfin menatap mata Citra lekat-lekat
"hey, tenang, kita harus berfikir tenang, jangan panik"
"Gimana gue gak panik, gue gak tau keadaan ibu gue gimana sekarang, gue gak mau kehilangan lagi"
"Makanya kamu harus tenang, gak mungkin bisa mikir dalam keadaan kayak gini, tarik nafas dalam-dalam, lalu keluarkan. sampai kamu tenang"
Citrapun melakukannya beberapa kali sampai dia akhirnya tenang
"thanks ya Fin"
Alfin hanya mengangguk.
******
Selama beberapa hari, mereka terus mencari keberadaan ibunya Citra, akan tetapi hasilnya nihil, Citrapun mulai menyerah. Selama beberapa hari pula, senyuman tidak terlihat dari wajahnya, teman-teman dikantorpun heran. Citra yang biasanya ceria menjadi semurung itu
"Amel?"
Citra terkejut
"Iya pak"
"Kamu sakit yah?"
"Ah, nggak pak, saya baik-baik aja"
"ada masalah?"
"Semuanya baik kok pak" Kecuali keadaan ibunya sekarang
"Kamu yaki?"
"100% yakin pak", Anggapun pergi dari sana, namun tetap mengawasinya. Angga terus mengikuti Citra hingga pulang. Citra berhenti ditengah jalan, seorang lelaki naik kemobilnya yang tak lain adalah Alfin. Anggapun berfikir bahwa Alfinlah penyebab Citra menjadi murung beberapa hari ini. Angga terus mengikuti kedua orang itu, sampai akhirnya malam tiba dan Alfin turun dari mobilnya Citra. Citra pulang kerumah dengan hasil yang masih nihil. Setelah melihat Citra masuk kerumah, Angga baru pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Nyaman Dan Cinta (Cinta segi tiga)
Ficção AdolescenteLelaki itu tertawa sambil menyeka darah yang mengalir dari hidungnya. Citra sedikit tidak tega, dan meringis. "Eh, kan gua yang berdarah, kenapa lo meringis?, terpesona yah sama kegantengan gua?," Lelaki itu terkekeh . Citra kembali kesal, melihat t...