HARI BERSAMA ALFIN

30 2 0
                                    


Ponsel Citra berdering, layar menunjukkan dari Alfin. Wajah Citra yang tadinya murung jadi ceria,
"Halo, Assalamu Alaikum"
"Wa'alaykummussalam"
"Kamu dimana?"
"kebetulan gue ada didepan kantor"
"Sama dong"
"Ah, masa?"
"Liat kekanan kamu, aku tepat disana", Citrapun menoleh, dan ternyata Alfin benar-benar ada disana. Citra tersenyum lebar lalu berlari kesana,
"Alfin?", Alfin juga menyambutnya dengan ceria, bahkan hampir saja memeluknya.
"Lo ngapain disini?"
"Saya mau ngajak kamu makan"
"Serius?"
"Iya, masa boongan", saking senangnya Citra langsung mencubit pipi Alfin,
"Aww, Citra sakit", Citrapun langsung melepaskan tangannya
"hehe, sorry, kesenengan gue"
"yaudah, yuk!", Citra mengangguk dan langsung naik kemobil Alfin. Alfin memang selalu datang disaat yang tepat.
******
Akhir pekan, Citra, Nayla dan Alfin berencana ke pantai. Pagi-pagi sekali Alfin sudah menjemput, pertama jemput Citra dulu dong, hehe. Sesampai disana, Alfin langsung mengajak Citra main dipinggir pantai sendirian. Sementara Nayla sibuk dengam dunianya sendiri, dia memilih menghampiri para turis dan mulai mengobrol. Citra begitu asyik bermain kejar-kejaran dengan air. Citra tidak tau bahwa sejak tadi Alfin menatapnya sambil tersenyum. Padahal dipantai begitu banyak gadis yang bisa dibilang lebih cantik dari Citra, seksi lagi. Akan tetapi pandangan Alfin hanya tertuju pada Citra saja.
******
Citra mulai sadar, sejak tadi suara Alfin tidak terdengar. Diapun menoleh, dan mendapati Alfin yang masih menatapnya, diapun melambai dihadapan wajah Alfin,
"Fin?, lo kesambet yah?", Alfin terkejut dan jadi salah tingkah. Citra malah kembali asik dengan air itu, tapi Alfin bersyukur karena Citra tidak bertanya.
Matahari sudah hampir tenggelam, pemandangan langit sore itu benar-benar indah. Citrapun mengabadikannya, dia berpose bersama Nayla, sementara Alfin adalah kameramennya.
"Alfin, sini kameranya", Nayla langsung mengambil kamera dari tangan Alfin dan mendorongnya kesamping Citra
"Nah, sekarang giliran kalian, kan selama ini kalian belum pernah foto bareng", Citra tersenyum senang, sementara Alfin malu-malu tapi mau.
******
Kembali kehari yang sibuk. Selama beberapa hari, Citra lembur dikantor, pencarian ibunya juga sudah lama terhenti, semenjak dia sakit. Citrapun berencana kembali mencari keberadaan ibunya. Dia tidak peduli lagi akan seperti apa reaksi ibunya nanti, yang jelas dia harus menemukannya dulu, lalu membawanya keluar dari rumah yang seperti tempat penyiksaan itu. Sebelum itu, dia harus lepas dulu dari Angga yang terus mengejarnya beberapa hari ini.
Ponsel Citra berdering, lagi-lagi dari Alfin
"Halo Fin"
"Assalamu Alaikum"
"Eh, hehe, lupa, wa'alaykummussalam"
"Kamu kenapa?, kok kayaknya kusut banget dari tadi"
"Hah?", Citra terkejut dan langsung melihat sekeliling
"Saya pas didepan kamu, meja sebelah", Citra terbelalak, Alfin ini seperti hantu yang bisa muncul dimana saja, dan tepat saat Citra sedang sedih, galau, atau sedang banyak fikiran seperti sekarang. Citrapun langsung melambai kearahnya, dan memanggilnya untuk duduk dimeja yang sama dengannya.
"Kok lo bisa ada disini?"
Alfin hanya tersenyum sambil menyeruput kopinya,
"Fin, lo denger gue gak sih?, gue lagi nanya loh sama lo, jawab ke"
Alfin lagi-lagi hanya tersenyum. Citra jadi sedikit geram, dan mulai diam dengan wajah cemberut
"Kamu marah yah?", Citra ikutan tidak menjawab pertanyaan Alfin.
"Balas dendam nih?", lagi-lagi Citra diam dan hanya sibuk dengan ponselnya,
"Lagi dapet yah?", Citra maaih terdiam, tapi Alfin tetap sabar menghadapinya. Alfin suka kalau Citra jadi manja begini, dia suka jika harus membujuknya.
"Kalau begitu, saya pergi aja deh, kamu juga diam begitu dari tadi"
Alfinpun beranjak dari kursinya. Tapi sebelum sempat melangkah pergi, tangannya diraih oleh Citra. Alfin tersenyum dan menoleh, sementara Citra menunduk karena malu, pipinya memerah seperti tomat. Melihat itu Alfin jadi ingin mencubit pipinya. Citra memang terlihat imut saat malu,
"Jadi gak marah lagi nih?", Citra masih tertunduk dan tidak menjawab, akan tetapi genggaman tangannya tidak dilepaskan, dia takut kalau dilepas Alfin akan pergi. Alfinpun berlutut dan menatap wajah Citra dari bawah. Citra terkejut, Alfin sangat dekat, jantung Citra berdetak tidak karuan, diapun menjadi gugup.
"Maafin saya yah?", Citra tidak menjawab apapun, bukan karena amarahnya belum hilang, tapi dia memang tidak mendengar apa yang Alfin katakan, dia sejak tadi hanya menatap wajah Alfin yang terlalu dekat dan mulai bengong. Alfinpun melambaikan tangannya didepan wajah Citra,
"Citra?", Citra tersadar dan reflek mendorong Alfin hingga membentur kursi, tangannyapun tergores, melihat itu Citra langsung beranjak dari tempat duduknya dan langsung membantu Alfin berdiri,
"Ya ampun, sorry, sorry banget yah, gue gak sengaja. Sakit gak, uh, sorry banget yah", Citra mulai panik berlebihan sampai menangis. Sementara Alfin bukannya menjawab, dia malah senyum-senyum lihat Citra yang terlihat panik. Citrapun menatap matanya, dan itu membuat Alfin semakin tidak karuan,
"Fin, lo gak apa-apa kan?", Citra menatap pas dimata Alfin dengan jarak yang lebih dekat dari sebelumnya,
"ng, nggak apa-apa kok, tenang aja", Citrapun membantu Alfin berdiri dan mereka keluar dari restoran setelah membayar.
"Fin, gue benar-benar minta maaf yah, gara-gara gue lo jadi luka gini", Citra mengobati luka Alfin didalam mobilnya,
"Ini kecelakaan Cit, bukan salah kamu kok, dan pelan-pelan sakit tau"
"Oops, maaf, gue panik"
"Iya, makasih yah", Citra menengadah,
"Untuk?", Alfin mendekatkan wajahnya ke Citra
"Karena sudah khawatir sama saya", Pipi Citra jadi merona lagi, dan langsung menunduk. Melihat itu, Alfin merasa masih punya harapan. Setelah makan, Alfin mengantar Citra kekantornya. Citra masih diselimuti rasa penasaran tentang Alfin yang selalu ada dimanapun dia berada, seperti penguntit. Karena setiap kali dia bertanya, Alfin hanya tersenyum. Citra bukanlah orang yang peka, dia tidak bisa mengerti bahasa tubuh.
******
Akhir pekan, Akhirnya Citra terbebas dari kesibukannya di kantor. rasanya sangat melelahkan, diapun menelpon Alfin dan Nayla untuk meminta bantuan. Tak lama kemudian mereka berdua datang, mereka berpencar untuk mencari keberadaan ibunya Citra. Hari sudah malam, namun hasinya masuh nihil. Mereka bertigapun pulang kerumah dengan perasaan kecewa.
Ponsel Citra berdering, layar menunjukkan dari Nayla,
"Halo, Nay, tumben pagi-pagi gini nelpon?" Citra keluar dari selimutnya dengan mata yang masih tertutup, dia baru bangun"
"Sering kali"
"Huuuaaaappp, jadi ada apa nih?", Citra menguap sambil mengucek-ngucek matanya.
"Lo baru bangun yah?", Nayla mengernyitkan dahinya sambil berkacak pinggang.
"Hehehe, abis capek banget gue"
"Kerumah gue sekarang, bantuin gue masak-masak, soalnya Mila sama keluarganya mau datang kesini".
Citra tidak menjawab, rupanya dia kembali tertidur, akhirnya Nayla terpaksa berteriak
"CITRAAAAAA!", Citra terkejut dan langsung bangun
"Iya, kebakaran, kebakaran"
"Kebakaran palamu", Citra terkekeh dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal,
"Hehehe, sorry, gue ketiduran"
"Mandi sana, gue tunggu sejam dari sekarang"
"Siap boss", Citrapun beranjak dari tempat tidur lalu kekamar mandi. Beberapa menit kemudian dia selesai, setelah membersihkan tempat tidur dan sarapan, diapun berangkat. Mobilnya melaju dengan kecepatan normal.
Karena hari libur, jalannya tidak begitu macet dipagi hari. Yah, ini memang masih jam 6 pagi. Sesampai dirumah Nayla, sebelum Citra sempat turun dari mobil, tiba-tiba Nayla sudah ada didalam mobilnya,
"Loh, kok lo malah masuk ke mobil gue?, katanya mau masak-masak".
"Sstt, diem, kita kepasar dululah, emang apa yang mau dimasak?, orang bahannya belum ada. Makanya gue manggil lo pagi-pagi. Kan lo jago tuh kalo diajak belanja bahan makanan, hehehe"
"Emang lo yah", Citra geleng-geleng kepala.
Merekapun berangkat ke pasar. suasana pasar yang ramai dan becek, tidak mematahkan semangat mereka mencari sayuran segar. Jam menunjukkan pukul 8 pagi, semua bahan yang dibutuhkanpun sudah lengkap, akhirnya mereka pulang.
Setelah mencuci semua bahan, merekapun mulai mengolah. Beberapa jam kemudian makananpun siap dihidangkan,
"Wah, emang the best lo, gak sia-sia gue ngajarin lo dari kecil, hehehe", kata Nayla bangga.
"Ngajarin mbokmu?", Nayla hanya terkekeh. Yah, kitakan tahu sendiri, siapa gurunya.
Nayla mengajak Citra kekamarnya untuk istirahat sejenak, sebelum para tamu datang. Mereka sedikit lelah karena bekerja dari pagi,
"Ahhh, akhirnya dapat kasur juga", Nayla tersenyum melihat sahabatnya itu, berbaring sambil menutup matanya dikasur berwarna pinknya.
"Dasar pelor, bentar lagi molor tuh", mendengar itu Citra langsung bangun,
"Enak aja, gue masih bangun kok, huuaaap", Nayla tertawa geli melihat mulut Citra ketika menguap, "Hahaha, kalo masukin tinju pasti masuk tuh". Nayla terus berbicara, hingga akhirnya dia sadar bajwa sejak tadi Citra tidak menjawabnya. Nayla yang tengah duduk disamping Citra dengan buku ditangannya, menoleh. Ternyata Citra sudah berada dialam mimpinya,
"Emang pelur lu yah, gue ajak ngobrol juga, senyum-senyum lagi. Pasti mimpi jorok, ihhhh", Naylapun melanjutkan bacaannya.
Akhirnya Mila dan keluarganya datang. Nayla segera membangunkan Citra, lalu bersiap-siap,
"Cepat Cit, mereka udah dihalaman". Nayla dan Citrapun buru-buru turun.

Antara Nyaman Dan Cinta (Cinta segi tiga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang