SEBUAH PILIHAN

41 2 0
                                    

Hari ini, ibunya Citra kepasar sendirian, lantaran Citra masih sibuk dikantor. Tiba-tiba diperjalanan beliau hampir tertabrak mobil. Beruntung seorang pemuda langsung menariknya,
"Terima kasih nak", Ibunya Citra masih syok, dan orang-orangpun mulai berkerumun,
"Ibu gak apa-apa?", Ibu Salma kenal suara ini, akhirnya menoleh,
"nak Angga?", Angga tersenyum,
"Saya antar pulang yah bu?", ibu Salma mengangguk. Angga membereskan belanjaannya, lalu membantunya masuk kemobil.
Sesampai dirumah, Angga mengantar ibu Salma hingga kedalam,
"sekali lagi makasih ya nak"
"Sama-sama bu, kalau begitu saya pamit", Angga mencium punggung tangan ibu Salma lalu pergi. Sebenarnya dia masih mau disini sampai Citra pulang, tapi dia harus menghadiri rapat.
******
Malampun tiba, Citra pulang kerumah.
"Assalamu Alaikum"
"Wa'alaykummussalam", Citra langsung menghampiri ibunya, lalu mencium punggung tangannya. Citra terkejut melihat luka ditangan ibunya,
"Loh, bu, tangan ibu kenapa?"
"oh, tadi ibu hampir ketabrak mobil"
"Apa?, terus apanya yang sakit?, kita kerumah sakit yah?", Citra menjadi panik dengar ibunya hampir tertabrak.
"Gak usah. oh iya, tadi ibu diselamatin sama bos kamu, untung dia cepat datang, kalau tidak",
"Ssstt, jangan mikir gitu, yang penting ibu udah selamat. Jadi, Angga yang nolongin ibu?"
"Iya"
"Kalau gitu, Citra kekamar yah bu, capek banget, mau tidur"
"Iya, jangan lupa mandi dulu"
"Sip", Citra mengacungkan jempol dan pergi.
******
Citra menelpon Angga. Ponsel Angga berdering, layar menunjukkan dari Citra, diapun langsung kegirangan dan melompat-lompat diatas kasurnya. Dia mengatur nafas lalu mengangkatnya,
"Halo, Citra"
"Ha, hay", sebenarnya Citra malas menelponnya, tapi diakan harus berterima kasih.
"Ada apa Cit?, tumben nelpon"
"Itu, makasih yah, tadi lo udah nolongin nyokap gue", Angga tersenyum puas,
"Sama-sama, lagian kan sesama manusia kita memang harus saling tolong-menolong", Citra berfikir bahwa sekarang Angga memang sudah berubah.
******
Setelah obrolan mereka malam itu, hubungan Angga dan Citrapun semakin membaik. Melihat situasi tersebut, Alfin sudah jarang menghubungi Citra duluan. Dia merasa bahwa, mungkin dia akan menjadi penghalang diantara mereka. Alfin kira Angga dan Citra balikan. Meskipun Alfin sakit hati, dia tetap akan berusaha merelakan Citra demi kebahagiannya, dan berada dibarisan terdepan saat dia jatuh.
******
Citra merasa bosan, Nayla keluar kota lagi. Libur panjang begini, tidak mungkinkan kalau dia diam dirumah saja. Tiba-tiba ponselnya berdering, ternyata dari Angga,
"Halo"
"Hay Cit, jalan yuk!", Citra berfikir lumayan lama.
"Bosan sih, tapi gak mau keluar sama Angga, males, gak nyaman", Gumamnya.
"Citra?, kamu dengar aku kan?"
"Iya, maaf yah, hari ini gue gak bisa, gue ada janji", sebenarnya Citra kosong hari ini, tapi tau sendirikan, dia malas keluar sama Angga, terpaksa bohong deh.
"Gitu yah, mau kemana?, terus sama siapa?"
"Kepo deh, udah yah, gue mau siap-siap dulu". Citrapun menutup telpon, dan kembali tidur.
Ponselnya kembali berdering lagi.
"Apaan lagi sih?", Alfin bingung,
"Saya ganggu yah?", Mendengar suara itu, Citra bangkit dari tempat tidur.
"Eh, Alfin, gue kira orang lain"
"Emang siapa?"
"Tadi ada orang gila, hehe", Alfin tetawa geli
"Hahaha, bisa-bisanya orang gila tau nomor kamu", Citra terkekeh dan menggigit bantalnya.
"Keluar yuk!, bosan nih dirumah terus", Mendengar itu Citra jadi bersemangat dan bangkit dari tempat tidurnya,
"Ayo, lo jemput gue yah, gue siap-siap dulu, bye", telpon ditutup, Alfin geleng-geleng kepala, "Wa'alaykummussalam".
Alfin tiba dirumah Citra.
"Assalamu Alaikum"
"Wa'alaykummussalam", engsel pintu terputar,
"Eh, nak Alfin, ayo masuk!"
"Iya tante"
Alfinpun masuk kerumah
"Silahkan duduk, mau minum apa?"
"Gak usah tante, abis ini saya mau langsung pergi kok sama Citra", ibunya Citra tersenyum,
"Oh, janjian?"
"Iya, tante, hehe"
"Mau nge date yah?", Alfin jadi malu-malu kucing,
"Tante bisa aja". Tak lama kemudian Citra muncul dari atas,
"Ibu, Alfin udah datang belum?", Citra melompati satu per satu anak tangga tanpa melihat kedepan.
"Saya disini", Citra menghentikan langkahnya. Dia sedikit malu karena Alfin melihatnya lompat-lompat ditangga.
"Hehe, hay Fin", Alfin hanya tersenyum dan berusaha menahan tawanya.
"Kalau gitu kami pamit yah bu".
Alfin dan Citrapun berangkat. Mereka jalan keliling kota. Ke cafe, toko buku, dan terkhir dipantai.
"Fin, lo suka banget yah kepantai?", Alfin mengangguk dengan tatapan yang tidak pernah lepas dari Citra seperti biasanya. Selain itu dia tidak banyak bicara jika hanya berdua dengan Citra. Dia akan memasang kupingnya baik-baik untuk mendengarkan celoteh Citra yang tanpa henti itu.
"Citra, kamu balikan yah sama Angga?", tanya Alfin tanpa basa-basi.
"Balikan?, nggak lah, dia udah masa lalu", mendengar itu, Alfin merasa sangat senang dan bersorak didalam hatinya.
Mataharipun terbenam, adzan magrib sudah berkumandang. Alfin dan Citra ke mesjid terdekat. Alfin berdoa agar rencana baiknya hari ini lancar.
******
Alfin mengemudi mobilnya dengan kecepatan normal menuju sebuah taman,
"Fin, ini dimana?"
"Udah, liat aja nanti", Alfin menuntun Citra kedalam
"Wah, bagus banget Fin"
"Kamu suka?"
"Banget", Alfin merasa lega karena Citra suka dekorasinya. Alfin menghias taman dengan lampu warna-warni. Karena merasa waktunya sudah tepat. Alfin berlutut dan mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya,
"Kamu mau nggak, jadi teman hidup aku, dan ibu dari anak-anak kita nanti?", Citra terkejut, pipinya memanas. Dia ingin menjawabnya saat itu juga, tapi ini hal yang serius. Dan keputusan seumur hidup.
"Mmm, Fin, gue gak bisa jawab sekarang, kasi gue waktu yah?", Alfin tersenyum tipis dan mengangguk.
"Aku bakal nungguin kamu, sampai kamu siap". Jantung Citra benar-benar serasa akan copot. Alfinpun merasakan hal yang sama.
******
Setelah kejadian yang bisa dibilang romantis, Alfinpun mengantar Citra pulang, akan tetapi hanya sampai didepan saja, karena Alfin ada urusan sebentar. Hati Citra masih menggebu-gebu.
Sesampai didalam rumah, Citra terkejut, ternyata Angga datang bersama orang tuanya.
"Pak Darma", Citra bersalaman dengan pak Darma dan juga Angga.
"Citra, lama tidak bertemu"
"hehe, bagaimana keadaan bapak sekarang?"
"Yah, seperti yang kamu lihat sekarang", Citra tersenyum, lalu menatap kearah ibunya karena masih bingung.
"maaf pak, kan saya baru datang, tumben bapak kesini"
"Maksud kedatangan kami kesini, untuk melamar kamu", Citra menatap ibunya, dan ibunya mengangguk. Citra benar-benar bingung, dia berada didalam dua pilihan. Pertama lamaran Alfin, dan sekarang lamaran Angga. Akhirnya diapun meminta waktu juga kepada pak Darma. Pak Darmapun setuju.
Citra kembali kekamarnya dengan raut wajah kusutnya.
"Aku bingung, pilih Alfin atau Angga. Jujur, aku mulai mencitai Alfin, tapi aku juga berutang budi pada pak Darma. Selama ini dia begitu banyak bantuin aku, jadi aku harus gimana. Jika kupilih Alfin, rasanya tidak enak dan tidak nyaman berada disekitar pak Darma. Tapi jika kupilih Angga, maka Aku dan Alfin akan terluka".
Tepat pukul 2 dini hari, Citra bangun untuk melaksanakan shalat istikharah. Dia meminta petunjuk kepada Allah, dia tidak mau salah pilih. Beberapa hari kemudian, akhirnya Citra punya jawabannya.

Antara Nyaman Dan Cinta (Cinta segi tiga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang