IMPIAN TERWUJUD

32 2 0
                                    

Citra dan Nayla terbelalak melihat pemandangan didepannya. Mereka langsung diam mematung. Nayla segera mengubah mimik wajahnya jadi normal dan segera menengok kearah Citra. Melihat Citra yang membeku diapun menariknya duduk dikursi, lalu memberinya minum. Bagaimana tidak, ternyata keluarganya Mila, adalah nenek dan adiknya Citra. Orang yang selama ini dicarinya agar mendapat informasi rentang ibunya, ternyata sangat dekat. Setelah beberapa saat Citra akhirnya bisa mengontrol emosinya. Nayla dan Citra sengaja tidak muncul dipertemuan, agar bisa mengikuti mereka nantinya. Citrapun berpura-pura tidak enak badan, lalu Nayla yang akan merawatnya. Orang tua Naylapun setuju, dan akan menyampaikan bahwa mereka tidak bisa hadir. Sebelum itu Nayla juga mencegah orang tuanya menyebut nama Citra. Sebenarnya mereka ingun terus terang, tapi takut rencananya akan gagal. Ibunya Citra tidak diajak hari ini. Citra mulai bertanya-tanya dimana ibunya berada sekarang, dan mulai berfikir yang bukan-bukan.
******
Nayla sesekali melihat keluar jendela untuk memastikan, apakah mereka sudah pergi atau belum. Beberapa jam kemudian, mereka terlihat keluar dari rumah. Mereka sudah mau pergi. Citra dan Naylapun bersiap-siap. Mereka berdua meminta izin keluar, lalu mengikuti mobil Mila. Sebelum jauh dari rumah Nayla, Citra segera menelpon Alfin untuk meminta bantuan,
"Halo Fin, gue butuh bantuan lo sekarang, gue udah ketemu adik gue, dan sekarang lagi gue ikutin. Lo kesini sekarang yah, gue bakal share lokasinya"
"Ok", Alfinpun dengan senang hati membantunya. Alfin melaju dengan kecepatan diatas rata-rata agar bisa mengejar mereka.
******
Mobil Mila berhenti didepan sebuah rumah mewah bernuansa putih, seorang ibu paruh baya membukakan pagar. Sementara Citra dan Nayla memperhatikan dari jarak 20 meter. Mobil Milapun masuk kerumah itu. Citra dan Nayla turun dari mobil dan mengintip dipagar. Betapa senangnya Citra bisa melihat ibunya lagi. Keadaan ibunya benar-benar memprihatinkan, ternyata dia memang dijadikan pembantu dirumah ini, bahkan menantunyapun tidak punya rasa hormat terhadapnya. Setelah ibunya sendirian dihalaman rumah, Citrapun masuk dengan memakai masker. Dia takut jika ibunya menolak menemuinya, jika tau itu dirinya. Setelah Citra masuk, Alfinpun datang.
"Nay, Citra mana?", Nayla langsung menunjuk kearah Citra yang tengah berpelukan dengan ibunya. Ibunya begitu senang. Melihat pemandangan itu, Alfin menjadi tidak tega sekaligus geram, karena Citra masih saja menyamar. Diapun masuk dan langsung melepas masker Citra,
"Alfin!", Alfin menunduk, sementara ibunya Citra menengadah dan melepaskan pelukannya sambil menangis. Citra sudah bersiap untuk dimaki-maki, namun ternyata ibunya malah menyentuh pipinya dengan lembut sambil menangis,
"Nak, ini kamu?, Citra anak ibu?", Citra ikut menangis dan memeluk ibunya, ibunya tertawa sambil menangis,
"Ibu minta maaf, ibu minta maaf, ibu salah", Citra semakin memeluk erat ibunya, dia bahagia, akhirnya ibunya menerimanya. Alfin dan Naylapun ikut terbawa suasana dan menangis. Namun, suasana haru itu tidak berlangsung lama, tiba-tiba Miko, Mila dan neneknya keluar dari rumah,
"Siapa kalian?", Teriak miko. Melihat itu, Nayla langsung berlari kedalam,
"Kak Nayla, kok kesini gak bilang-bilang", Mila langsung menghapiri Nayla dan memeluknya.
Citra dan ibunya melepaskan pelukan ibunya, dan betapa terkejutnya Miko serta neneknya melihatnya,
"Iya, ini Citra. Orang yang dulu sering kalian perlakukan tidak adil. Saya pikir setelah saya tidak ada, kalian akan berubah. tapi ternyata kalian malah menjadikan ibu saya pelampiasan", Miko dan neneknya masih saja angkuh.
"Memangnya kenapa?, diakan cuma pembantu", ucap neneknya. Mila yang kebingunganpun ikut nimbrung,
"Sebenarnya ada apa ini kak Citra?", Citra menoleh kearah Mila, rupanya Mila tidak tau apa-apa. Citra tidak mengatakan yang sebenarnya, dia juga tidak ingin merusak rumah tangga orang lain, bagaimanapun itu adiknya. Satu-satunya yang harus disalahkan adalah neneknya, karena didikannya salah.
"Suami dan nenek kamu itu, masih ada hubungan keluarga dengan saya. Dulu saya menitip ibu saya kemereka, namun setelah beberapa tahun, saya kehilangan kontak dengan mereka, dan hari ini, akhirnya saya bisa menemukan mereka dan juga ibu saya", Miko dan neneknya yang tadi tegang, takut Citra mengatakan semuanya, menjadi lega.
"Oh, jadi orang yang selama ini disebut pembantu oleh mereka, adalah ibunya kakak?", Citra yang sebenarnya geram, berusaha untuk tersenyum.
"Maaf yah kak, saya tidak tau"
"Tidak apa-apa", Nayla dan Alfin hanya terdiam, mereka ingin buka mulut, tapi ditahan oleh Citra.
"Jadi, boleh saya membawa ibu saya pulang?", Mila tersenyum dan mengangguk. Miko dan neneknyapun tidak bisa berbuat apa-apa, karena ini keputusannya Mila. Mereka juga takut Citra membongkar rahasia dan akhirnya mereka harus keluar dari rumah mewah ini. Citra membantu ibunya membereskan pakaian, lalu keluar.
"Maksih ya Mila, karena sudah bersedia menerima ibu saya dirumah kamu, kemuadian Miko dan nenek, semoga kalian cepat sadar", mendengar itu Mila sedikit bingung, tapi tidak ingin bertanya juga,
"Sama-sama kak, selamat yah bibi, akhirnya ketemu anaknya", ibunya Citra hanya tersenyum dan mengangguk, kebahagiaan terpancar dari hatinya. Merekapun pulang kerumah Citra. Sesampai disana, Alfin dan Nayla membantu Citra menyiapkan kamar yang nyaman untuk ibunya.
******
Malam telah tiba, mereka makan malam bersama, lalu setelah itu Alfin dan Nayla pulang kerumah masing-masing.
Ibunya Citra membereskan piring dimeja,
"Ibu, gak usah, biar Citra aja"
"Gak apa-apa, ibu mau melakukan ini", Ibu Salma menatap anaknya dan mulai menangis lagi,
"Ibu, kok nangis?", Citra memeluk ibunya.
"Maafkan ibu, selama ini, ibu tidak pernah jadi ibu yang baik buat kamu", Citra menghapus air mata ibunya dan tersenyum,
"Siapa bilang, justru ibu baik banget, kalau ibu gak ngusir aku waktu itu, belum tentu aku seperti ini sekarang. Justru karena sikap ibu, aku bisa sekuat ini, terus bisa terbebas dari kekangan nenek. Kalau nggak pasti tiap hari kesekolahnya lewat jendela terus, hehe", Ibunya tertawa dan mencubit hidungnya,
"Aww, sakit bu, entar kalau hidungnya tambah mancung gimana?"
"Hahaha, mancung dari mananya?"
"Ih, ibu, gak tau yah, kalau anaknya ini mirip artis hollywood?", Citrapun terus bercanda dengan ibunya.
Dia benar-benar bahagia bertemu ibunya. Citra menjadi sangat manja terhadap ibunya, itu adalah hal yang tidak bisa dilakukannya dulu. Keadaan ibunyapun semakin membaik, dan kalau diperhatikan, ibunya terlihat lebih muda.
Melihat suasana hati Citra yang selaku ceria setiap harinya, Anggapun mendekatinya lagi,
"Citra, makan siang bareng yuk!", Citra tidak menghiraukannya dan masih sibuk dengan komputernya.
"Citra?", Citra tetap tidak merespon. Ponselnyapun berdering, saat akan diangkat, Angga langsung merebut dan mengangangkatnya,
"Halo, siapa ini?"
"Alfin, kamu siapa?"
"Oh, Alfin", mendengar nama itu, Citra makin berusaha untuk merebut ponselnya. Awalnya suasana hati Alfin berubah karena ponsel Citra siangkat oleh seorang lelaki. Tapi, setelah mendengar Citra teriak-teriak meminta ponselnya kembali, Alfin bernafas lega.
"Saya Angga", jawab Angga dengan percaya diri,
"Berikan handponenya ke Citra!"
"Memangnya kamu siapa?", Sebelum Alfin menjawab Citra sudah berteriak duluan,
"Dia calon suami gue, puas lo?", Mendengar teriakan Citra, seluruh kariawan kantor yang ada dilokasi, Angga, terutama Alfin terkejut. Seisi kantorpun berdiri dan memberi selamat kepada Citra. Anggapun mengembalikan ponselnya dan pergi dengan perasaan kecewa. Sebenarnya Citra tidak tega, tapi ini yang terbaik untuk mereka berdua, hubungan mereka sudah lama berakhir, sekarang tidak lebih ahanya sebatas bawahan dan bos saja.
******
Alfin menutup telponnya, perasaannya masih berdebar-debar. Dia tau kalau Citra mengatakan itu agar Angga pergi, akan tetapi hatinya tetap senang, dan mengaminkannya dalam hati.
Citra kembali menelpon Alfin,
"Halo Fin, ada apa?", Alfin tidak tau harus bilang apa,
"Fin?, kok diam aja sih?"
"Hehe, tadinya aku, eh saya mau ngajak kamu makan diluar"
"Yah, gue bawa bekal, dibuatin ibu tadi, gimana kalau kamu jemput gue sekarang, terus kita makan bareng ditaman, bekalnya lumayan banyak nih"
"Okey, aku kesana sekarang yah", Alfin sangat senang, dan langsung meluncur setelah menutup telpon.
******
Merekapun sampai ditaman. Namun, tanpa sepengetahuan mereka, ternyata Angga mengikuti dari belakang. Angga semakin kesal ketika melihat Alfin dan Citra suap-suapan, meski begitu dia tetap tidak percaya, bahwa mereka adalah pasangan kekasih.
"Fin?"
"Iya"
"Mmm, maaf yah soal tadi, gue tiba-tiba bilang kalau lo calon suami gue", Alfin tersenyum dan menatap Citra,
"Gak apa-apa, saya senang kok"
"Maksudnya?", Alfin menggaruk kepalanya yang tidak gatal,
"Hehe, bukan apa-apa kok".
Mendengar obrolan Citra dan Alfin barusan, Angga kegirangan. Atrinya, dia masih punya kesempatan untuk mendekati Citra. Diapun menjadi lebih percaya diri, karena setelah putus dengannya, Citra sama sekali belum pernah pacaran lagi, makanya Angga berfikir bahwa Citra bekum bisa move on.
******
Hari ini libur, Citrapun berencana mengajak ibunya piknik, dan tentu saja Nayla dan Alfin ikut. Citra menyiapkan makanan yang hendak dibawa dini hari.
Jam mrnunjukkan pukul 6 pagi. Alfin dan Naylapun datang. Kali ini mereka pergi dengan mobil Alfin. Alfin yang tau tempatnya, karena dialang yang memberikan saran.
******
Sesampai dilokasi, mereka menggelar tikar lalu menyiapkan makanan. Tanpa sepengetahuan mereka, lagi-lagi Angga mengikuti. Anggapun berpura-pura tidak sengaja lewat. Dia juga sudah tau kalau Citra sudah bertemu ibunya, makanya dia berencana mendekati ibunya, maka anaknya akan mudah ditaklukkan, pikirnya.
"Eh, tante", ibunya Citra kebingungan. Sementara Citra dan yang lain, terkejut.
"Iya, kamu siapa?", Anggapun tidak tau malu, dan langsung duduk bersama mereka,
"Kenalin tante, saya Angga, bosnya Citra dikantor", Ibunya Citrapun tersenyum,
"Oh, Citra, kok gak bilang, kalau ini bosnya, ganteng lagi", Cinta hanya tersenyum hambar. Sementara Angga jadi makin besar kepala karena dibilang ganteng.
"Citra, lo sama Alfin cari tempat lain gih, kasian tuh mukanya Alfin udah cemberut begitu", Nayla yang sejak tadi memerhatikan raut wajah Alfin, memahami sesuatu, Alfin cemburu. Citrapun mengangguk,
"Fin, temenin gue kesana yah, disana pemandangannya bagus", mendengar itu Angga langsung saja menyambar.
"Sama aku aja", Citra menatapnya tajam, dan membuatnya menciut.
"Citra, gak boleh gitu", Citra melihat kearah ibunya dan terkekeh,
"Hehe, soalnya akukan maunya pergi sama Alfin bu, tapi dia main nyambar aja",
"Nak Angga, disini saja sama ibu, biarin mereka pergi, ibu mau ngobrol sama kamu". Seolah mengerti, ibunyapun membantunya untuk kabur. Citra langsung menarik tangan Alfin. Raut wajah Alfinpun berubah normal.
"Citra?"
"Iya", Citra menoleh dan sekarang berhadapan dengan Alfin. Alfin ingin mengungkapkan perasaannya, tapi pada akhirnya gagal lagi.
"Mau saya foto tudak?", Citra tersenyum lebara mendengarnya,
"Serius?", Alfin mengangguk, Citrapun kegirangan dan langsung berpose.

Antara Nyaman Dan Cinta (Cinta segi tiga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang