Benar kata pepatah "Rumahku Surgaku" ketika seseorang telah memasuki istananya damai dan tenang yang ia rasakan.
Rasa lelah pada peliknya dunia terbayar seketika saat canda tawa menghiasi sisi ruang istananya.🍂🍂🍂
Hembusan angin membuat khimar abu-abunya beterbangan tak tentu arah. Dia Nasya Khairina Lathifa, anak bungsu dari pasangan suami istri bernama Adam dan Dewi. Berdiri menunggu supir yang dikirim Bundanya untuk menjemput, dengan senyum merekah sejak awal perjalanan hingga disini dia berdiri, di bandara Soekarno-Hatta, dengan kacamata yang ada diatas kepalanya dan koper ditangan kanannya, mengikuti langkah kaki yang semakin menjauh dari keramaian bandara.
Gadis yang wajahnya nyaris sempurna itu dengan, bulu mata lentik, mata teduh, bibir sedikit tebal kemerahan dan jangan lupa dua gingsul menghiasi senyumnya.
Satu yang kurang dari gadis itu, yaitu hidung yang bisa dibilang dibawah standar, tidak mancung dan mungkin bisa dikatakan pesek.
Ini salah satu alasan mengapa gadis itu lebih menyukai kacamata bertengger di kepala dari pada bertengger di hidungnya, sudah di pastikan kacamata itu pasti selalu merosot seperti pelosotan yang licin. Heheh.
Saat supir yang ditunggunya telah tiba ia segera masuk ke jok belakang kemudi. Dan jangan lupa sebelum itu Nasya tersenyum ramah dan mengucapkan terima kasih.
Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang melewati gedung-gedung berjejer dipinggir jalan dengan tinggi menjulang. Ia bisa merasakan kembali hiruk pikuk ibu kota yang ditinggalkannya selama 3 tahun ini. Ia lebih memilih untuk melanjutkan pendidikannya diluar negeri, tentunya dengan beasiswa atas kerja kerasnya selama ini.
***
Rumah minimalis tetapi cukup modern dengan taman di halaman rumahnya yang ditumbuhi berbagai macam bunga begitu menyejukkan siapapun yang berada didalamnya. Seorang wanita berkepala empat sedang menunggu kedatangan putrinya di depan pintu. Hingga mendengar suara klakson mobil diikuti gerbang yang dibuka.
Muncul gadis cantik dan imut keluar dari dalam mobil.
"Bundaa...." Nasya sedikit berlari merentangkan tangannya siap memeluk sang Ibunda.
"Assalamualaikum." Ini yang mengucap salam bukan gadis itu melainkan sang Bunda yang menyindirnya.
Dengan wajah cengengesan gadis itu tidak jadi untuk langsung memeluk wanita di depannya.
"Assalamualaikum Bunda, maaf salamnya kelewat tadi, hehe...," ucap Nasya mencium punggung tangan Dewi.
"waalaikumsalam anak bunda, lain kali jangan diulangi lagi, biasakan mengucap salam dulu," ucap Dewi sambil menoel hidung putrinya.
Sambil melepaskan pelukan, Nasya mencium kedua pipi sang bunda dengan sayang.
"Baik bos," ucapnya dengan tubuh tegap dan tangan seperti orang memberi hormat.
"Yasudah, masuk gih dan bersih-bersih. Bunda sudah bersihkan kamar kamu, kamu bisa istirahat."
"Iya Bun." gadis itu berjalan menuju tangga, dan saat ia akan melangkahkan kakinya ke tangga keempat iya kembali berbelok menghadap sang bunda.
"oh iya, Bun, Asya lupa nanya ... Ayah sama kak Rafka ada dimana?"
Langkah Dewi menuju dapur terhenti, menoleh ke sumber suara.
"Dasar! Ayah sama kakakmu masih belum pulang dari kantor, iya biasa mereka gila kerja makanya Bunda selalu sendirian dirumah."
Raut wajah sang Bunda berubah sendu, 'apa se kesepian itu Bunda dirumah.' pikir Nasya
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu Dan Ikhlas ku
SpiritualJudul sebelumnya Behind a Red Rose Proses Revisi Namanya Nasya Khairina Lathifah. Memiliki arti, anak perempuan yang harum dengan kebaikan dan penuh kelembutan. Selaras dengan namanya, ia tetap menjadi pribadi baik meski ada anak panah yang dibidik...