Assalamu'alaikum, selamat membaca✨
Awali dengan bismillah.
————
"Kadang, merasa malas memperhatikan sekitar yang justru bisa terdapat hal baru untuk dipelajari."
—Aku, Kamu dan Ikhlasku
Karya Ani Efendi***
Bandara Internasional Heathrow, Landon
Setelah 17 jam perjalanan akhirnya Nasya tiba di Bandar Udara Internasional Heathrow Landon. Perjalanan yang cukup melelahkan, mata teduhnya mengabsen sekeliling untuk mencari seseorang yang menjemputnya. Sebenarnya gadis itu tidak suka merepotkan orang lain, apalagi harus menjemputnya seperti sekarang. Tapi apa daya sahabatnya kekeh ingin tetap menjemput.
"Asya." Teriak seseorang dari jarak jauh sambil melambaikan tangan.
Nasya tersenyum teduh, menarik koper manghampiri sahabatnya. "Assalamu'alaikum," ucapnya setiba di depan Kinara—sahabatnya.
"Waalaikumussalam, tumben ambil penerbangan lama."
Mereka berjalan beriringan. "Ketinggalan pesawat, jadi kak Rafka ambil penerbangan ini. Cukup melelahkan sih, karena tadi sempat transit dulu selama 1 jam lebih di Changi—Singapura," jawabnya. Kinara mengangguk.
Mereka berjalan menuju mobil yang terparkir, Kinara mengambil alih koper ditangan Nasya.
"Langsung ke tempat kamu atau cari makan dulu?" tanya Kinara sambil membantu memasukkan koper milik Nasya ke dalam kursi belakang.
"Langsung aja, ya. Aku pengin cepat-cepat istirahat." Kinara menyetujui.
Mobil mereka membelah jalanan Landon menuju tempat dimana Nasya tinggal selama ini, bukan sebuah apartemen dari kebanyakan orang kaya yang tinggal disana. Nasya memilih tinggal di Private Hall of Residence. Salah satu indekos yang letaknya tidak jauh dari dimana gadis itu kuliah, ia cukup untuk jalan kaki ketika kuliah. Perjalanan mereka perlu waktu satu jam untuk sampai.
"Gimana kabarnya?" dengan tiba-tiba Kinara mengeluarkan suara ketika rambu lalu lintas berwarna merah.
"Siapa?"
"Hatimu. Gimana kabarnya? Sudah membaik?" tanyanya lebih jelas menoleh ke orang yang duduk di samping kemudi. Terlihat jelas wajahnya berubah.
"Proses."
"Syukurlah, orang seperti itu tidak pantas diperjuangkan." Nasya tersenyum. Tidak mampu lagi menjawab, Kinara juga paham untuk tidak menanyakan terlalu jauh, ia takut akan membuka luka yang selama ini dicoba untuk ditutupi dengan senyum yang meneduhkan itu.
Kinara melihat Nasya yang memilih menarik pandangannya ke arah jendela, sedikit mengendurkan duduknya, melihat gemerlap lampu yang samar-samar terlihat, dengan bangunan gedung yang bertingkat menjulang tinggi.
Gadis dengan rambut se pinggang itu berharap Nasya bisa melupakannya selama di sini, nanti dan sampai kapanpun. Dia akan membantu jika memang diperlukan, menyembuhkan luka yang sebenarnya diciptakan sendiri dengan ekspektasi yang terlalu tinggi.
Bukan salahnya sih, itu memang yang kerap dilakukan manusia mempunyai ekspektasi yang belum tau endingnya akan seperti apa. Sesuai kah atau tidak.
Setelah ini Nasya berniat untuk menutup hatinya. Mungkin dengan waktu yang cukup lama, dia tak ingin membuka lembaran baru, mengenal orang baru, ataupun beradaptasi dengan hati dan kebiasaan yang baru. Ini pilihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu Dan Ikhlas ku
SpiritualJudul sebelumnya Behind a Red Rose Proses Revisi Namanya Nasya Khairina Lathifah. Memiliki arti, anak perempuan yang harum dengan kebaikan dan penuh kelembutan. Selaras dengan namanya, ia tetap menjadi pribadi baik meski ada anak panah yang dibidik...