🌹Skenario Dunia🌹

35 3 0
                                    

Skenario dunia tiada yang kebetulan, melainkan semuanya telah dirancang. Dan sebaik-baiknya perancang adalah dari Allah SWT.

🍂🍂🍂

"Kau...."

"Kamu...."

Suara mereka berbarengan, lebih tepatnya suara keterkejutan. Tidak hanya mereka tetapi dua orang yang berada di ruangan itu juga terkejut. Pasalnya baru kali ini mereka bertemu tapi kenapa seperti sudah mengenal lama.

Kedua kakak beradik yang berada di ruangan itu saling melempar pandang. 'Apa mereka saling mengenal?' begitu sorot mata mereka berbicara. Rafka mengangkat kedua bahunya, dan Nasya menggeleng samar.

"Kalian saling kenal?" Rafka dan Nasya bersamaan, yang ditanya dengan cepat menggeleng.

Ya. Suara keterkejutan tadi tak lain adalah Rafa dan Afifah.

"Ini cewek yang gue ceritain tadi Ka," ucap Rafa. Rafka ber oh ria manggut-manggut.

Nasya? Jangan ditanya, dia menatap bingung tak mengerti dan menjatuhkan pandangannya pada Afifah meminta penjelasan.

"Iya. Jadi gini Sya... tadi waktu aku perjalanan ke rumah kamu aku ketemu sama nih orang," tunjuknya ke arah Rafa, "Eh..., dia marah-marah, padahal ya Sya aku gak salah," lanjutnya.

"Jelas-jelas kamu yang salah main serobot lampu merah, lagian ya kalau naik motor itu jangan ngebut-ngeb..." belum selesai Rafa bicara Afifah menyela.

"Hey..., Bapak yang terhormat, tadi itu sudah jelas-jelas lampu hijau, tandanya harus jalan, jadi saya gak salah," sungut Afifah kesal.

"Tap..."

"Sudah-sudah, kalian seperti anak kecil tau gak. Dan lo Raf tumben cerewet," suara Rafka melerai tersenyum menyeringai.

'ck' Rafa bedecak, Rafka melihat terkikik.

"Sya mending kamu lihat lantai dua bareng Afifah aja deh, biar kakak tunggu di café depan. Gak mau juga kan ada yang tiba-tiba cinlok. Bwahaha," ujar Rafka tertawa, yang disindir melotot, mata elangnya kembali berkilat. Rafka bungkam seketika. Sedangkan Nasya heran mendengar tawa kakaknya, baru kali ini kakaknya tertawa lepas dan ini akibat mengejek temannya.

Nasya yang masih menatap heran kakaknya tak menyadari jika Rafka mengajaknya bicara. "Hah? Ah... iya kak kenapa?"

Rafka mendesah pelan mengulangi perkataannya, "Kamu lihat-lihatnya sama Afifah saja, kakak tunggu di café depan. Nanti kita bicarakan di sana sekalian makan siang sebentar lagi masuk jam istirahat."

Nasya mengangguk mengiyakan. Kedua laki-laki sama usia itu segera berlalu keluar dari ruko menuju café di seberang jalan untuk menikmati secangkir kopi hangat atau bercengkrama mengingat semasa SMA dulu.

***

Di dalam ruko Nasya masih setia menatap orang di depannya, penjelasan yang tadi belum cukup menghilangkan kecurigaanya, karena ia tau sahabatnya ini memang tidak pernah pelan mengendara.

"Ada apa sih Sya... Ngeliatin segitunya? Iya aku tau aku cantik," ucap Afifah membenarkan khimarnya yang sebenarnya tidak ada yang salah.

Nasya mendengus, percaya diri sahabatnya kambuh lagi, "Aku curiga deh apa yang dikatakan kak Rafa itu bener, secara ya Fa kamu itu kan gak pernah pelan."

Afifah memutar bola matanya, "Yaelah Asya percaya aja sih sama tuh orang. Udah ah Ayo ke lantai atas aja, yang ada kak Rafka marah lagi kita kelamaan di sini," ajak Afifah menarik tangan Nasya

Aku, Kamu Dan Ikhlas kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang