Satu pertanyaanku, apa kesalahanku?
Perlahan kau membawa langkah kakimu menjauh dari apa yang pernah kau janjikan. Sekarang bolehkah aku tetap berharap?~Nasya Khairina Lathifa~
🍂🍂🍂
Angin berhembus perlahan masuk menyelinap melalui celah jendela yang sengaja di buka mempersilahkan angin masuk menyapanya. Begitu juga cahaya matahari muncul malu-malu menampakkan diri, di biarkan menerpa wajah sendunya.
Sosok gadis dengan jilbab instan yang membalut rambut indahnya tampak duduk menghadap balkon. Kedua sorot matanya kosong, sedangkan pikirannya berkelana, lebih tepatnya memikirkan kesalahan apa, hingga Ia tersakiti begitu dalam. Sejak seminggu yang lalu mendengar kenyataan pahit dari seseorang yang dipercayainya.
Ya.. tepat! Nasya selama seminggu, lebih banyak berdiam diri di kamar. Ia keluar saat waktunya sarapan atau makan malam setelahnya gadis itu kembali masuk ke dalam kamar.
Tak ada kumpul bersama di ruang keluarga, tak ada senyum yang terbit di bibirnya, Ia merasa terkhianati. Wajah yang dulunya cerah kini terlihat sendu, matanya bengkak karna terlalu lama menangis, dan tubuhnya lebih kurus dari biasanya.
Nasya tak sadar jika Bundanya sudah berada di belakang. Ditatapnya punggung sang putri, Ia merasa iba. Ia tau apa yang dirasakan gadis itu. Nasya menceritakannya 5 hari yang lalu saat dirinya berbelanja ke supermarket.
Flash back on
Panas matahari seakan menusuk kulit, membuat dahaga semua orang. Nasya dan Bundanya duduk di sebuah café depan supermarket sekedar melepas penat dan dahaga.
Dewi menatap putrinya, "Bagaimana kabar Farzan sayang? Lama Bunda tak mendengar kabarnya, biasanya tak jarang ia berbicara pada Bunda"
Nasya tersenyum miris, "Dia sudah pergi Bun, meninggalkan janji dan rencana yang belum sempat terselesaikan. Dia meninggalkan Asya tanpa kejelasan."
Dewi tampak terkejut pasalnya mereka sudah seperti keluarga, Nasya sudah yakin hal itu. Bundanya saja terkejut apalagi dirinya.
"Kamu sudah menanyakan alasannya pada Farzan Nak? Mungkin kamu berbuat salah yang menyakiti hatinya," ucapnya lirih, ia takut melukai perasaan putrinya.
Nasya mematung sejenak, memikirkan kesalahan apa yang dibuatnya hingga Farzan meninggalkannya. Tapi nihil, Ia merasa tidak melakukan kesalahan. Selama ini hubungannya baik-baik saja, bahkan sangat baik.
"Entahlah Bun, itu yang sedang Asya pikirkan. Tapi, Asya merasa tidak pernah berbuat salah." ada rasa sedih di matanya mengingat perkataan laki-laki itu.
"Tak mungkin jika tak ada masalah Ia meninggalkanmu, mungkin ada alasan yang tak bisa Ia jelaskan kepadamu Nak. Bersabarlah, jika jodoh pasti akan kembali," ujar Dewi.
Nasya tersenyum menanggapi ucapan Bundanya. Senyum palsu bukan lagi senyum ketulusan yang biasa Ia tampakkan.
'Asya harap juga begitu Bun, Asya masih berharap ia kembali dan menjelaskan semuanya' batin Nasya.
Flash back ofWanita itu berjalan menghampiri Nasya, Ia duduk di sampingnya. Nasya kaget dengan kemunculan Bunda secara tiba-tiba.
"Astgagfirullah, Bunda di sini? Sejak kapan? Asya tidak mendengar suara ketokan pintu." rentetan pertanyaan Ia layangkan pada Bundanya.
Dewi tersenyum, "Sudah lama, lagian Bunda sudah ketok pintu berapa kali tapi gak ada sahutan, sampai pegel tangan Bunda," ucap Bundanya dramatis menunjukkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu Dan Ikhlas ku
EspiritualJudul sebelumnya Behind a Red Rose Proses Revisi Namanya Nasya Khairina Lathifah. Memiliki arti, anak perempuan yang harum dengan kebaikan dan penuh kelembutan. Selaras dengan namanya, ia tetap menjadi pribadi baik meski ada anak panah yang dibidik...