Jika dengan cara terang-terangan aku mendapatkan penolakan, mungkin dengan cara diam-diam aku mendo'akannya.
~Nasya Khairina Lathifa~
🍂🍂🍂
Suasana di ruang keluarga sedikit tegang, pasalnya malam ini Nasya akan mengatakan keinginannya pada sang Ayah. Ia sudah putuskan akan membiarkan Pria itu pergi dengan keputusannya, mungkin dalam hitungan bulan bahkan tahun gadis itu akan tetap menunggunya hingga nanti mendapatkan penjelasan, jika nanti Pria itu lebih memilih dengan wanita lain dirinya harus menerima, tapi sebelum itu Nasya memilih tetap mendoakannya dalam diam.
Dirinya masih yakin Farzan akan kembali seperti sebelumnya, Ia merasa Pria itu hanya bosan sesaat. 'Biarlah serpihan sakit ini aku alihkan dengan kegiatanku yang baru. Akan aku sibukkan diriku hingga Ia kembali datang. Jika dengan cara terang-terangan aku mendapatkan penolakan, mungkin secara diam-diam aku memintanya dalam doa.' batinnya.
Sesuai perkataan sang Ayah tadi pagi, setelah makan malam gadis dua gingsul itu berada di tengah-tengah orang yang menatapnya penasaran, penasaran dengan apa yang akan gadis itu akan katakan. Dirinya duduk di sebelah Dewi dengan Adam di depannya dan Rafka duduk di pojok.
"Jadi, apa yang ingin putri Ayah bicarakan?" tanya Adam memecah keheningan.
"Mm .. Yah boleh tidak Asya membuka ruko untuk usaha online shop." Nasya menatap Ayahnya kemudian menunduk, tangannya bertautan memilin ujung jilbabnya, gadis itu takut sang Ayah tidak mengizinkan.
Adam mengerutkan keningnya sedikit terkejut, dan Rafka mengalihkan pandangannya dari televisi kearah Nasya. Gadis itu melirik sang Bunda yang tersenyum dan mengangguk dari matanya Ia berbicara 'semuanya akan baik-baik saja.' Karena sebelumnya Nasya sudah berbicara lebih dulu dengannya, dan atas saran Dewi Ia berani bicara pada Adam.
Adam menatap putri kesayangannya sebelum melayangkan pertanyaan. "Apa kau yakin dengan keputusanmu Nak?"
Nasya mengangguk dengan yakin, ini keputusannya. Ia tidak hanya ingin mengalihkan kesedihan, tapi ini juga mimpinya dari dulu.
"Lalu bagaimana kuliahmu, sayang?"
Nasya mendongak, "Asya tetap melanjutkannya Yah, liburanku masih tersisa 2 bulan, masih cukup untukku membangun usaha itu."
"Hm, tapi jika kau kembali siapa yang akan mengurus usahamu?" tanyanya lagi.
"Ada Afifah Yah, Dia akan membantu Asya mengurus ruko. Lagi pula Asya hanya tinggal restock barang dari supplier yang biasa Asya langganan, dan menjualnya secara online maupun ofline. Asya belum kepikiran untuk membuat brand Asya sendiri. Setelah usaha Asya berkembang Insya Allah Asya akan memikirkan hal itu. Untuk sekarang Asya akan tetap bekerja sama dengan supplier yang memberikan kepercayaannya pada Asya. Karena Asya tidak mau seperti kacang yang lupa kulitnya, saat Asya sukses Asya melupakan seseorang yang mengajari Asya sampai tahap ini, Asya tidak mau itu. Sekarang Asya hanya butuh ruko kecil untuk menampung barang." Nasya menjelaskan bagaimana sistem usahanya berjalan nanti, untuk lebih meyakinkan Ayahnya.
"Baiklah, Ayah mengizinkan."
"Makasih Ayah." Nasya langsung beralih duduk disamping Adam, Pria paruh baya itu langsung menyambutnya dengan merentangkan tangan. Sedetik Ayahnya kembali membuka suara.
"Tapi dengan satu syarat," ucap Adam. Asya merenggangkan pelukannya mengernyit bingung syarat apa yang akan diberikan.
"Harus Kakakmu yang mengurus masalah ruko, putri kecil Ayah yang cantik ini tinggal menempatinya nanti," ucap Adam meraih dagunya. Asya menarik sudut bibirnya keatas, menampilkan senyum secerah rembulan malam ini. "Baiklah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu Dan Ikhlas ku
EspiritualJudul sebelumnya Behind a Red Rose Proses Revisi Namanya Nasya Khairina Lathifah. Memiliki arti, anak perempuan yang harum dengan kebaikan dan penuh kelembutan. Selaras dengan namanya, ia tetap menjadi pribadi baik meski ada anak panah yang dibidik...