🌹Luka Sepihak🌹

39 5 0
                                    

Ketika keputusan sepihak telah dipilih akankah masih ada hati yang baik-baik saja?
Tidakkah meninggalkan sebuah luka yang teramat pedih.

🍂🍂🍂

Pagi yang cerah menyambut keempat bersahabat. Hari pertama Nasya akan memulai kesibukannya dengan hal yang baru, melupakan sejenak masalah hatinya. Taxi sudah berhenti di area parkir ruko berlantai dua. Sekarang mereka tepat berdiri di depan ruko, dengan pintu kaca hitam di depannya. Nasya membuka pintu diikuti ketiga sahabatnya yang akan membantu.

Hari ini mereka akan memulai dengan menata barang-barang seperti, sofa, karpet, kipas angin dan peralatan lainnya yang sekiranya di butuhkan. Serta barang yang datang dari supplier. Tenaga wanita tentunya tidak bisa melakukannya, maka dari itu Nasya meminta Kakaknya untuk ikut serta membantu. Setidaknya harus ada tenaga laki-laki dua atau tiga orang agar semua cepat selesai.

Setelah bala bantuan datang pekerjaan dimulai. Nasya meletakkan tas, membenarkan letak jilbabnya melilitkan ke belakang leher, sembari melirik ke arah sahabatnya mengangguk, "Ayo kita mulai."

Mereka mulai mengatur, para wanita mengurus barang yang datang dari supplier seperti pakaian muslimah, baju anak-anak dan jilbab. Sedangkan para lelaki mengatur seperti letak kursi, karpet dan juga peralatan berat lainnya.

"Sya, barang yang baru datang apa langsung di tata atau di letakkan di lantai dua?" Nasya melirik Nadira di sebelahnya.

"Mungkin langsung di tata aja kali Ra, biar nggak kerja dua kali." Nadira mengangguk dan segera berlalu.

Tak lama dari kepergian Nadira ada seseorang yang mengucapkan salam dari pintu masuk, "Assalamualaikum, Maaf saya telat." Nasya menoleh, dirinya kaget ketika mengetahui orang yang baru saja datang. Hanya Nasya yang bisa mendengar salam pria itu, karena posisinya tepat berada di pintu masuk, tempat yang akan ditempati sebagai kasir.

"Eh... Waalaikumsalam. Kak Rafa ngapain disini?" Rafa mengernyit mendengar balasan Nasya.

Nasya menutup mulutnya, 'Mau ngapain lagi, pasti mau ketemu sama kak Rafka lah. Bodoh sekali kau Nasya.' monolognya dalam hati.

"Maksud Asya, cari Kak Rafka? Tuh di sana," tunjuknya ke arah beberapa orang yang mengangkat sofa. Laki-laki itu mengangguk, mereka bersitatap sebentar kemudian memutus bersamaan karena Rafa segera berlalu dari hadapannya.

"Ih ... gak bilang makasih, atau apa gitu? dasar cowok mata tajam," gerutu Nasya ketika Rafa langsung berlalu tanpa mengeluarkan satu katapun.

"Ngapain Kak Rafka ngundang dia kesini sih... Padahal tau sendiri disini ada Nadira sama Afifah. Jangan sampai mereka terkejut seperti melihat hantu." semua gerutuan Nasya masih bisa di dengar oleh Rafa, pria itu tersenyum penuh arti.

Nasya tak memikirkan terlalu jauh, ia kembali bergulat merapikan letak komputer, menurutnya benar apa yang di katakan Nadira dan Afifah, kaku dan tajam.

Rafa mengunjungi ruko memang atas dasar keinginannya sendiri, bukan semata-mata ingin bertemu dengan temannya. Tadi ketika Nasya menelepon Kakaknya untuk meminta bantuan ia sedang lari pagi bersama. Jadi pria itu mengetahui jika wanita itu butuh bantuan. Dan sampailah disini ia datang untuk membantu.

Mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing, Nasya membantu menata baju-baju di gantungan. Tanpa sadar ada yang memperhatikan gerak geriknya dengan senyum yang sulit di artikan.

***

Seminggu berlalu setelah mengurus pekerjaan bersama, ruko Nasya sudah cukup banyak dikenal orang karena sebelumnya gadis itu berjualan menggunakan media sosialnya sebelum memutuskan untuk membuka tempat untuk usaha sendiri. Jadi cukup mudah bagi gadis itu untuk mendapatkan pembeli dan pelanggan.

Aku, Kamu Dan Ikhlas kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang