Bulan terhebat sampai Bulan paling murka

143 2 0
                                    

Dalam ceritaku, bulan Mei.
Kamu adalah yang paling hebat.
Bertemu denganmu tanpa sengaja.
Dengan perasaan yang malu-malu saat itu.

Aku ingat...
Saat itu adalah puasa terakhir kalau tak salah.
Puasa mencintai terakhir juga bagiku tentunya.
Setelah sekian lama mencintai sepenuh hati.
Lalu terombang-ambing dalam terpaan ombak dalam hati yang tak pernah ingin menjadi pulau untuk ditempati.

Bulan demi bulan terlalui.
Untuk mencoba mengenal kamu lebih dalam lagi.
Mencoba menyeimbangkan frekuensimu denganku.
Dan berharap agar kelak kita menjadi utuh.

Lalu aku terjatuh dalam egoku.
Sambil berusaha bangkit aku lihat kamu semakin jauh.
Aku berlari sekuat tenaga agar kamu bisa terkejar.
Tapi tak pernah bisa terkejar.

Hebatnya kamu masih tetap menungguku.
Berharap agar aku tetap untukmu.
Sampai suatu waktu aku terlalu lelah karena kamu tak pernah terkejar.
Aku menyerah pada bulan juli, tepatnya bulan ke 14 yang kelihatannya murka karena aku tak pernah mau berusaha.

Sekarang perasaan kita tidak lagi sama.
Dan aku tahu aku tidak layak untuk menjadi yang selamanya.
Tapi aku mohon, aku ingin selamanya mengenal kamu.
Setidaknya kalau kita tidak bisa menyatu
Kita masih bisa bertemu bukan?
Mungkin untuk sekadar menanyakan, hai apa kabar?
Aku benar-benar gapapa kalau kamu memang harus pergi.

Bogor, 9 Agustus 2020

 Berantakan (Puisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang