Teknik penulisan: Sparklines
---Tidak ada yang menyangkal kalau semesta itu luas. Manusia sampai pada kemungkinan jika ada kehidupan di planet lain, tetapi masih kesulitan untuk menjangkau dan membuktikan. Di konstelasi Leo, terdapat planet bernama K2-18B yang mengorbit katai merah K2-18. Di sana terdapat kehidupan ... dan di mana ada manusia, pasti muncul kekacauan.
"Mama, kakak itu punya tanduk. Keren sekali," komentar anak kecil berkulit albino sembari menunjuk pemuda yang tampak kikuk.
"Jangan begitu, Nak. Dia bisa menyerangmu. Ingat, kasta Lae berisi makhluk berbahaya." Si Mama buru-buru menarik tangan anaknya pergi sambil menggerundel tentang kasta Lae.
Pemuda bertanduk mendengarkan percakapan ibu dan anak tersebut. Dia hanya menatap punggung mereka penuh arti.
Kehidupan di K2-18B tampak seperti neraka bagi mereka yang rentan; Hydrox--negara ini tidak menjadi pengecualian. Kasta berisi makhluk tidak jelas dilabeli sebagai kasta Lae, kasta rendahan. Manusia yang mendekati standar normal menyebut diri mereka sebagai kasta Hoe. Kasta Lae kerap didiskriminasi dan memperoleh ketidakadilan karena statusnya.
"Kasihan sekali adik itu, harus dididik manusia seperti dia. Halah, apanya yang dunia baru, toh, diskriminasi abadi." Pemuda bertanduk menekankan pada kata manusia dan dunia baru.
****
"Kita yang masih hidup telah sukses melalui seleksi alam. Ini adalah dunia baru!" Sekretaris Jenderal organisasi perhimpunan negara sedunia mengumumkan besar-besaran ketika bencana berlalu.
"Dunia Baru" terdengar menggelikan bagi sebagian orang. Kejadian ini masih ramai diperdebatkan para ilmuwan hingga lima tahun kemudian. Tidak ada jawaban pasti atas apa yang terjadi. Namun, orang-orang tahu bahwa rentetan peristiwa tersebut nyata, sebab bekasnya terlalu jelas.
Di planet K2-18B, bencana besar berkepanjangan mengubah tatanan kehidupan. "Dunia Baru" dimulai dari intensitas semburan ultraviolet yang semakin sering dan acak hingga melebihi batas toleransi tubuh manusia. Semua makhluk hidup mengalami mutasi yang bisa berbeda-beda. Kondisi kian memburuk ketika gravitasi planet sempat terkunci sehingga ada sisi siang abadi, garis senja, dan malam abadi. Kira-kira, itu berlangsung selama setahun.
Masyarakat panik. Ekonomi merosot. Pejabat saling menyalahkan. Ilmuwan hanya berdebat. Pemuka agama membawa-bawa azab dan kiamat. Jangan lupa jika mereka turut terkena mutasi. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk K2-18B pasca bencana berkurang 40 persen.
"Ini adalah azab! Karena segelintir orang, seisi planet terkena dampak. Mereka yang perubahannya drastis adalah manusia yang dimurkai Tuhan!" tukas pemuka agama berapi-api.
Saat itu, kaum borjuis lekas membangun perlindungan untuk mengurangi dampak. Mereka juga menimbun pasokan makanan. Di sisi lain, masyarakat yang kurang berprivilege menghadapi kesulitan bertubi-tubi. Tidak sedikit yang mati kelaparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Historiarum
Science FictionAntologi cerpen fiksi ilmiah karya member Scientist (1)