-Episode 16- (Dimas?)

358 59 2
                                    

Selamat membaca

"Yah golongan darah Nissa apa?"

Tanya Vissa kepada sang ayah yang sedang duduk bersebelahan di ruang tamu.

"B Kak"

Terlihat nampak berfikir keras Vissa. Kenapa bundah nya golongan darah nya A, terus ayah nya O, Dirinya O. Nissa B.

Tak mau bingung dengan fikiran nya sendiri, segera pergi ke kamar nya.

***

Sekarang pesantren Arrahman sedang mengadakan pembagian sembako ke masyarakat sekitar. Bagi para santri membagikan ke sebelah Timur dan selatan, untuk para santriwati ke sebelah barat dan Utara.

Hingga Adzan Dhuhur berkumandang. Semua yang sedang melakukan kegiatan di tunda dulu dan berhamburan mengambil air wudhu segera menjalankan sholat Dhuhur.

Kegiatan selesai jam setengah 3 sore. Semua di perbolehkan istirahat habis itu sholat Ashar.

***

Di lain sisi tepatnya tiga orang yaitu Fariz, Beni, dan Bagas. Mereka sudah sampai di alamat yang di cari. Lebih tepatnya alamat Dela.

Mereka bertiga belum ada yang berani memencet bel rumah nya.

"Aelah cepet kalek gatau panas ini apa, kulit gue yang putih entar gosong nih"

Celetuk Beni sambil tangan kanan nya diangkat seperti hormat. Memang cuaca nya panas sekali.

"Heh! Lo aja yang pencet, kalau misal nya salah orang malu cuy M.A.L.U"

Balas Fariz dengan di akhir menekan kata malu nya dengan geram.

"Stttt... Diem gw aja yang pencet kalian pada banci"

Celetuk Bagas dengan mengangkat jempol kanan nya dan di balik ke bawah. Menandakan Cemen.

"Berani lu sekarang?"

Balas Fariz dengan tatapan tajam membuat Bagas menggeleng cepat. Dan segera memencet bel rumah.

Pintu gerbang terbuka dan...

"Iya siap.."

Belum sempat menyelesaikan omongan nya. Dia terkejut dengan ekspresi seperti orang kepergok selingkuh. Tapi emang selingkuh sih.

"Hai, apa kabar? Makin wow aja nih Sampek kabar aja gak di kasih tau"

Sindir Fariz mengalihkan tatapan nya dari Dela. Sedang Dela hanya bisa pasrah dan menjawab apa adanya.

"Aku bisa jelasin semua, tapi sebelum nya aku minta maaf ke kamu"

Ucap Dela dengan tatapan memohon dan menyatukan tangan nya di depan dada.

"5 menit dari sekarang!"

"Jadi aku minta maaf banget banget ke kamu Fariz. Emang aku tega banget ngehianatin kamu. Jadi waktu itu perjalanan pulang ke Bandung aku sempat di begal sama orang tapi ada yang nolongin aku nama nya Dimas"

"Aku fikir dia nolongin aku dengan ikhlas dan ternyata dia ngasih obat perangsang ke aku, dan sekarang aku udah nggak perawan lagi"

"Aku udah tunangan waktu tahu aku hamil udah 1 Minggu. Pingin banget ngasih tau ke kamu dan minta maaf. Tapi Dimas ngelarang aku"

Dela menceritakan dengan mata berkaca kaca. Dia takut jika Fariz marah dan tidak mau memaaf kan kesalahan dia. Dengan penuh tekat, tangan bergetar, dan air mata yang terus mengalir.

Ia mendekat ke Fariz. Dan memeluknya seakan ini adalah pelukan terakhir dia dengan nya.

Fariz yang mendengar cerita itupun sedikit tak tega dan mau kasih perhitungan ke orang yang berhasil merusak Dela.

Fariz mencoba menahan air mata dan membalas pelukan dari Dela. Ini akhir dan mungkin mereka tidak bisa seperti dulu lagi.

"Fariz aku minta maaf ke kamu, kita masih bisa sahabatan kan?"

Ucap Dela di sela sela tangis nya. Fariz yang masih tak terima ia hanya bisa mengangguk dan mengelus rambut hitam Dela.

***

Nissa dkk sedang duduk bersantai di belakang pesantren.

Mereka sibuk dengan fikiran nya masing masing sambil menikmati udara sejuk nya sore hari.

"Hemm.. Nis aku lihat lihat Fariz kaya nya suka kamu deh beneran"

Celetuk Yana dengan pandangan lurus ke depan. Nissa pun hanya tersenyum di balik Cadar hitam nya.

"Kenapa nggak mencoba buka hati, atau mencoba ta'aruf?"

"Saya setiap hari selalu meminta agar di beri lelaki yang bisa menerima dari segi akhlak nya bukan segi penampilan nya, dan saya juga belum tuntas sekolah udah berfikiran begitu" Jawab Nissa dengan santai.

"Seandainya Fariz ngajak kamu Ta'aruf gimana?" Tanya Vinda dengan serius.

"Jika tuhan menghendaki maka saya akan menerima nya"

***

Fariz dkk sedang berada di Kafe. Sepulang dari rumah Dela dan acara minta maaf maaf tadi.

Mereka mampir makan dulu dan melanjutkan perjalanan pulang.

"Gas" Panggil Fariz.

"Paan?" Jawab Bagas dengan mulut yang penuh makanan.

"Cara Ta'aruf gimana njim?"

Mendengar omongan Fariz, membuat Beni dan Bagas tertawa sambil menggebrak nggebrak meja.

"Gak lucu sumpah"

Geram Fariz sambil menunjukkan kedua tangan nya yang mengepal bersiap untuk meninju dua sahabat laknat nya ini.

"Gw bukan ahli begituan, intinya g pacaran deh itu aja yang gw tau"

"Gw deg deg an njim"

"Sakit jantung lu? Semoga mati ya"

Celetuk Beni dengan tangan menengadah dan di ikuti Bagas dengan ucapan amin.

"Bangke. Gw itu mau Ta'aruf sama seseorang tapi gw takut njim"

"Siapa emang?"

"Ada anak pesantren"

"ASTAGHFIRULLAH HAL'AZIM"

"KERJA LEMBUR BAGAI QUDA"

Seketika Beni dan Bagas sudah hilang otak kewarasan nya. Fariz? sudah menyelonong keluar kafe tanpa menghiraukan Double B.

Bersambung...





The Black Veil Girl (GadisCadarHitam)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang