AWAL DARI SEBUAH KISAH

118 50 25
                                    

Malam yang sangat cerah, sang rembulan menyinari gelapnya malam. terlihat seorang gadis berusia 6 tahun sedang terduduk di taman dekat rumahnya. Gadis itu tengah sibuk memandangi rembulan yang indah. Tanpa disadari terlihat seorang anak laki-laki yang berusia sama dengannya tengah berjalan mendekatinya.

"Kamu suka bulan juga?" Tanya anak itu membuat gadis tersebut terkejut bukan main.

"Iya. Aku sih sejak kecil sangat menyukai bulan. Kata bunda semua orang yang sudah pergi pasti akan ada di langit. Setiap malam aku selalu memandangi langit itu, hingga tanpa sadar aku mulai menyukai bulan," balas gadis kecil itu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aku juga suka bulan, tapi alasanku berbeda denganmu. Menurutku bulan itu sangat indah, karena itu aku aku menyukainya," balas laki-laki itu.

Terjadi keheningan dalam sesaat. Tidak ada yang berani membuka suara. Kedua anak itu tengah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Entah apa yang ada di pikiran mereka.

"Ngomong-ngomong nama kamu siapa?" Tanya anak laki-laki itu berusaha untuk membuka keheningan yang sangat tidak ia sukai.

"Kata bunda aku tidak boleh memberi tahukan namaku kepada orang asing," kata gadis itu. Ia merasa takut untuk berkenalan dengan orang baru. Sedangkan anak laki-laki itu hanya tertawa mendengarnya.

"Aku Rayhan, bukan orang asing. Aku ingin berteman denganmu, bisa kan?" Balas Rayhan. Gadis itu merasa sedikit ragu hingga akhirnya dia mengangguk.

"Bisa. Namaku Anggraini," kata Anggraini.

"Namamu panjang ya... Gimana kalau aku panggil kamu Rara? Namaku Rayhan," ucap Rayhan. Awalnya Rara agak sedikit bingung, namun pada akhirnya ia pun mengangguk.

"Baiklah, tapi aku panggil kamu dengan sebutan Ray bolehkan?" Tanya Rara. Dengan cepat Ray mengangguk.

Mereka berbicara sangat akrab hingga tanpa sadar waktu berjalan dengan cepat.

Hari semakin larut Rara memutuskan untuk pulang. Ia sudah berjanji dengan bundanya akan pergi 15 menit saja. Ia pun berusaha menepati janjinya.

***
Rara berjalan menuju rumahnya yang tak jauh dari taman tadi. Walaupun Rara masih anak-anak, tetapi setiap selesai shalat Maghrib dia pasti pergi ke taman tersebut jika merasa bosan dan memandang bulan sepuasnya di taman itu.

Rara pun sampai di rumahnya. Terlihat Chintya, kakak Rara yang kini berusia 10 tahun sedang duduk di depan TV.

"Aini, dari mana? Taman lagi?" Tanya Chintya kepada adik kecilnya itu. Yah... Aini adalah nama panggilan Rara saat di rumah.

Rara hanya mengangguk sembari berjalan ke dapur, mencari keberadaan bundanya yang ia yakini saat ini sedang mencuci piring.

***
Akhirnya Rara menemui bundanya. Ia pun dengan cepat berjalan menuju bundanya.

"Bun. Aini mau kerjain PR MTK. Bantuin Aini Bun," pinta Rara kepada bundanya.

"Iya, bunda bantu. Sekarang kita buat ya. Kamu juga harus siap-siap. Besok sekolah kan," ucap bunda Rara. Rara pun berlari ke kamarnya dan menyiapkan tugas dan peralatannya.

***

Pagi yang cerah. Mentari menyinari bumi dengan sinarnya, namun teriknya sangat cukup membuat semua orang untuk berkipas setiap saat. Itulah yang dilakukan oleh Rara, duduk di depan kipas mencari kesejukan lewat cara apapun.

Pagi ini ia akan pergi ke sekolah, namun sambil menunggu bundanya siap, ia memutuskan untuk duduk di depan kipas angin.

"Tia, Aini, ayo berangkat," panggil bunda Rara. Akhirnya Rara dan Tia pun masuk ke dalam mobil.

KISAH SANG REMBULAN  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang