Part 4

2.8K 47 6
                                    

Champs-Elysees

Disinilah Sandra berada sekarang. Ia berdiri didepan pintu rumah minimalis dengan cat putih. Rumah yang satu tingkat ini ia yakini adalah rumah milik temannya. Sandra mengetuk pintu kayu itu dengan tiga ketukan barulah sang pemilik membukakan pintu. Sandra mundur satu langkah dari tempatnya berdiri.

Seorang wanita rambut pirang ikal bermata hijau menatap nya terkejut. Wanita itu melompat mengahamburkan pelukan.

"Sandra.....", pekiknya.

"Ness hentikan aku tidak bisa bernapas", Nessy Millygrey begitulah namanya lebih sering di sapa Ness.

"Sorry sorry", Ness melepaskan pelukan dengan cepat. Ia mengambil koper Sandra menyuruh nya untuk cepat masuk karna keadaan di luar sedang dingin sebentar lagi salju akan turun.

"Dari raut muka mu seperti nya kau sedang ada masalah. Apakah ini tentang pemuda yang pernah kau ceritakan itu? Atau tentang kakak angkat mu?", Ness meletakkan secangkir teh melati kesukaan Sandra.

"Tebakan mu selalu benar Ness. Dan stop menyebut dia kakak angkat ku. Dia sudah ku anggap kakak kandungku sendiri", Sandra menyeruput teh aroma melati sambil memejamkan mata menikmati minuman hangat itu.

"Terserah apa kata mu San, yang jelas di mata ku Jennie itu selalu merebut kebahagiaanmu sendiri. Jika kau tak percaya lihat saja nanti"

"Ya ya ya Ness yang cantik", Sandra menarik koper menuju pintu dengan ukiran bunga kecil di sudutnya. Rumah ini memang hanya satu lantai saja namun di dalam nya cukup luas, mengingat rumah ini hanya mempunyai tiga kamar dan kamar mandi masing-masing di dalamnya.

Sandra mendaratkan kepalanya di atas bantal yang telah disusun. Ini adalah malam pertamanya berada di negeri orang. Hanya Ness yang ia kenal disini. Ia teringat dengan penumpang pesawat yang ia temui tadi, Al. Panjang umur. Baru saja di omongin, pria itu menelpon.

"Hai Bunny. Bagaimana kalau kita bertemu? Well walaupun masih pukul 04.00 tidak apa kan?"

Apa pemuda itu tak kenal lelah? Baru saja tiba udah ngajak keluar, Sandra bangkit berdiri.

"Bukankah model terkenal seperti mu sangat sibuk sekarang?" Terdengar suara kekehan dari seberang

"Hahaha apa kau sedang meledekku bunny? Kau tau besok aku akan sibuk. Aku ingin mengajak mu sebagai teman pertamaku di paris untuk jalan-jalan. Bagaimana apa kau tertarik?"

"Maaf Al sepertinya aku tidak bisa. Bagaimana kalau lain kali? Aku berjanji akan mentraktir jika kita bertemu lagi"

"Entahlah tapi apa kau tau bunny sekarang perasaan ku sedang kecewa. Sebelumnya aku tidak pernah di tolak gadis manapun. Baiklah karna kau sudah berjanji aku memaaf kan mu. Yasudah kalau begitu see you bunny"

"Hahaha see you Al"

Setelah panggilan dari Al berakhir, panggilan kedua muncul. Itu adalah panggilan dari Jennie. Apa ia harus mengangkatnya? Ia tak sanggup mendengar jika Jennie sedang bahagia dengan Daniel. Biarlah dia kekanak-kanakan. Sandra mematikan ponsel nya tanpa menjawab panggilan itu.

Sungguh kepalanya sangat berat dan terasa pusing. Sandra mematikan lampu untuk bersiap masuk ke alam mimpi dengan setetes air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.

🌸🌸🌸🌸

Sementara di Indonesia,

Jennie tampak cemas mondar mandir. Adik kesayangan satu-satunya pergi dari rumah. Sudah berkali-kali ia menelfon namun sama sekali tak ada hasil.

"Sudahlah Jen nanti juga adik mu itu akan pulang", Amy menenangkan anak sulungnya.

"Sudah ada kabar dari Daniel?"

"Belum ma Daniel juga tak mengatakan apapun saat pergi tadi"

"Lebih baik kamu makan dulu ya. Mama akan menyiapkan pasta kesukaan kamu. Jangan terlalu khawatir pada Sandra, dia sudah besar dia bisa jaga diri", Jennie mengangguk setelah mamanya keluar dari kamar.

Amy menghidupkan kompor memanaskan pasta yang telah dibuatnya sore tadi. Suara langkah kaki terdengar dari belakang. Amy memutar badannya disana ada Brian sedang mengambil air.

"Sandra sudah ada kabar?"

"Sudahlah pa dia memang suka sekali cari perhatian. Papa juga sering sekali memanjakannya"

"Bukan begitu ma Sandra tidak mendapatkan kasih sayang dari ibunya sejak kecil. Maka dari itu papa harap mama menyamakan Sandra layaknya Jennie"

"Pa sebentar lagi anak kita akan menikah dengan pemilik perusahaan besar. Lebih baik kita fokus dulu dengan Jennie"

"Terserah mama saja", Brian berjalan kembali ke dalam kamar.

"Anak itu selalu saja membuat aku repot. Harusnya aku membunuh Sandra juga hari itu", gumam Amy sendirian.

🌸🌸🌸🌸

Ketukan pintu terdengar kala Jennie hampir tertidur. Terlihat Amy membawa sepiring pasta dan susu vanila hangat kesukaan Jennie.

Jennie mengubah posisi menjadi duduk di pinggir kasur. Perutnya memang lapar namun mulutnya tak berselera. Ia masih kepikiran Sandra. Pasta itu masih tak di sentuh sedikit pun. Amy mengambil ponsel Jennie menghubungi nomor Daniel.

"Ma... mama ngapain?"

"Mama mau telpon Daniel biar kamu mau makan"

Tanpa menunggu lama nomor tujuan tersebut tersambung.

"Daniel kamu ada dimana? Ini mama. Kenapa kamu pergi gak bilang-bilang?"

"Maaf ma Daniel ada meeting penting dari klien"

"Apa klien kamu gak bisa nunda dulu. Kan kamu juga lagi ada acara tunangan. Yasudah kalau begitu, lebih baik kamu kesini sekarang. Jennie gak mau makan dari tadi"

"Ma Jennie mau ngomong sama Daniel", Jennie mencoba mengambil ponsel dari Amy.

"Yasudah mama keluar dulu. Kamu jangan lupa makan", Jennie mengangguk. Ia memulai obrolannya dengan Daniel saat Amy benar-benar sudah keluar dari kamarnya.

"Kamu belum makan?"

"Aku kepikiran Sandra. Aku bingung harus cari dia dimana, Sandra juga kemarin masih terlihat baik-baik aja"

"Aku akan mencari Sandra. Kamu istirahat aja aku berjanji akan membawa Sandra pulang"

"Iya Niel aku istirahat dulu"

Setelah sambungan berakhir, Jennie mengambil sepiring pasta yang sudah mulai dingin. Menyendok ke mulut hingga habis.

🌸🌸🌸🌸

Aku akan mencari Sandra. Kamu istirahat aja aku berjanji akan membawa Sandra pulang"

"Iya Niel aku istirahat dulu"

Daniel mengakhiri panggilan ia menghela napas berat. Seluruh kota paris sudah di cari namun gadis itu kehilangan jejak. Kemana lagi ia harus cari. Ini semua kesalahannya jika pertunangan itu tak terjadi pasti Daniel tak kelimpungan begini mencari Sandra. Belum lagi lusa ia harus kembali mengingat pernikahannya dengan Jennie.

Daniel mengutus bawahannya untuk membantu Jennie mengurus pernikahannya. Ia tak akan kembali sebelum ia menemui Sandra. Tak peduli jika pernikahannya harus di lewatkan. Karna memang hanya pernikahan dirinya bersama Sandra yang ia harapkan. Bukan dengan menjadi abang ipar gadis itu.

Besok ia harus lebih keras mencari gadis cantiknya. Jika memang ratusan milyar harus dikorbankan maka tak apa jika demi Sandra.

Satu notifikasi email muncul. Salah satu bawahannya berhasil menemukan alamat tempat tinggal Sandra. Daniel mengirim pesan balasan.

"Pantau terus rumah itu. Ikuti kemanapun Sandra pergi. Jangan biarkan sedetik pun terlewat"

Secret BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang