Part 6

2.3K 35 2
                                    

"Kau yakin?", Al bertanya saat mereka tiba di pintu depan. Sandra mengangguk pelan. Mereka berjalan menuju ruangan utama. Pernikahan ini sangat mewah, dekorasi nya bergaya modern dengan warna emas dan putih. Sepertinya mereka terlambat karna pengantin baru itu baru saja menyelesaikan ijab qabul.

Daniel menuntun Jennie untuk duduk di sofa panjang. Mereka bersiap duduk sebagai raja dan ratu hari ini. Mereka tampak serasi. Mereka belum menyadari kehadiran Sandra di pernikahan ini.

"Apa kau mau makan dulu?", Al menawari

"Tidak Al. Kau duluan saja"

"Sandra"

Panggilan itu bukan lah berasal dari Al. Sandra berbalik. Itu Brian.

"Papa?" Sandra memeluk Brian erat. Ia menangis tersedu-sedu. Sandra merindukan papa nya.

"Kamu dari mana saja. Kami semua khawatir" pelukan mereka merenggang. Brian menghapus air mata Sandra dengan tangannya. Pandangan Brian teralih pada pemuda yang di sampingnya.

"Siapa dia Sandra?"tanya Brian. Sandra menoleh melihat Al kemudian menoleh ke Brian.

"Namanya Al dia teman Sandra"

"Apa kau sudah bertemu kakak dan kakak ipar mu? Temuilah mereka. Pasti mereka sangat merindukan mu"

"Iya pa"

"Papa ke sana sebentar mau menemui kerabat yang lain" Sandra mengangguk. Kini tinggallah dirinya dan Al.

Sandra menatap lurus ke arah Daniel dan Jennie. Mereka tampak bahagia. Al mengenggam erat tangan Sandra sambil berbisik di telinga wanita itu.

"Jangan menangis setidaknya tidak di hadapan mereka. Kau ingin memenuhi janji mu kan? Ayo aku akan menemanimu. Tetap genggam tanganku. Aku akan menjadi kekuatanmu" Sandra mengangguk.

Al membawa Sandra menuju panggung dimana Daniel dan Jennie duduk. Selama berjalan, Sandra berusaha menahan air matanya agar tak jatuh. Ia tidak boleh terlihat lemah dan sedih. Benar kata Al setidaknya tidak dihadapan mereka.

Mereka berdua tiba di hadapan Daniel dan Jennie. Pengantin wanita yang nampak kaget karena kedatangan adik kesayangan langsung memeluknya haru. Sandra melepas pelukannya.

"Akhirnya lo datang San. Lo kemana aja selama ini? Kakak sangat cemas padamu. Begitu juga Daniel, dia sudah mencarimu kemana-mana"

"Em... kak selamat atas pernikahannya"

"Terimakasih adik kecil gue" pandangan mata Jennie teralih pada Al ia tersenyum menggoda Sandra dengan sikutnya.

"Hei adik kecil yang telah menjadi dewasa. Apa kah pemuda tampan di samping lo adalah kekasih lo? Dia cukup tampan tapi tentu lebih tampan Daniel"

Al mengulur tangan disambut dengan uluran tangan Jennie, "Aku Al kekasih Sandra"

Jennie yang senang karna adiknya telah mendapatkan seorang kekasih berbeda dengan Daniel yang menatap nya dengan tajam dan mematikan.

"Sandra gue ingin lo tinggal dirumah kami mulai malam ini. Gue dan Daniel akan pindah ke manshion, bagaimana jika lo ikut kami?"

"Kak gue takut ngerepotin. Lebih baik tidak usah", tolak Sandra halus. Sebenarnya bukan itu alasan nya menolak permintaan Jennie, ia hanya tak mau jika ia harus dihadapkan lagi dengan Daniel setiap harinya.

"Please San demi gue. Lo juga tau kan gue kangen banget sama lo. Gue kangen curhat, girls time, lo mau kan?"

"Tapi kak..."

"Coba dulu seminggu kalau gak betah lo boleh balik ke rumah papa mama"

Sandra yang dari tadi sedang berperang batin akhirnya mengangguk pelan menyetujui tawaran Jennie.

"San kalau lo mau pulang duluan ke manshion juga gak apa. Ini alamatnya", Jennie menyerahkan secarik kertas dari dalam tas kecil nya. Disana telah tercantum alamat lengkap dari manshion mereka. Tak lupa Jennie menyerahkan kunci serap.

"Kak selamat sekali lagi", Jennie mengangguk ia kembali menyalami tamu-tamu yang lain. Sementara Sandra dan Al turun dari panggung.

🌸🌸🌸🌸

Jam menunjukkan pukul 22.00. Sandra baru saja menyelesaikan mandi setelah Al berbaik hati mengantar nya ke manshion sore tadi. Ia mengambil novel genre romantis. Ia melirik jam sekali lagi mungkin saja pengantin baru itu tak pulang malam ini.

30 menit sudah berlalu, Sandra merasakan kantuk luar biasa. Ia mematikan lampu kemudian masuk ke alam mimpi. Belum sepenuhnya mata wanita itu terlelap ia merasakan ada tangan yang sedang memainkan rambutnya dari belakang. Sandra memilih tetap tak membuka mata.

"Apa kau tidak merindukanku sedikit pun hon?"

Daniel? Mau apa dia kemari

"Apa kau sangat lelah? Hingga kau tidur begitu cepat"

"Maaf Sandra aku telah melanggar cinta kita. Tapi hati ku tetap milikmu Sandra bukan milik Jennie hanya milikmu hon"

Hati Sandra terenyuh ia terharu mendengar perkataan Daniel. Air mata jatuh dari pelupuk nya, rasanya ia ingin sekali memeluk Daniel, mendekap nya erat tak ingin ia lepaskan lagi.

Daniel mengecup kepala Sandra, ia bangkit hendak keluar dari kamar ini namun Sandra menahan tangannya. Daniel berbalik. Wanita itu duduk dikasurnya, ia memandang Daniel sayu. Pipinya telah basah karna air mata. Tangan Daniel menyeka air mata itu ia memandang Sandra dengan tatapan yang sama. Sandra dengan cepat memeluk Daniel erat, cukup sudah dengan perasaan rindu ini. Ia sudah tak sanggup menahannya lagi. Daniel mengusap punggung Sandra dengan sayang.

Rintik hujan terlihat dari kaca jendela kamar itu. Perlahan hujan turun dengan deras nya, suasana mulai terasa dingin. Menemani sepasang manusia yang sedang melepas rindu satu sama lain. Langit malam dan deras nya hujan yang menjadi saksi malam itu.

Sedangkan ditempat lain,

Al menyesap tegukan soda terakhirnya. Ia meremuk dengan sekuat tenaga hingga kaleng tak bersalah itu hampir terbelah dua. Ia harus segera meninggalkan Indonesia malam ini. Tentu saja hal itu berarti ia juga harus meninggalkan wanita cantik itu. Sandra. Bohong jika Al tak mencintainya. Entah kapan itu terjadi, tapi yang jelas saat ia bertemu Sandra di dalam pesawat pertama kali disitulah ia merasa tertarik dengan wanita itu. Apalagi saat ia tau jika Daniel memilih menikahi kakak nya, Sandra sangat rapuh ia iba melihat wanita itu. Ia ingin melindungi wanita itu, ia tak ingin melihat kesedihan terpancar dari wajah cantiknya. Al bersumpah suatu saat nanti ia akan kembali mengambil Sandra, membawa wanita itu ke dalam pelukannya.

"Dengar Al sesampai di Paris nanti aku tidak akan membiarkan kau kabur lagi seperti ini", Fadel menatap Al tajam ketika mereka duduk di kursi pesawat.

Al menyandarkan kepalanya di jendela pesawat, ia ingin tidur. Belum sampai ke alam mimpi, Fadel kembali bersuara.

"Apa kau telah menemukan partner photoshoot untuk lusa nanti?. Ingatlah kau sendiri yang meminta untuk mencari sendiri model yang akan menjadi partner mu"

Al benar-benar lupa. Ia memang mengajukan permintaan itu beberapa hari yang lalu. Mengapa ia bisa sepikun ini?!. Fadel pasti sudah bisa menebak bahwa Al memang belum menemukan partner untuk photoshoot nanti.

Tapi tunggu dulu. Bukankah ini akan menjadi kesempatan baginya?!.Wanita itu dia pasti sangat cocok untuk pekerjaan ini. Al tersenyum senang, hal itu membuat Fadel keheranan.

"Apa kau kesurupan? Kenapa kau tiba-tiba senang?"

"Aku sudah menemukannya"

"Siapa? Apa dia juga seorang model?". Al menggeleng.

"Namanya Sandra seorang wanita biasa"

Secret BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang