"San bangun. Lo gak kuliah?"
Teriakan Jennie dari luar mengusik telinga Sandra sehingga wanita itu terbangun. Dengan sigap ia mengubah posisi duduk. Sandra menoleh ke samping kiri dan kanan nya. Dia mencari Daniel. Seingatnya bukankah semalam Daniel ke kamarnya memeluk nya dengan erat? Apakah itu hanya mimpi saja? Tapi itu sungguh seperti nyata. Apa ia harus bertanya pada Daniel? Tidak. Jelas tidak. Takutnya semalam itu hanya mimpi saja.
"Sandra cepat bangun"
Panggilan kedua Jennie membuat Sandra berjalan ke arah pintu. Ia membuka pintu kamar, Jennie sudah rapi dengan setelan jas dokter di bahu nya. Jennie memang hebat ia sudah menjadi dokter di usia mudanya, pikir Sandra.
"Gue mau berangkat sekarang udah telat soalnya. Nanti lo berangkat kuliah diantar Daniel gapapa ya.."
"Gue bisa bawa mobil sendiri kak"
"Udah ya Sandra lo jangan banyak protes. Gue berangkat dulu. Bye"
Jennie melambai pergi meninggalkan Sandra yang masih dengan baju tidurnya. Ia menguncir rambut asal sambil berjalan ke arah kamar mandi.
Kejadian semalam membuatnya terus berfikir. Ia tak mau jika hal tersebut adalah nyata, ia tak tega merusak pernikahan kakaknya yang hari ini terhitung dua hari. Namun pelukan hangat Daniel....., Sandra menepuk nepuk pipinya untuk berhenti berpikir yang tidak-tidak.
Sandra melilit handuk ke tubuhya, ia keluar menuju lemari. Sweeter coklat dan celana hitam ia pilih sebagai outfit hari ini.
Setelah menyisir rambutnya dengan rapi, ia menuruni anak tangga. Disana terlihat Daniel sedang menikmati roti bakar dan kopi. Pria itu sangat tampan mengenakan kemeja hitam. Sandra bergabung untuk menyelesaikan sarapannya.
Sepuluh menit berlalu, selama sarapan Daniel tak melirik Sandra sedikitpun. Pria itu hanya fokus pada sarapannya. Daniel bangkit mengambil jas kantornya, ia berjalan menuju ferarri diikuti dengan Sandra di belakangnya.
Sandra berpikir lelaki itu akan membukakan pintu mobil untuknya seperti biasa saat dulu, tapi itu tidak terjadi. Sandra menghela nafas nya berat. Sepertinya memang benar kejadian semalam hanyalah mimpi belaka, pikir Sandra.
Sama seperti saat sarapan, selama perjalanan menuju kampus tak ada terjadi percakapan antara mereka. Yang terdengar hanya suara berita yang berasal dari radio mobil.
Tingg
Satu pesan muncul, Sandra membuka ponselnya. Pesan tersebut dari Al.
Al
Hai bunny, bagaimana kabar mu? Apa kau tidak merindukan aku? Kau tau, aku ada sedikit masalah di Paris. Aku membutuhkan seorang model wanita untuk menjadi partnerku. Ku pikir kau sangat cocok untuk ini. Jadi.... apa kau tertarik dengan tawaran ku?Jadi model? Bukankah ini sangat menakjubkan. Dulu semasa SMA ia pernah bermimpi menjadi model yang terkenal, tapi mimpi itu ia kubur dalam-dalam karna mamanya melarang. Ini adalah kesempatan bukan, kesempatan tak akan datang dua kali. Sandra membalas pesan Al dengan riang. Ia menerima tawaran itu.
Satu notifikasi kembali muncul.
Al
Aku sudah menyiapkan tiket keberangkatanmu, nanti orang ku akan mengantar mu ke bandara. Bersiaplah bunny💕Mobil berhenti di depan fakultas hukum. Sandra membuka pintu mobil ia melenggang turun sambil berlari kecil menuju ruangannya meninggalkan Daniel yang masih memandang Sandra dengan tatapan kosong.
Flashback
Daniel menghentikan mobilnya di depan hotel berbintang yang telah di sewa untuk mereka berdua. Daniel membuka pintu Jennie, ia memegang lengan istrinya membantunya untuk turun. Daniel menyerahkan kunci mobil nya pada satpam untuk di parkir.
Jennie menggenggam tangan Daniel dan sebelah tangannya lagi ia gunakan untuk mengangkat gaun pengantinnya. Malam ini mereka berencana tidak pulang ke manshion, mereka lebih memilih untuk menginap di hotel.
Daniel menggesek kartu akses agar pintu kamarnya terbuka. Jennie memilih untuk kekamar mandi membersihkan diri. Sedangkan Daniel, pria itu mengeluarkan sebotol whisky yang telah disediakan oleh staf hotel. Ia membuang jas nikah nya asal. Daniel berjalan ke arah balkon. Ia meneguk sebotol whisky hingga tinggal setengah.
Pikirannya menerawang, ia sudah menduga bahwa mantan kekasihnya akan datang ke pernikahannya. Tapi yang membuatnya kesal adalah Sandra tidak datang sendirian. Ia bersama pria brengsek itu.
"Daniel kamu gak mandi?",tanya Jennie basa-basi yang sedang mengeringkat rambut dengan handuk kecil.
Daniel memutar bola mata nya, ia mengabaikan pertanyaan Sandra. Daniel menghempaskan tubuhnya ke atas kasur tanpa membuka kemeja putihnya. Daniel tertidur dengan posisi miring membelakangi Jennie. Terserah dengan malam pertama, ia tak ingin melakukannya jika bukan dengan orang yang dicintainya.
Flashback off
🌸🌸🌸🌸
Sandra mencepol rambutnya, ia sedang memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper. Sebentar lagi ia akan terbang ke Paris. Ia harus minta maaf pada Ness karna setibanya disini ia tak mengabari apapun, ia juga telah melanggar perkataannya.
"Kau mau kemana?". Sandra berbalik menatap Daniel malas. Ia memilih diam.
"Sandra jawab aku jika aku sedang bertanya", Daniel bergerak maju mendekati Sandra.
"Oh hai bang Daniel? Abang udah lama disini?", tanya Sandra dengan nada meledek.
"SANDRA MEROVERA", bentakan dari Daniel berhasil membuat Sandra bergetar. Wanita itu terdiam beberapa detik, tapi ia cepat mengendalikan diri. Sandra menarik kopernya agar segera pergi. Tapi Daniel menahan koper itu. Kejadian ini sama seperti saat Sandra meninggalkan rumahnya waktu itu. Daniel hanya tak mau kejadian yang sama terulang. Ia tak mau kehilangan Sandra lagi.
"Aku bilang berhenti"
"Daniel apa masalah mu hingga kau menahan ku?", Sandra berusaha untuk menarik kopernya agar telepas dari Daniel namun sia-sia saja kekuatannya tentu kalah dari pria itu. Sandra menyerah.
"Kau tidak akan ku izinkan meninggalkan rumah ini"
"Memangnya kau siapa berhak mengatur hidupku"
"SANDRA JAGA UCAPAN MU", Jennie menatap Sandra emosi.
Plak
Satu tamparan dari Jennie berhasil mengenai pipi kanannya. Ini pertama kalinya Jennie menamparnya. Bulir air di pelupuk matanya jatuh. Cukup sudah. Memang sebaiknya ia tak pernah kembali ke sini. Sandra meninggalkan kopernya yang masih di tahan Daniel.
Sebuah mobil hitam berdiri di gerbang sedang menunggu Sandra. Tanpa berpikir dua kali wanita itu masuk ke dalam mobil. Ia membuang kartu sim ke jalanan raya. Sandra tak berhenti menangis. Ia tak menyangka kakak nya yang sangat ia sayang telah menamparnya.
🌸🌸🌸🌸
Jennie terjatuh ke lantai. Ia melihat tangannya yang memerah. Bagaimana bisa ia menampar Sandra adik kecil kesayangannya? Jennie menunduk lesu. Ia menyesal. Harusnya ia tak berbuat demikian. Daniel membantu Jennie kembali ke kamarnya.
Setelah memastikan Jennie telah tidur, Daniel mencoba menghubungi Sandra. Sia-sia nomor nya tak aktif. Ia berjalan ke luar rumah membuka pintu mobil. Ia yakin Sandra akan ke bandara. Daniel menginjak gas, mengemudi dengan kecepatan penuh tak perduli kendaraan lain mengklakson. Yang ia mau Sandra. Bukan yang lain. Hanya wanita itu.
