Part 9

1.7K 39 0
                                    

"Ini bekal dari kak Jennie", Sandra meletakkan kotak makan itu dengan hati-hati. Ia memilih duduk di sofa seberang meja kerja Daniel. Pria itu sama sekali tak melihatnya, ia masih berkutat dengan laptop.

"Kak Jennie khawatir karna abang gak pulang ke rumah. Dia cerita sambil nangis. Dia...", Sandra menghentikan ucapannya ketika ia melihat Daniel berdiri mengambil kotak makan itu kemudian membuangnya.

"Bang lo harusnya ngehargain usaha kak Jennie. Dia susah payah ngebuat itu"

"San kalau kamu kesini cuma untuk bilang itu lebih baik kamu pulang. Saya masih banyak kerjaan"

Deg

Ini pertama kalinya Daniel berbicara seformal itu padanya. Apa Daniel sudah mulai move on darinya?.

"Gue pulang dulu"

Tak ada sahutan dari Daniel. Pria itu masih menghadap jendela membelakangi Sandra. Dan sepertinya pria itu juga tak mengucapkan happy birthday untuknya. Padahal didalam lubuk hatinya ia merindukan ucapan sederhana yang keluar dari mulut mantan kekasih nya itu.

Ketika Sandra telah meninggalkan ruangan itu, Daniel mengambil cincin didalam saku jas nya. Ini adalah kado untuk gadis itu. Cincin perak dengan mata ruby.

🌸🌸🌸🌸

"Hai kak"

Sandra yang tadinya sedang bersiap untuk menuju parkiran setelah mengantar Al kembali ke Paris, harus menghentikan langkahnya karna ada yang memanggil. Ia berbalik ke belakang. Seorang gadis muda bertubuh langsing tingginya kira kira 159 cm melambai padanya.

"Kamu.... apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Gadis itu menggeleng dengan riang, ia mengulur tangan.

"Aku Prisil adik nya bang Daniel"

Adik Daniel? Daniel punya adik? Kok dia gak pernah cerita. Saat pertemuan keluarga juga gadis ini tidak ada. Apa jangan-jangan dia salah orang? Atau Daniel yang dia maksud orang lain?

"Nama kakak Sandra kan? Bang Daniel sering cerita. Kakak mantan nya kan?"

"Eh... it..itu emm..", jawab Sandra dengan bingung

"Udahlah kak aku udah tau semua kok. Dia nikah sama kak Jennie kan?. Oh iya kak kita pulang yuk! Kakak naik mobil ku aja ya, mobil nya kakak nanti supir aku yang urus", ajak Prisil bersiap menggenggam tangan Sandra.

"Maaf kakak masih sibuk. Mungkin lain kali ya", tolak Sandra halus. Gadis itu mendadak murung.

"Yah.... kak padahal kan aku mau pengen dekat sama kakak"

Kalau dipikir-pikir gadis ini manis juga. Apa aku terima aja tawaran dia? Sekalian aku nanya dia juga tau alasan kenapa Daniel gak pulang.

"Yasudah kakak ikut kamu. Tapi ada syarat nya"

"Apa?"

"Kakak punya 3 pertanyaan untuk kamu tapi kamu harus jawab jujur" Prisil tampak menimang-nimang kemudian dia mengangguk riang setuju.

Sandra mengikuti Prisil yang lebih dulu menuju mobil. Gadis rambut ikal itu menyetel musik dengan volume sedang. Ia menggoyang goyangkan kepala mengikuti irama musik.

"Jadi kakak mau tanya apa?", tanya Prisil ketika mereka telah berada di jalan raya.

"Kok kakak gak pernah lihat kamu selama ini? Bahkan di pernikahan Daniel kamu juga tidak ada", pertanyaan pertama dari Sandra membuat Prisil tersenyum.

"Aku ada di London selama ini. Menyelesaikan proyek perusahaan papa."

"Apa kamu tahu kenapa bang Daniel akhir-akhir ini tidak pulang kerumah?" Prisil tertawa menanggapi

"Kok kakak manggil nya jadi 'bang' ? Berarti benar apa yang dikatakan bang Daniel, aku pikir dia bercanda. Dia juga pernah cerita kalau kakak sudah mengubah panggilan", Prisil menyeka air mata nya karna tawa barusan. Ia menarik nafas sebelum mulai melanjutkan.

"Dia gak pulang kerumah karna kakak"

"Aku? Apa yang aku lakukan?"

"Kau tau kak, dia marah sekali saat itu. Dia melihat kakak sedang berfoto mesra dengan Alex si model tampan itu"

Sandra menghela napas pelan. Ponselnya bergetar. Satu notifikasi chatting masuk dari nomor yang tak dikenal.

"Selamat siang nona Sandra. Saya Mark sekretaris tuan Daniel. Nona anda harus ke kantor sekarang. Tuan Daniel membutuhkan anda"

Sandra mengernyit bingung. Siapa nomor yang tak dikenal ini? Dan kenapa Mark tidak menghubungi Jennie saja yang notabene istri nya Daniel?.

"Apa terjadi sesuatu? Muka kakak cemas gitu", tanya Prisil penasaran.

"Apa kamu bisa antar kakak ke kantor bang Daniel? Sepertinya terjadi sesuatu"

Prisil memutar kemudi menambah kecepatan. Sandra mencoba menghubungi ponsel Daniel tapi sayang nya ponsel nya mati.

🌸🌸🌸🌸

"Kakak aja yang turun. Aku akan pulang dulu"

"Kamu gak ikut?", tanya Sandra bersiap membuka pintu mobil.

"Ada kak Sandra di samping bang Daniel udah buat kecemasan aku sedikit berkurang" Sandra tersenyum dengan cepat ia berlari menuju ruangan Daniel.

Ceklek

Dokter baru saja menyuntikkan vitamin. Ia tersenyum pada Sandra yang masih mengatur napasnya. Setelah Dokter itu pergi, barulah ia bertanya pada Mark.

"Daniel baik-baik aja kan Mark?" Mark tersenyum mengangguk sepertinya Sandra lupa harus memakai embel 'bang' dibelakang nama Daniel.

"Tuan hanya kelelahan bekerja. Kalau begitu saya permisi dulu nona. Bubur sudah saya siapkan di atas meja", Mark pamit meninggalkan ruangan.

"Dasar pria bodoh. Kau kalau mau mati jangan seperti ini caranya. Kenapa kau sakit begini Daniel? Segitunya kah perasaan mu padaku? Cepatlah sembuh Niel", Sandra duduk di lantai memandang Daniel sayu yang terbaring di atas sofa.

Waktu sangat cepat berlalu, matahari telah tenggelam berganti dengan malam hari. Gadis dengan blous navy itu masih setia menunggu Daniel terbangun, hingga tanpa sadar gadis itu telah ikut tertidur.

Daniel membuka matanya pelan, ia menerawang sekitar. Ia merasakan ada orang lain berada di sampingnya. Daniel menoleh. Betapa terkejutnya ia saat melihat Sandra. Wanita yang sulit ia gapai kini telah kembali dan sedang tertidur. Daniel langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Pergerakan nya membuat Sandra terbangun.

Gadis itu masih mengumpulkan nyawanya. Ketika ia melihat Daniel sedang menatapnya, Sandra segera bangkit mengambil semangkuk bubur.

"Kau sudah bangun? Ini makanlah tadi Mark yang menyiapkan. Kau pasti tidak makan dengan benar makanya kau terlihat kurus" Daniel mengambil bubur yang tadi dipegang Sandra.

Daniel menyuap bubur dengan tak berselera. Sandra tak bicara lagi. Begitupun Daniel. Hanya suara dentingan sendok dan mangkuk yang terdengar sesekali. Ketika bubur itu tinggal setengah porsi, Daniel kembali mendengar suara Sandra.

"Maaf"

Daniel menghela napas pelan. Ia menaruh kembali bubur ke atas meja. Ia bangkit mengambil kunci mobil.

"Ayo aku akan mengantarmu pulang"

Daniel melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Pria itu bermaksud mengantar Sandra pulang ke rumah orang tuanya. Ketika mobil itu sampai di depan pintu pagar, Daniel mencegah Sandra untuk turun.

"Kau mencintai Al?" Pertanyaan itu mampu membuat Sandra membeku.

"Kau hanya perlu menjawab ya atau tidak", lanjut Daniel dengan pandangan lurus kedepan.

"Ya" lagi-lagi gadis itu harus membohongi perasaan nya sendiri. Ia dapat melihat dengan jelas kalau Daniel sedang menahan amarahnya.

"Lusa aku dan Jennie akan mengadakan makan malam. Kau dan Al harus datang. Aku akan mengurus kepulangan Al dari Paris"

Secret BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang