Pagi yang baru ini Sandra mengawalinya dengan mencicipi makanan kecil di kedai pinggir jalan. Kedai ini menjual beberapa roti dan minuman hangat. Beberapa pengunjung membawa pasangannya sambil menikmati secangkir teh dan di suguhkan alunan musik klasik.
Paris adalah tempat romantis yang di idamkan kebanyakan orang. Mungkin termasuk dirinya sambil menghabiskan waktu bersama seorang kekasih yang tidak terlibat pernikahan dengan kakak nya sendiri. Salju turun untuk pertama kalinya. Suasananya cukup dingin. Sandra mengeratkan jaket coklat kebesaran dan syal merah yang melilit di leher putihnya.
Sandra bangkit berdiri meninggalkan kedai. Ia berjalan menyebrangi jalanan yang penuh dengan pejalan kaki. Disisi kirinya anak-anak tampak riang melempar bola salju ke temannya. Sandra menghembus nafas pelan. Besok ia harus mencari pekerjaan, ia tak mau harus terus membebani Ness.
Sandra berjalan melewati taman. Ia tak tau kemana ia akan berjalan. Untuk sementara ia hanya ingin menghindar dari beban yang ia alami.
"Sayang"
Sandra menghentikan langkah. Suara itu sangat familiar. Apa mungkin........ tidak ia pasti salah dengar. Sandra melanjutkan berjalan namun suara itu kembali terdengar.
"Sandra"
deg...
Ini tidak salah lagi, pikirnya. Sandra berbalik menengok sang pemilik suara. Nafas nya tercekat. Sandra menelan ludahnya. Ia ingin pergi dari sini tapi kaki nya tak bisa di gerakkan. Jantungnya berpacu dengan kencang. Penglihatannya tidak salah dia adalah Daniel.
"I miss you dear...", Daniel maju mendekati Sandra.
Sandra menggeleng. Ia harus pergi dari sini bagaimanapun caranya.
"PERGI" Daniel termangu ia cukup terkejut Sandra membentak nya. Kini perhatian orang-orang tertuju pada mereka berdua. Sandra mundur perlahan hingga ia menabrak dada bidang seseorang.
"Wanita ku telah mengatakan untuk kau segera pergi dari sini" Sandra berbalik, orang yang tak sengaja di tabraknya adalah Al.
"Kau tidak punya hak untuk ikut campur"
Daniel menatap nyalang Al dengan tatapan ingin membunuh. Tangannya menarik kerah kemeja Al dengan kasar.
"Kau siapa? Berani kau mendekati kekasih ku"
"DANIEL STOP" teriakan Sandra berhasil membuat Daniel melepaskan cengkramannya.
"Tolong kamu pergi dari sini. Jangan ganggu aku. Hubungan kita berakhir disini"
"Ya sudah jika itu pilihan mu. Aku hanya ingin mengingatkan besok adalah pernikahan ku dengan kakak mu. Aku harap kau datang Sandra" Daniel menatap mata Sandra dengan sayu. Ia tak menyangka jika Sandra mengatakan hubungan mereka berakhir dengan semudah itu. Ia berbalik meninggalkan Sandra yang tak sanggup lagi menahan air matanya.
Punggung tegap itu semakin jauh dari jaraknya berada. Penglihatan Sandra tetap tak teralihkan. Dada nya sesak. Sebenarnya bukan ini yang ia inginkan. Ia telah mengusir Daniel dari hidupnya. Bolehkah jika ia menarik ucapannya barusan.
Sandra masih setia melihat Daniel yang sedang masuk ke dalam mobil. Hingga akhirnya mobil itu hilang dari pandangannya. Al memeluk bahu Sandra dari samping. Akhirnya ia mengerti tujuan Sandra pergi ke paris.
🌸🌸🌸🌸
"Gaun ini sangat jelek. Ambilkan yang lain"
Jennie jengah dengan pelayan yang membawa gaun untuk pernikahannya. Ini adalah gaun yang di bawa ke sekian kali tapi tetap saja Jennie tak suka. Entah model yang bagaimana yang ia suka.
"Apa kau tidak bisa bekerja? Lebih baik aku laporkan pada atasan mu", Amy menarik rambut pelayan yang sedang membereskan gaun yang di pesan Jennie.
"Jangan nyonya ma-maaf jangan laporkan saya", pelayan tersebut berlutut di depan kaki Amy sambil menangis.
"Kalau begitu bawakan gaun yang paling indah dan terbaik yang butik ini punya"
Pelayan tersebut mengangguk. Ia mengantarkan Amy dan Jennie ke dalam sebuah ruangan yang di dalam nya terdapat satu buah kotak kaca. Dari luar kotak kaca itu terlihat gaun putih bertabur berlian, gaun yang dirancang khusus oleh desainer ternama.
"Ma aku mau gaun itu. Hanya gaun itu"
Amy menoleh ke pelayan "Apa kau mendengar kata anakku? Cepat ambilkan gaun itu"
"Maaf nyonya gaun itu telah di pesan. Jika anda mau kami mempunyai gaun yang lain", seorang wanita datang dari belakang mereka.
"Saya manajer disini. Gaun itu tidak bisa kami jual pada anda. Tapi jika anda berkenan kami akan menunjukkan gaun yang sama indahnya dengan gaun ini. Bagaimana?" Amy menoleh ke arah Jennie menanyakan apakah ia setuju atau tidak. Jennie mengangguk ia ingin meihat gaun yang dikatakan manajer tersebut.
Manajer berjalan ke sebuah lemari perak besar. Mengambil sebuah gaun gold dengan taburan kristal di kaki gaun dengan sebuah pita besar di pinggangnya. Benar yang dikatakan manajer tadi gaun memang indah. Namun tak bisa di pungkiri jika gaun dalam kotak kaca lebih indah.
Jennie akhirnya setuju untuk mengambil gaun itu sebagai gaun pernikahannya. Ia akan mengambil tuxedo dan jas dengan warna yang sama untuk Daniel.
Setelah pembayaran menggunakan kartu yang di berikan Daniel, Amy dan Jennie mampir di sebuah restaurant ternama.
"Berikan kartu yang tadi. Mama ingin shopping setelah ini. Mama ingin mentraktir teman teman sosialita mama"
Jennie mengeluarkan kartu tersebut di berikan pada Amy. Ia kesal dengan sikap Amy yang selalu boros. Entah berapa juta yang dihabiskan oleh Amy menggunakan kartu yang diberikan Daniel.
"Lebih baik kau manjakan tubuhmu. Calon suamimu sangat kaya, harusnya kau bersyukur kalau tidak papa tirimu itu sudah bankrut sekarang", Amy memainkan gelang emas di tangannya.
"Untung saja anak itu sudah pergi. Tak ada lagi yang mengganggu kita. Apa kau tau mama curiga sepertinya Sandra itu ada apa apa dengan calon suami mu", tambah Amy.
"Ma.... jangan menjelek-jelekan Sandra lagi. Dia gak seperti itu", tanpa sadar Jennie membentak Amy.
"Kamu jangan selalu membela dia. Dia sama saja seperti ibunya. Sudahlah mama capek ngomong sama kamu lebih baik sekarang mama ke salon dulu"
Amy melangkah keluar dari restaurant. Meninggalkan Jennie dengan raut muka kesal. Andai Sandra ada disini anak itu pasti berhasil menghibur dirinya. Entah dimana sekarang ia berada?, pikir Jennie.
🌸🌸🌸🌸
"Kau mau kemana? Mengapa semua bajumu kau masukkan ke dalam koper?"
Sandra mengancing kopernya setelah ia memasukkan baju terakhir.
"Aku akan pulang ke Indonesia"
"What?? Kau sudah gila? Kau ingin membunuh perasaan mu sendiri?"
"Perasaan ku sudah lama mati", Sandra mengambil ponsel mengirim pesan pada Al untuk menjemputnya.
"Tidak San. Aku tidak akan membiarkan kamu pergi ke sana"
"Percaya pada ku Ness aku tidak akan kenapa-napa. Setelah dari pernikahan itu aku akan pulang. Aku..... hanya ingin melihat Jennie menikah, itu janjiku pada nya saat kecil dulu"
Ness menghembus napas pelan. Ia duduk di atas ranjang.
"Kau pergi dengan siapa?"
"Bersama Al"
Tinn....tinn...
Mendengar bunyi klakson mobil, Sandra berjalan cepat keluar dari rumah diikuti Ness di belakangnya.
"Jaga dirimu baik-baik. Jika mereka membuat mu menangis aku akan menonjok mereka semua", Ness mengeluarkan bogemannya.
"Iya aku akan menjaga diriku", Sandra tersenyum memeluk Ness. Ia melepaskan pelukannya berjalan membuka pintu mobil lamborghini hitam metalic. Ness melambai pada Sandra sebelum akhirnya wanita itu menuju bandara.