Two

3.1K 374 72
                                    

Udara sejuk dipagi hari sudah tercemar dengan ulah Sirius yang menghembuskan asap rokoknya. Rumahnya sepi. Hanya ada dirinya dan Keacher, peri rumah tua yang suka menggerutu.

Remus sudah pergi setengah jam yang lalu untuk bekerja.

Sirius menjatuhkan rokoknya lalu menginjaknya hingga mati, ia kembali masuk kedalam rumah.

Sirius mengisi bathup dengan air hangat. Ia memutuskan untuk berendam saja mengingat bahwa ia tadi belum mandi. Sirius mematikan kran setelah bathup terisi penuh lalu melepas semua pakaiannya dan masuk kedalam bathup.

Botol sabun cair bergambar bunga yang terletak pada pinggiran bathup menarik perhatian Sirius. Ia membuka tutupnya lalu menghirup aromanya. Aroma bunga yang menenangkan mengingatkannya pada seorang gadis. Sirius selalu mencium aroma itu ketika berada didekatnya.

Sirius menutup kembali sabun cair itu. Ia tak ingin membuat gadis itu ngambek karena sabun kesayangannya habis. Sirius memakai sabun cairnya sendiri yang memiliki aroma mint segar.

*****

24 Desember 1995

Jeslyn turun dari Hogwarts Express kemudian mencari keberadaan ayahnya yang berjanji akan menjemputnya diperon.

Ketemu!

William masih memakai seragam Aurornya. "Daddy!"Jeslyn berlari. Ia terlalu besar untuk melompat ke pelukan ayahnya. "Ow my little peanut."

"Kau sudah dewasa."kata William.

"I know."seru Jeslyn.

"Lalu kau akan lulus dari Hogwarts lalu datang dengan seorang pria dan kau mengenalkan calon suamimu pada Dad. Oh, kau tumbuh begitu cepat."kata William dengan dramatis.

Jeslyn menghela napas. Ia hafal kebiasaan William. "Dad, itu masih lama sekali. Aku belum mau menikah secepat itu. Masih banyak hal yang ingin aku lakukan."

"Termasuk membuka toko kuemu sendiri."

"Ya, termasuk membuka-bagaimana Dad tau?"seingat Jeslyn ia tidak pernah memberitahu William bahwa ia berencana membuka toko kue sendiri setelah lulus dari Hogwarts.

"I always know all about you, little princess."

"Dad."

"Come on, young lady."William mengulurkan lengannya.

Keluarga Weasley sudah berkumpul diruang makan. Arthur Weasley tampak membaik. Jeslyn tidak melihat Harry diantara para Weasley.

Jeslyn sedang menghias kue buatannya sendiri. Ia suka sekali membuat kue terutama saat natal. "Sudah selesai, Molly."

Molly sedang menggang sosis. "Wah cantiknya rasanya pasti sangat enak. Letakkan dimeja, dear."Molly memuji kue buatan Jeslyn yang berhiaskan santaklaus dan kereta rusa terbangnya.

"Thankyou, Molly."

*****

Jeslyn tidak bisa tidur malam ini. Kakinya berjalan menyusuri koridor sepi Grimmauld Place no 12. Rumah ini terkesan horor saat tengah malam. Seperti rumah - rumah difilm horor yang sering ia tonton.

Jeslyn merupakan penggemar film horor. Jika disuruh memilih, Jeslyn lebih memilih menonton film horor ketimbang menonton film romantis. Jeslyn selalu tertidur ketika sepupunya mengajaknya menonton film romantis di bioskop. Regina-sepupu muggle Jeslyn, kapok mengajak Jeslyn menonton film romantis kesukaannya saat Jeslyn berkunjung kerumahnya. Gadis itu selalu berkomentar disepanjang film.

Sebuah pintu kayu terbuka setengah menarik perhatian Jeslyn, membuat gadis itu penasaran. Oh ini kamar. Jeslyn melihat punggung seseorang yang sedang berdiri didepan jendela besar kamarnya.

Rambut ikal itu, Jeslyn mengenalnya. "Kau belum tidur?"

Pria yang membelakanginya terlonjak kaget. "Oh, Jessie. Aku kira siapa. Masuklah."

Jeslyn melangkah masuk ke kamar milik Sirius. Matanya menjelahi seluruh penjuru kamar. Kamar Sirius dihiasi panji - panji Gryffindor, poster poster artis muggle seperti The Beatles, Jeslyn melongo melihat poster Marilyn Monroe yang berpose seksi dengan gaun merahnya.

"Kau suka yang begitu?"

"Hah?"Sirius melihat poster Marilyn Monroe yang turut menghias kamarnya. "Semua orang menyukainya. Bahkan saat dia sudah tidak ada."

Jeslyn mengangguk. "Yeah, dia sangat bertalenta."Jeslyn duduk ditepi ranjang. "Tapi aku lebih suka John Lennon."

"Kau suka The Beatels?"tanya Sirius dengan antusias.

"Just, John Lennon. Aku menyukai lagunya yang berjudul Imagine. Itu lagu favoritku."

"Oh lagu itu."Sirius menyambar gitar tuanya yang bersandar didekat nakas. Lalu duduk disamping Jeslyn.

Jeslyn tampak tertarik. Ia juga bisa bermain gitar. Ia belajar gitar dengan William setelah menemukan sebuah gitar yang masih bagus di loteng rumahnya.  William mengganti senarnya sebelum mengajar Jeslyn.

"Wah, kau bisa bermain gitar?"tanya Jeslyn.

Sirius memetik senar gitarnya dan menyanyikan sebait lirik.

Imagine there's no heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people living for today

Jeslyn terperanggah. Oh jantungku!

Manik kelabu Sirius mengunci manik hazel Jeslyn. "Sing with me?"

Jeslyn mengangguk. "Sure." ketika senar gitar dipetik lagi, Jeslyn melanjutkan nyanyian Sirius.

Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people living life in peace, you

Kemudian bagian reff dengan bersamaan.

You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope some day you'll join us
And the world will be as one

Hening.

"Ehm.. Kamarmu nyaman juga."Jeslyn turun dari ranjang lalu berjalan ke arah jendela. Netranya menatap langit malam yang ditaburi bintang.

Sebuah tangan melingkar dipinggang Jeslyn. Sirius menumpukan dahinya pada pundak Jeslyn. Ia menghirup aroma cherry blosoom yang begitu menenangkan.

"Kau tidak takut hm? Berduaan dikamar dengan seorang pria?"

"Aku percaya kau tidak akan aneh - aneh."kata Jeslyn dengan gugup.

Jeslyn mendengar suara tawa Sirius. "Kau benar. William akan membunuhku kalau itu terjadi."Sirius mengangkat kepalanya.

"Kau kenal baik dengan ayahku, pasti kau kenal dengan ibuku juga."

Sirius terdiam sejenak. Jessie pasti rindu ibunya. Sirius mengangguk. "Ibumu orang Perancis."

"Seperti apa ibuku? Aku sudah melihat fotonya, Dad juga sudah menceritakannya tapi aku ingin mendengar versimu. "

Sirius tersenyum tipis, tangannya membelai rambut Jeslyn. "Ibumu orangnya baik. Menurutku dia sangat menyayangimu."

Jeslyn tersenyum. Hampir semua orang yang mengenal ibunya menjawab hal yang sama ketika Jeslyn menanyakannya.

"Kamu merindukan ibumu?"tanya Sirius.

Jeslyn mengangguk sedih.

"The ones that love us, never really leave us."

Sirius menyentuh dadanya sendiri. "They here. Mereka selalu ada dihatimu."Sirius menghapus bulir bening yang menuruni pipi Jeslyn.

Sudur bibir Jeslyn terangkat. "Thankyou."ia selalu merasa tenang jika berada didekat Sirius.

*****

Sirius Black's Love Story ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang